Ini Alasan Negara Asia Memilih Abaikan Seruan AS untuk Boikot Huawei

Negara Asia Tenggara malah menjalin dekat dengan Huawei.

Agung Pratnyawan

Posted: Kamis, 13 Juni 2019 | 13:00 WIB
Logo Huawei. (Huawei)

Logo Huawei. (Huawei)

Hitekno.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak hanya melakukan banned pada Huawei di dalam negerinya. Pemerintah AS juga menyerukan dan meminta negara lain untuk melakukan hal yang sama.

Beberapa negara sekutu AS pun ikutan memboikot produk-produk Huawei. Seperti Australia dan Selandia Baru yang langsung memboikot Huawei.

Beberapa negara Eropa termasuk Inggris pun juga mengambil sikap kepada perusahaan teknologi asal China tersebut. Banyak yang mengikuti seruan pemerintah AS.

Baca Juga: Abaikan AS, Huawei dapat Kontrak Bangun Jaringan 5G di Rusia

Imbauan pemerintah AS ini terkait dengan dugaan adanya backdor atau celah keamanan yang membahayakan dari perangkat jaringan Huawei.

Tak cukup itu, bahkan pemerintah AS pun meserukan boikot produk Huawei tak terbatas pada jaringan. Juga melakukan boikot pada smartphone dan layanan Hauwei lainnya.

Namun menurut laporan dari Los Angeles Times, negara-negara Asia malah mengabaikan seruan boikot Huawei dari pemerintah AS tersebut.

Baca Juga: China Ajak Balas AS Lewat Apple, Ini Jawaban Mengejutkan Bos Huawei

Kecuali Jepang, yang ikutan banned Huawei dari negaranya. Bahkan perusahaan seluler Jepang terpaksa mengganti perangkat jaringannya yang telah lama pakai Huawei.

Badan Intelijen Inggris Curigai Teknologi 5G Huawei. (HiTekno.com)
Badan Intelijen Inggris Curigai Teknologi 5G Huawei. (HiTekno.com)

Namun kebanyakan negara Asia terutama Asia Tenggara bersikap biasa saja, bahkan cenderung mengabaikan AS. Negara-negara Asia cenderung malah bekerja sama dengan Huawei.

Seperti Filipina sebagai sekutu dekat AS malah melakukan uji coba jaringan 5G dengan Huawei. Tak hanya itu, Huawei juga dipercaya sebagai vendor sistem pengawasan berbagai kota.

Baca Juga: NASA dan NOAA Peringatkan Jaringan 5G Bisa Berbahaya, Ini Penjelasannya

Dalam laporan yang ditulis Shashank Bengali dan David Pierson ini mengungkap Filipina malah sangat dekat dengan perusahaan asal China tersebut.

Brian Hadring dari Center for Strategic and International Studies, Washington, AS, mengatakan kalau seruan pemerintah AS untuk boikot Huawei ditanggapi dingin di Asia Tenggara.

Menurutnya, ini mengindikasikan pengaruh AS di region ini semakin meredup. Tidak lain karena banyaknya investasi China di Asia Tenggara, termasuk dari Huawei.

Baca Juga: Susul AS, Badan Intelijen Inggris Curigai Teknologi 5G Huawei

"Ada keraguan apakah argumen AS tentang kejahatan Huawei dan hubungannya dengan pemerintah China benar-benar valid," kata Brian Harding.

Menurutnya, ini adalah langkah frustrasi dari AS untuk memboikot Huawei. Namun pemerintah AS tidak memberikan solusi alternatif dari Huawei.

Ilustrasi tower jaringan seluler. (Pixabay)
Ilustrasi tower jaringan seluler. (Pixabay)

Sejauh ini, tidak ada negara Asia Tenggara yang melakukan banned dan pelarangan perangkat Huawei. Yang ada malah menjalin kerja sama dengan perusahaan China tersebut.

Beberapa negara Asia Tenggara sendiri malah berencana menggunakan teknologi jaringan 5G dari Huawei. Juga untuk wireless, kesehatan, smart cities, dan berbagai teknologi lainnya.

Menurut analis, negara-negara ini mempercayai teknologi jaringan Huawei dan menganggapnya setara dengan produk jaringan ternama seperti Nokia dan Ericsson.

Tak hanya itu, perangkat jaringan Huawei juga menawarkan harga 20 hingga 30 persen lebih murah di banding kompetitornya.

"Huawei membangun reputasinya sebagai value-for-money untuk pasar perangkat jaringan yang menarik bagi pasar (negara) berkembang," kata John Ure, direktur Telecommunications Research Project di University of Hong Kong.

Di Malaysia, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengungkap kalau negaranya akan memakai teknologi Huawei sebanyak mungkin dan mengabaikan seruan boikot dari pemerintah AS.

Sedangkan di Singapura, Perdana Menteri Singaporean Lee Hsien Loong dalam konferensi tahunan keamanan regional belum memutuskan akan memakai teknologi siapa dalam jaringan 5G.

"Sangat tidak realistis untuk mengharapkan 100 persen keamanan dari jaringan telekomunikasi yang kamu belu," ucap Lee Hsien Loong.

Logo Huawei. (Huawei)
Logo Huawei. (Huawei)

Begitu juga dengan Indonesia, Kamboja, dan Thailand yang dulu pernah dekat dengan AS. Ketiganya juga tidak memboikot perusahaan asal China tersebut.

Malah operator jaringan dan seluler di ketiga negara sudah setuju bahkan tanda tangan kontrak pengembangan jaringan 5G dengan Huawei.

Berbeda dengan Vietnam, negara ini memilih untuk menggandeng Nokia dan Ericsson untuk pengembangan jaringan 5G ketimbang Huawei.

Vietnam memang punya sentimen negatif pada China, terutama dalam hal keamanan. Namun tidak terbatas pada Huawei saja, Vietnam juga punya sentimen negatif pada pemerintah China.

Meski begitu, langkah Huawei di Asia Tenggara tidaklah mudah. Untuk pasar jaringan seluler, ada Nokia yang juga sama-sama punya teknologi 5G.

Disebutkan kalau Nokia telah mendapatkan kontrak uji coba jaringan 5G di Malaysia dan Thailand. Perusahaan asal Finlandia ini juga deal dengan operator seluler Filipina.

Negara-negara Asia Tenggara tidak boikot Huawei seperti diserukan pemerintah AS. Namun mereka juga tetap membuka pintu bagi kompetitor Huawei untuk bersaing.

Karyawan Huawei. (Huawei)
Karyawan Huawei. (Huawei)

Lalu apa alasan negara-negara Asia terutama Asia Tenggara untuk tidak memboikot Huawei seperti yang diserukan pemerintah AS sekarang ini?

Dari laporan tersebut, diketahui kalau investasi perusahaan China tersebut sangat dibutuhkan dan mendorong perkembangan teknologi bagi negara berkembang.

Selain itu, Huawei punya banyak solusi teknologi tidak terbatas pada jaringan saja. Dari kesehatan hingga smart city dalam paket yang lengkap.

Terkhusus untuk jaringan 5G, Huawei memberikan harga yang relatif lebih terjangkau di banding kompetitornya. Terlebih lagi untuk negara berkembang di Asia Tenggara.

Perdebatan soal keamanan jaringan perangkat Huawei memang sedang panas. Dari kubu AS dan sekutunya, menolak karena terlalu berisiko dan tidak mau membahayakan data warga negaranya.

Karena alasan memproteksi data pribadi warga negaranya, AS dan beberapa negara tidak mau memakai teknologi jaringan 5G dan perangkat dari Huawei.

Namun di sisi lain, belum tentu juga perangkat jaringan di luar Huawei lebih aman. Tidak ada jaminan 100 persen produk kompititor Huawei mampu mengamankan data pribadi.

Atau dengan kata lain, negara-negara Asia Tenggara tidak ikutan boikot Huawei bukan semata-mata karena harga murah. Namun karena tidak adanya alternatif solusi lain yang 100 persen dijamin aman.

Berita Terkait
Berita Terkini

Salah satu keunggulan smartphone di tahun depan, tidak hanya kecanggihannya tapi juga bezelnya yang tipis....

gadget | 11:40 WIB

Beredar sebuah gambar yang diduga menggambarkan Redmi Turbo 4 yang akan datang telah bocor di China....

gadget | 10:29 WIB

Samsung Galaxy Watch Ultra adalah wearables idaman buat mereka yang suka bertualang hingga merasakan adrenalin tinggi sa...

gadget | 09:25 WIB

Realme berhasil mengukir catatan sejarah baru di Indonesia lewat realme C75. Sebab HP Realme itu berhasil memecahkan rek...

gadget | 20:13 WIB

POCO M7 Pro 5G siap meluncur minggu depan, terungkap prosesor yang akan digunakan....

gadget | 12:50 WIB