Hitekno.com - Para pelaku kejahatan siber yang masin beroperasi di wilayah Asia Tenggara berhasil diidentifikasi Kapersky. Temuan-temuan dari perusahaan keamanan siber global juga mengungkap tren dalam lansekap ancaman di kawasan ini, salah satunya peningkatan aktivitas kelompok-kelompok Advanced Persistent Threats (APT) utama yang melancarkan kegiatan cyberpionage.
Tahun 2019 lalu, Kaspersky mencatat bahwa periode itu menjadi tahun yang sibuk bagi para pelaku kejahatan siber. Mereka meluncurkan alat serangan baru, termasuk memata-matai pengguna ponsel demi mencapai tujuannya, yaitu mencuri informasi dari entitas, organisasi pemerintah, militer dan organisasi di wilayah Asia Tenggara.
"Geopolitik adalah salah satu faktor utama yang membentuk lansekap ancaman dunia maya di wilayah Asia Tenggara. Sejumlah investigasi kami terhadap serangan APT yang menargetkan wilayah tersebut tahun lalu menunjukkan motivasi serangan utama sebagai pengumpulan intelijen ekonomi dan geopolitik. Tak pelak korban utama kebanyakan adalah organisasi pemerintah, entitas diplomatik, dan partai politik," ujar Vitaly Kamluk, Direktur Global Research and Analysis Team (GReAT) Asia Pasifik Kaspersky di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Baca Juga: Jadi Tersangka, Keluarga Guru SMPN 1 Turi Stres Diteror Netizen
“Wilayah ini adalah rumah bagi negara-negara dengan etnis, pandangan politik, dan pembangunan ekonomi yang sangat beragam. Ini membentuk keragaman serangan siber di wilayah ini dan mendorong perlombaan senjata regional. Kami melihat bagaimana grup APT telah menjalankan operasi mereka selama bertahun-tahun, mengembangkan alat yang jauh lebih canggih, semakin berhati-hati dan waspada terhadap atribusi, kemudian secara teknis lebih maju dan memiliki semangat tajam untuk mencapai tujuan lebih tinggi," imbuhnya.
Adapun kelompok-kelompok APT yang berhasil dibongkar Kaspersky dan jenis-jenis malware yang mempengaruhi lansekap ancaman di Asia Tenggara pada 2019 dan hingga 2020 adalah sebagai berikut:
Platinum
Malware ini menargetkan pengguna ponsel di kawasan Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Platinum adalah salah satu aktor APT yang paling maju secara teknologi dengan fokus tradisional pada kawasan Asia Pasifik (APAC).
Baca Juga: Tetap Santuy, Netizen Ini Manfaatkan Banjir Jadi Arena Main Remote Control
Pada 2019, peneliti Kaspersky menemukan Platinum menggunakan backdoor baru yang dijuluki "Titanium", dinamai sesuai dengan kata sandi salah satu arsip yang dapat dieksekusi sendiri.
Titanium sendiri merupakan hasil akhir dari serangkaian tahapan menjatuhkan, mengunduh, dan memasang. Malware berkamuflase di setiap tahapan dengan menyamar menjadi software yang terkait dengan perlindungan, perangkat lunak driver suara, dan alat pembuatan video DVD.
Entitas diplomatik dan pemerintahan dari negara Indonesia, Malaysia, dan Vietnam diidentifikasi di antara para korban backdoor canggih baru yang ditemukan dari aktor Platinum.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Peta Jakarta Google Maps Didominasi Biru Akibat Banjir?
Finspy
Serupa dengan Platinum, spyware ini juga menargetkan pengguna komputer di kawasan Indonesia, Myanmar, dan Vietnam. FinSpy adalah spyware untuk Windows, macOS, dan Linux yang dijual secara legal.
Sialnya, malware ini juga dapat menjangkit para pengguna iOS dan Android dengan set fungsi sama yang tersedia untuk setiap platform. Aplikasi ini memberikan kesempatan kepada pelaku kejahatan siber untuk mengontrol hampir seutuhnya atas data pada perangkat yang terinfeksi.
Malware dapat dikonfigurasi sedemikian rupa secara individual untuk setiap korban sehingga memberikan informasi rinci tentang pengguna, termasuk kontak, riwayat panggilan, geolokasi, teks, acara kalender, dan banyak lagi. Itu juga dapat merekam panggilan suara dan VoIP, dan mencegat pesan instan.
Baca Juga: Ditipu Agen "Wanita Cantik", Smartphone Tentara Israel Banjir Malware
Kemampuan malware ini tidak sembarangan karena sanggup mendengarkan secara diam-diam pada banyak layanan komunikasi, seperti WhatsApp, WeChat, Viber, Skype, Line, Telegram, Signal, dan Threema. Selain pesan, FinSpy mengekstrak file yang dikirim dan diterima oleh korban di aplikasi olah pesan, serta data tentang grup dan kontak.
Pada awal 2019, Kaspersky melaporkan tentang versi baru implan FinSpy iOS dan di tahun yang sama juga mendeteksi implan Android terbaru dari penyedia solusi cyberespionage secara luas, serta implan RCS (Remote Control System) dari perusahaan lain yang menyediakan solusi cyberespionage.
Menurut telemetri Kaspersky, masyarakat di Indonesia, Myanmar, dan Vietnam ditemukan menjadi salah satui di antara target kedua jenis malware ini.
PhantomLance
Malware yang menyerang pengguna ponsel di kawasan Indonesia, Malaysia, dan Vietnam ini merupakan kampanye spionase jangka panjang dengan Trojan untuk Android yang digunakan di berbagai pasar aplikasi termasuk Google Play.
Setelah penemuan sampel, Kaspersky segera menginformasikan pihak Google atas siapa saja pihak yang telah menghapusnya.(Suara.com/ Tivan Rahmat)