Hitekno.com - Samsung Galaxy S21 series diyakini masih akan meluncur pada kuartal pertama 2021. Namun bocoran mengenai Samsung Galaxy S21 Ultra justru sudah berhembus ke publik.
HP baru di dikelas flagship ini diharapkan membawa teknologi paling anyar dari perusahaan.
Sebelumnya, leaker dengan akun Ice Universe membocorkan bahwa Samsung Galaxy S21 series bisa menjadi HP pertama Samsung yang mengusung kamera di bawah layar.
Baca Juga: Samsung Galaxy A42 5G Bakal Gunakan Baterai Jumbo?
Hal itu bisa membuat layar HP benar-benar terlihat lapang karena tidak ada tempat untuk notch atau poni.
Bahkan kamera di bawah layar bisa membuat screen-to-body pada HP menjadi 100 persen.
Kini leaker bernama Mauri QHD mengklaim bahwa Samsung Galaxy S21 bakal membawa chipset anyar dari perusahaan.
Baca Juga: Samsung Odyssey G9 Hadir ke Indonesia, Monitor Impian Gamer
Perangkat diprediksi akan membawa chipset Samsung Exynos 1000 yang belum diumumkan oleh perusahaan.
Chipset tersebut memiliki sistem fabrikasi 5 nm.
Jika kabar di atas benar, Exynos 1000 diharapkan lebih bertenaga jika dibandingkan Exynos 990 (7 nm) dan Snapdragon 865 (7nm).
Baca Juga: 3 Tips Memaksimalkan Samsung Galaxy Tab S6 Lite untuk Wirausahawan
Sementara Samsung Galaxy S21 varian standar diprediksi akan ditenagai Exynos 991 atau Exynos 992.
Rumor berhembus bahwa Snapdragon 875 dianggap "terlalu mahal" sehingga perusahaan mengalihkannya ke Exynos 1.000.
Mengingat perangkat masih dalam tahap pengembangan dan sepertinya belum ada render maupun pengumuman di situs sertifikasi, bocoran di atas masih sebatas "rumor liar" saja.
Baca Juga: Pengisi Lini HP Murah, Samsung Galaxy S20 Lite Kapan Rilis?
Dikutip dari Gizmochina, Samsung dilaporkan masih akan mempertahankan fitur refresh rate 60 Hz pada Galaxy S21 varian standar.
Strategi di atas diyakini sebagai cara perusahaan untuk menekan harga agar tidak terlampau tinggi.
Mengingat teknologi kamera di bawah layar dan juga chipset terbaru dari Qualcomm yang dinilai mahal, bocoran mengenai HP baru Samsung Galaxy S20 Ultra di atas sepertinya cukup masuk akal, terutama dari sisi perusahaan dalam "menekan harga".