Hitekno.com - Kabar hilang kontak serta jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak membuat banyak orang coba untuk mengecek melalui aplikasi Flightradar24. Itu adalah sebuah situs dan aplikasi untuk mengecek data penerbangan pesawat secara real time.
Setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak, situs resmi Flightradar juga memberikan kabar yang sangat informatif mengenai data pesawat.
"Penerbangan Sriwijaya Air # SJ182 kehilangan lebih dari 10.000 kaki ketinggian dalam waktu kurang dari satu menit, sekitar 4 menit setelah keberangkatan dari Jakarta," tulis akun Twitter resmi @flightradar24.
Baca Juga: Kolaborasi GoPlay dan Citilink, Hadirkan Konten Hiburan Selama Penerbangan
Pesawat Sriwijaya Air itu terakhir kali terdeteksi radar berada di atas perairan Pulau Seribu. Pesawat itu bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (9/1/2021).
Dilihat melalui aplikasi Flightradar24, kita bisa mengecek kode SJ182 pada kolom pencarian.
Didapatkan memang data pesawat yang sempat menyentuh ketinggian lebih dari 10 ribu kaki. Namun tepat setelah itu, tidak ada data selanjutnya dan status pesawat adalah Unknown.
Baca Juga: Hidup 65 Juta Tahun Lalu, Pterosaurus Diyakini Menjadi "Kunci" Penerbangan
Dikutip dari situs resminya, Flightradar24 adalah pelacak penerbangan yang menunjukkan lalu lintas udara secara real time dari seluruh dunia.
Cara kerja Flightradar24 adalah dengan menggabungkan data dari berbagai sumber termasuk ADS-B, MLAT dan data radar.
Berbagai sumber data dari satelit dikumpulkan bersama dengan jadwal dan data status penerbangan dari maskapai dan bandara untuk menciptakan tampilan visual pelacakan penerbangan di Flightradar24.
Baca Juga: Power Bank Meledak saat Penerbangan, Pesawat Ini Lakukan Pendaratan Darurat
Teknologi utama yang digunakan Flightradar24 untuk menerima informasi penerbangan disebut Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B).
Berikut beberapa penjelasan ketika FlightRadar24 menerima informasi dari ADS-B:
Flightradar24 memiliki jaringan lebih dari 20.000 receiver ADS-B di seluruh dunia yang menerima informasi penerbangan dari pesawat dengan transponder ADS-B dan mengirimkan informasi ini ke server.
Baca Juga: BJ Habibie dan Crack Progression Theory dalam Dunia Penerbangan
Selain ADS-B, Flightradar24 juga memanfaatkan data Multilateration (MLAT) dengan menggunakan metode yang dikenal sebagai Time Difference of Arrival (TDOA). Cara mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menerima sinyal dari pesawat dengan transponder ModeS yang lebih tua, dimungkinkan untuk menghitung posisi pesawat.
Cakupan MLAT hanya dapat dicapai di atas sekitar 3.000-10.000 kaki karena kemungkinan empat atau lebih receiver dapat menerima sinyal transponder meningkat seiring peningkatan ketinggian.
Sebagian besar Eropa dan Amerika Utara saat ini tercakup dengan MLAT di atas sekitar 3.000-10.000 kaki. Ada juga beberapa cakupan MLAT di Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, India, Cina, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru.
Perpaduan data dari satelit membuat Flightradar24 dapat membuat tampilan visualisasi pelacakan penerbangan di aplikasi serta situs resminya.