Hitekno.com - Esports atau Electronic Sports cukup digandrungi oleh anak muda dalam beberapa tahun terakhir. Tak sekadar hobi, bermain game hingga terjun di dunia eSports dapat menjadi mata pencaharian dan bahkan bisa jadi ajang untuk mencari jodoh.
Kami akan memuat kisah dua orang gamer yang memutuskan untuk menikah setelah terjun bersama sebagai pegiat eSports.
Dua orang ini adalah Frandy Fauzan Abdullah dan Eny Oktafauziah. Frandy merupakan salah satu pendiri dari komunitas Mobile Legends Yogyakarta (MLYK).
Baca Juga: 10 Fakta Unik Peta Dunia yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Bikin Banyak Orang Tertipu
Itu adalah sebuah komunitas yang menaungi ratusan gamer penggemar MLBB di Yogyakarta. Beberapa pendiri akhirnya membentuk event organizer yang sering mengadakan kompetisi game di Kota Gudeg.
Hobi bermain game dan berada di satu komunitas yang sama membuat mereka sering bertemu. Menggeluti dunia game lebih dalam, Frandy dkk memutuskan untuk mendirikan sebuah Event Organizer (EO) bernama Essepro.
Essepro Event Organizer sering mengadakan kompetisi game di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Beberapa kompetisi eSports melibatkan beberapa game populer seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, Call of Duty Mobile, dan Free Fire.
Baca Juga: Gamer Genshin Impact Batal Nikah Gegara Hal Ini, Netizen Ikut Nyesek
Frandy kini menjabat sebagai CEO Essepro Event Organizer dan Humas PB ESI (Pengurus Besar Esports Indonesia) Yogyakarta.
"Awal bertemu saat saya event game di JCM, doi menjadi penonton, lalu saya berkenalan di dekat pintu masuk mal, ngobrol berasa cocok kami makan siang bersama. Setelah tahu saya seorang gamer dan dia tertarik, ia menjadi bagian dari komunitas MLBB. Setelah beberapa kali ketemu bareng, saya merasa cocok mulai mengajak doi menjadi untuk ikut serta dalam Essepro dan PB ESI. Dan setiap event game di Essepro selalu ikut serta menjadi pegiat event, sebagai pintu pertama alias bagian registrasi," kata Frandy.
Menurut penjelasan Frandy, ia awalnya menemui masalah karena bermain game sempat dipandang negatif oleh sebagian orang.
Baca Juga: Profil dan Biodata BTR MUTE, Gamer Cantik nan Mempesona
Meski begitu, ia berhasil meyakinkan orangtua hingga mertua bahwa eSports bisa menjadi mata pencaharian.
"Orangtua saya kini sudah yakin kalau saya terjun jadi pegiat eSports karena melihat saya bisa menghasilkan uang dari sini. Mertua awalnya sama-sama berpikiran negatif. Tapi karena pernikahan kami sedikit banyaknya dari uang eSports, jadi welcome," ungkap Frandy.
Pemuda berusia 28 tahun ini memulai karir di dunia eSports sejak tahun 2017. Frandy menjelaskan bahwa terdapat suka dan duka saat dirinya memilih untuk menjadi pegiat eSports.
Ia merasa senang karena hobi bermain game bisa disalurkan di dunia eSports. Stigma negatif masyarakat terhadap dunia eSports kini berangsur menghilang seiring banyaknya kompetisi.
Tak hanya itu, para pro player saat ini juga bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar. Terkait dukanya, Frandy mengaku bahwa terjun di dunia eSports mempunyai tantangan tersendiri.
Ia terjun di dunia eSports saat dirinya masih kuliah. Pemuda yang mengambil jurusan Antropologi di UGM ini telat lulus karena sibuk mengurus eSports. Ia yang seharusnya lulus di tahun 2016 tapi mundur dan akhirnya lulus di tahun 2019.
"Saya menjadi pegiat eSports dari enam tahun lalu. Kalau hobi main game sudah sejak usia 4 tahun. Waktu itu hobi main pakai konsol Sega. Merasa senang (jadi pegiat eSports) karena hobi menjadi pekerjaan. Jadi bisa kerja sambil main game juga. Dukanya, ketika ekspektasi tidak sesuai harapan. Tapi setiap hasil terbaik membutuhkan perjuangan," kata Frandy.
Pemuda ini menemukan jodoh juga dalam dunia eSports. Sering bertemu dalam komunitas hingga main game Mobile Legends bareng (mabar), membuat Frandy dan Eny memutuskan untuk menikah.
Ketika mabar Mobile Legends, Frandy suka memakai hero Saber sementara Eny memilih hero Nana. Eny mengaku bahwa terjun di dunia eSports cukup seru.
Pekerjaan awalnya adalah seorang guru SD dan ia kini berkecimpung di dunia eSports. Eny Oktafauziah turut menjadi pengelola atau admin media sosial PB ESI Yogyakarta.
"Capek sebenarnya jadi pegiat eSports, tapi seru karena ini menjadi hal baru dalam hidup saya. Sebenarnya ortu awalnya tidak tahu karena saya menjadi guru SD di Sleman. Cara meyakinkan orangtua, saya bisa menghasilkan uang sendiri dari eSports jadi ortu saya percaya. Ketika mereka tahu ternyata menghasilkan ya mereka terus mendukung," kata Eny Oktafauziah.
Essepro yang berawal dari komunitas MLBB Yogyakarta bahkan sempat menyelenggarakan acara di mana jumlah peserta melebihi 1.000 orang. Ini menjadi bukti bahwa eSports cukup berkembang di Yogyakarta.
"Potensi di Jogja sejauh ini besar apalagi Jogja merupakan Kota Pelajar di mana banyak pelajar dari Sabang sampai Merauke sehingga ekosistem eSport di Jogja selalu beragam dan bagus," pendapat Frandy.
Ia berharap bahwa dunia eSports tak lagi dipandang negatif oleh masyarakat. Beberapa profesi kini bisa dilakukan di dunia eSports seperti pro player, caster, konten kreator, streamer, EO, dan masih banyak lagi.
Frandy menyeletuk bahwa gamer merupakan sosok yang setia dengan pasangannya. "Turret aja aku jaga, apalagi kamu," ungkap Frandy.
Frandy dan Eny menikah di kediaman sang mempelai perempuan, tepatnya di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur pada Minggu (23/10/2022).
Brigjen Pol DR Andry Wibowo S.I.K, M.H, MSi, yang menjabat sebagai Ketua Umum PB ESI Yogyakarta turut memberikan ucapan selamat atas pernikahan dua pegiat eSports Jogja ini.
Itulah tadi kisah dua orang gamer dan pegiat eSports di Yogyakarta yang memutuskan untuk menikah, apakah kalian menjadi bersemangat mabar serta push rank untuk menemukan jodoh?