Hitekno.com - Teknologi saat ini memang mendominasi berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya sebatas smartphone dan perangkat lainnya, kini teknologi bahkan diadopsi ke berbagai bidang. Salah satunya yang sedang dikembangkan adalah teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dengan dunia fashion.
Fashion dan kecerdasan buatan sepertinya adalah hal yang tidak biasa untukmu. Namun, seiring berjalannya waktu, cepat atau lembat, kedua percampuran ini akan mulai dapat kamu rasakan.
Sebagai langkah awal, Jakarta Fashion Week tahun mendatang diharapkan akan memberikan pengalaman teknologi mixed reality dengan menggunakan virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) melalui cermin. Duet fashion dan kecerdasan buatan ini akan membantumu untuk memilih pakaian yang sesuai dengan gayamu.
Baca Juga: Cantik dan Baik, PNS Ini Tak Malu Ajak Penjual Cincau Makan Mewah
Bayangkan jika suatu saat nanti kamu bisa berbelanja di butik pakaian mewah dengan mixed-reality, tanpa toko fisiknya. Atau memperbaharui koleksi pakaian kamu dengan bantuan asisten tata busana digital yang dapat memindai busana yang kamu pakai dan memberitahu apa yang kamu butuhkan atau mengenakan baju yang dapat dilacak. Dengan teknologi ini para desainer dapat mengikuti siklus garmen tersebut sehingga mereka dapat merancang produk yang berkelanjutan.
Ide-ide menarik tersebut mengatasi permasalahan yang seringkali timbul di dunia fashion, mulai dari hambatan penjualan pada toko offline hingga perihal keberlanjutan dalam produksi pakaian. Semua ide tersebut berasal dari para pelajar di London College of Fashion, sekolah bergengsi yang mengajarkan para desainer dan pebisnis fashion masa depan untuk mengubah praktik di industri dengan memanfaatkan keterampilan tradisional dan digital. Sekolah ini menawarkan banyak hal, mulai dari kursus membuat alas kaki dan desain pakaian hingga penelitian tingkat lanjut mengenai efek 3D dan teknologi yang dapat dikenakan.
''Kami tidak dapat mengabaikan bagaimana digital mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan mengubah cara desainer, merek dan pengecer berinteraksi dengan konsumen,'' ungkap Matthew Drinkwater, Head of Fashion Innovation Agency. sebuah organisasi di sekolah yang mengajarkan teknologi baru.
Baca Juga: Instagramable, Ini Aplikasi untuk Bikin Foto 360 Derajat
Dengan dimulainya tahun sekolah yang baru serta adanya New York dan London Fashion Weeks bulan ini, Matthew sangat tertarik dengan adanya potensi kreatif dari penggunaan teknologi terbaru seperti prototipe 3D untuk mengurangi limbah, mixed dan virtual realities untuk menghidupkan kembali industri ritel, kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) untuk menunjukkan permintaan konsumen.
Awal tahun ini, Matthew dan London College of Fashion bekerja sama dengan Microsoft untuk membuat program inkubator yang berfokus pada inovasi siswa di tiga bidang: mixed reality, kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT).
Selama tiga bulan, 30 siswa dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama dengan para ahli Microsoft dan mentor fashion untuk mengembangkan prototipe dengan tema "Future of Fashion Incubator." Mereka dapat merasakan secara langsung kemampuan Microsoft HoloLens dan Azure dalam AI, IoT dan solusi berbasis data. Dan mereka mendapat masukan dari para ahli industri fashion terkemuka, mulai dari desainer asal London Charli Cohen hingga pakar mode fashion dari New York Natasha Franck, CEO Eon, perusahaan yang menyewakan koleksi fashion yang sedang tren.
Pada bulan Juni, siswa mempresentasikan proyek mereka di sebuah acara perayaan.
Baca Juga: Bayi Gurita Viral, Bentuknya Mini Menggemaskan
''Mereka benar-benar senang. Banyak yang mengatakan bahwa program itu adalah hal terbaik yang mereka lakukan selama menuntut ilmu di universitas, yang membuat mereka mampu memahami bagaimana teknologi dapat mengubah industri.'' kata Peter Hill, ical Manager dari Digital Learning Lab, yang menjadi tuan rumah program inkubator.
Proyek para siswa termasuk asisten tata busana yang dapat memindai busana kamu dengan komputer dan memberikan saran mengenai apa yang kamu butuhkan dan dimana tempat berbelanjanya dengan Azure Machine Learning. Proyek lain menggunakan AI untuk mengklasifikasikan gambar seseorang dengan pakaian mereka - wanita dalam setelan, misalnya, atau pria dengan celana pendek - dekat tanda digital. Tanda itu kemudian menampilkan iklan yang ditargetkan berdasarkan target konsumen yang ada di dekatnya.
The DiDi: Data by Design Project menggunakan Azure IoT dan chip identifikasi frekuensi radio untuk membantu desainer melacak data pada kinerja garmen dalam berbagai kondisi cuaca dan kegiatan untuk membuat pakaian yang lebih tahan lama dan berguna.
Baca Juga: Bak Cinderella, Wanita Ini kehilangan Sebelah Sepatunya di Kereta
''Dapat memamerkan karya yang membutuhkan banyak waktu untuk membuatnya sangat membanggakan, saya benar-benar menyukai atmosfer yang ada dan bisa bertemu dengan orang-orang dari industri yang belum pernah saya temui sebelumnya'' ungkap mahasiswa Fashion Contour, Anna Richards.
Matthew mengatakan pihak universitas ingin mengulang program inkubator, yang elemen utamanya termasuk pengalaman langsung dan akses kepada para ahli.
''Bekerja langsung dengan Microsoft membuatnya terasa nyata bagi para pelajar. Mereka merasa membuat perubahan terhadap industri ini dan mampu mencari solusi untuk permasalahan kehidupan nyata.'' tambah Matthew.
Dengan teknologi yang mengubah semua aspek fashion - mulai dari membuat dan menunjukkan koleksi dengan tujuan untuk menjual dan berinteraksi dengan pelanggan – Matthew telah bekerja keras mengeksplorasi berbagai ide baru. Pada bulan Februari, Fashion Innovation Agency milik Matthew membantu menciptakan acara dengan menggunakan realitas tertambah (augmented reality – AR) yang memukau di London Fashion Week pada pertengahan tahun ini. Dan tahun lalu, ia mengembangkan sistem fotogrametri untuk menampilkan barang-barang secara online 3D.
''Di London College of Fashion, sangat penting untuk kami menjembatani kesenjangan antara fashion dan teknologi dan mendukung generasi baru desainer dan pebisnis yang memahami teknologi baru, Itu akan memengaruhi semua yang mereka lakukan'' ungkap Matthew menambahkan.
Inisiatif yang dilakukan di London College of Fashion menunjukkan bagaimana teknologi memang telah mengubah pola pikir dan pola kerja di berbagai industri. Meski belum diadopsi secara luas, namun penggunaan teknologi, termasuk AI, sudah mulai diadopsi oleh industri fashion di Indonesia untuk memberikan pengalaman baru dan unik untuk para pelanggan.
Sebuah aplikasi fashion matchmaking di Indonesia, misalnya, telah menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk membantu penggunanya memadumadankan gaya dan merek fashion. Dengan bantuan chatbot yang berfungsi layaknya asisten pribadi, pengguna akan dibantu untuk mendapatkan gaya berbusana yang dianggap paling sesuai dengan gaya dan preferensi pengguna. Inovasi ini tentu menunjukkan bagaimana teknologi tidak hanya sekedar memberikan pengalaman pengguna dan model bisnis yang baru, namun juga membawa industri ke level kreativitas baru yang menyenangkan untuk pelanggan atau pengguna dan menguntungkan bagi pemilik bisnis.
Nah, siap-siap menyambut Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Jakarta Fashion Week tahun depan ya.