Hitekno.com - Berprofesi sebagai driver ojol biasanya dijalani oleh kaum laki-laki, tetapi profesi kini juga banyak digeluti perempuan. Seperti kisah gadis yang menjalani profesi driver ojol sekaligus menjalani kuliah hingga meraih gelar cum laude.
"Kalau gengsi enggak bakal dapat nasi," kalimat itu meluncur dari mulut Leony Sondang Suryani, gadis 22 tahun yang baru saja lulus dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip), saat Suara.com menemuinya di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/8/2019).
Lele, begitu dia akrab disapa, mendadak beken di seantero Nusantara setelah foto wisudanya, yang mengenakan jaket ojek online pada Rabu (7/8/2019) menjadi perbincangan hangat warganet.
Baca Juga: Skuat JKT48 Akan Tanding Lawan Loko E-Sports di KAI eSports Exhibition
"Enggak nyangka bakal viral. Tahu-tahu semalam jam 9, lagi tiduran dikabari teman, ngasih kabar fotoku viral," kata gadis kelahiran Bogor, 20 Agustus 1997 itu dalam perbincangan di kantin Fakultas Hukum Undip.
Wisuda: Toga dan Jaket Ojol
Foto Lele menyebar cepat di internet setelah diunggah di Twitter oleh pemilik akun @gizayeolsung. Mahasiswi angkatan 2015 itu disebut lulus cum laude dari jurusan Hukum dan Masyarakat hanya dalam waktu 3 tahun 9 bulan.
Baca Juga: Spanduk dari Polisi Ini Auto Nampar Orangtua, Pesannya Sangat Dalam!
Dalam foto itu Lele terlihat tersenyum mengenakan toga wisuda, dibalut jaket seragam Gojek berwarna hijau.
Dia juga dengan bangga mengenakan toga wisuda disertai seragam kebesarannya saat mengais rejeki, khas warna hijau driver ojek online. Seragam itu menjadi saksi dia berjuang menyelesaikan kuliah di Undip.
Lele mengakui berkuliah sembari menjadi pengemudi ojek online tidaklah mudah.
Baca Juga: Item Rekomendasi Esmeralda ala RRQ Lemon, Auto Sakit!
"Ya pandai mengatur waktu saja, kalau ada kuliah siang aku narik pagi, dan sebaliknya. Kalau malam aku batasi sampai jam 9 saja," beber Lele.
Jadi Driver Ojol Sejak Semester 5
Ia mengaku mulai bekerja sebagai driver ojol saat dia menginjak semester lima, tepatnya di Oktober 2017. Ia memberanikan diri mendaftar sebagai driver di Gojek. Tak ada syarat khusus, hanya menambah surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) karena dari berasal dari luar Kota Semarang.
Baca Juga: Smartphone Sultan, Ini Spesifikasi Samsung Galaxy Note 10 Plus
"Orang tua tau juga, sempat ragu karena risiko tinggi ada di jalanan tapi setelah saya jelaskan akhirnya orang tua memahami," katanya.
Profesi driver ojol dia jalani juga untuk mengisi waktu luang karena sudah sedikit mata kuliah yang dia tempuh. Apalagi saat itu dia juga tengah mempersiapkan materi ajang lomba debat antar mahasiswa hukum tingkat regional dan nasional.
"Kan ada waktu kosong usai latihan, dari pada gabut mau apa? Ya mending daftar Gojek. Aku juga enggak mau nyusahin orang tua juga, apalagi untuk minta uang jajan ya enggak enak," ujarnya.
Dia juga tak merasa canggung atau gengsi. Apalagi dia menjadi perempuan satu-satunya, bergaul dengan banyak driver ojol yang ada dalam komunitasnya Ojol Gojek Tembalang.
"Kalau gengsi enggak dapat nasi. Aku ini memang dari dulu suka mandiri. Teman-teman kampus juga tak pernah mem-bully, enjoy aja," ucapnya yang pernah juga jadi pelayan rumah makan saat semester dua.
Kumpulkan Data Skripsi dari Komunitas Ojol
Selama dua tahun lebih sebagai driver ojol, Lele merasakan manfaat yang besar dari pertemanan dengan sesama rekan driver. Selain jadi hafal tiap jalan di Kota Semarang, dia merasa mendapat keluarga baru dalam komunitasnya.
"Mereka solid, kekeluargaan, aku jadi punya keluarga baru di Semarang," katanya.
Lele merasakan rasa kekeluargaan itu, terutama saat skripsinya yang mengangkat isu perkawinan usia muda dibawah 16 tahun pada anak-anak di Semarang, sudah mentok sangat susah untuk mencari sumber data utama para pelaku perkawinan usia muda anak-anak.
Tak disangka, rekan driver mau ikut membantu dalam mencari para pelaku perkawinan usia muda anak-anak. Lewat jejaring sesama driver dia dengan mudah akhirnya mendapat sumber data itu.
"Aku benar-benar dibantu mereka, langsung mendapat data skripsi. Ada yang ternyata tetangga dia di Mijen, di Gunungpati atau daerah lainnya," jelasnya.
Berkat bantuan sesama rekan driver, dia berhasil merampungkan kuliahnya. Bahkan masuk menjadi lulusan cum laude dengan raihan IPK 3,67.
Ditolak Penumpang
Banyak kejadian unik yang Leony rasakan saat mengaspal, mulai dari tatapan kikuk para konsumen hingga sang penumpang yang kasihan meminta Leony malah yang dibonceng.
"Ada juga pria yang cancel order setelah liat saya cewek, mungkin karena prinsip aja sih. Terus ada juga bapak-bapak yang kasihan lihat saya malah meminta dia yang di depan," katanya.
Prestasi lainnya, Leony mampu meraih juara dalam ajang debat mahasiswa Hukum. Tergabung dalam UKM Kelompok Riset dan Debat (KRD) FH Undip, dia mengharumkan nama Undip dengan meraih juara 2 Kontes Debat Regional tahun 2018 dan juara 1 Kontes Debat Tingkat Nasional tahun 2018.
Usai lulus kuliah, Leony mengaku tetap akan terus menjadi driver ojek online. Namun dia saat ini tengah mengincar beasiswa S2.
"Selama bisa atur waktu akan tetap narik, tapi ini aku lagi cari program beasiswa untuk magister S2," ucap anak sulung dari dua bersaudara.
Soal pendapatan sebagai driver ojol, dia tidak mematok tinggi-tinggi target hariannya. Hanya berkisar seratus ribuan saja, atau jangan sampai kurang dari Rp 50.000.
"Kalau awal pertama ingat dapat Rp 40.000, saat ini aku batasin minimal Rp 50.000 sudah cukup, tapi kadang malah seratus ribuan juga," tutup dia.(Suara.com/Liberty Jemadu)