Hitekno.com - Sempat viral di media sosial, sebuah video yang menyebutkan kalau kebanyakan makan daging babi bisa merubah orientasi seksual seseorang.
Bahkan dalam video tersebut, disebutkan kalau kebanyakan makan daging babi bisa membuat orientasi seksual seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT).
Video yang viral di media sosial ini berawal dari akun Instagram @dotermuslim.id, yang mengunggahnya pada Rabu (1/1/2020).
Baca Juga: Makan Daging Babi Setengah Matang, Ratusan Cacing Pita Ada di Otak Pria Ini
Dalam video yang viral di media sosial ini berisikan ceramah yang dibawakan oleh dr. Zaidul Akbar.
Seketika video berdurasi 1 menit itu beredar luas di media sosial dan menjadi sorotan publik. Selengkapnya, berikut isi cermaha dr. Zaidul Akbar.
Karena apa yang kita makan akan membentuk gen. Kalau tiap hari dia makan bubur ayam krupuk nanti mentalnya juga mental krupuk. Serius saya nggak bercanda ini, beneran
Baca Juga: Chimera, Makhluk Campuran Babi dan Monyet Ciptaan Ilmuwan China
Behaviournya manusia dipengaruhi dengan apa yang dia makan. Perilaku kita dipengaruhi apa yang kita makan.
Kenapa orang-orang Barat banyak yang LGBT, lesbi karena kebanyakan makan babi. Babi kan gitu sifatnya. Jadi mereka nggak paham dengan sisi-sisi ini.
Babi itu tidak punya selera, terutama babi jantan maaf kalau babi betinanya diganggu, dia nggak akan cemburu sama sekali. Akhirnya kan mereka begitu kelakuannya di sana. Jadi makanan mempengaruhi perilaku.
Baca Juga: Heboh Sate Padang Daging Babi, Netizen Malah Main Pantun
Kekinian video tersebut lenyap dari jejaring Instagram @doktermuslim.id, namun jejak digitalnya diunggah oleh warganet.
Lantas benarkan, kebanyakan makan babi menyebabkan LGBT?
Penjelasan
Baca Juga: Ramai Restoran yang Ditutup Paksa, Pedagang Bakso Babi Tulis Ini di Gerobak
Hasil penelusuran Suara.com, ditemukan pendapat yang bertolak belakang dengan penyataan tersebut. Sejumlah pakar kesehatan tidak sepakat bila konsumsi babi menyebabkan LGBT.
Dikutip dari laman Doktersehat.com, dr. Adrian Setiaji mengatakan makanan tidak mudah mempengaruhi orientasi seksual seseorang. LBGT disebut lebih banyak disebabkan oleh faktor gen dan lingkungan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Norwegian University of Science and ology (NTNU) yang diterbitkan pada September 2011 juga menyebutkan bahwa makanan mempengaruhi gen manusia yang lebih berisiko penyakit seperti kanker, demensia dan kardiovaskuler.
Tidak disebutkan kalau makanan mempengaruhi orientasi seksual seseorang.
Senada dengan hal itu, dr. Ryu Hasan SpBS, pH.D lewat penuturannya menyebutkan, sejak 1973 homoseksual tidak bisa dikatakan sebagai penyakit. Begitu pula dengan LGBT yang tidak menular.
Dr. Eko Budhidarmaja menyatakan pendapatnya, orientasi seksual bukan dipicu oleh makanan melainkan pengalaman seksual tertentu atau kenyamanan berada di lingkungan homoseksual.
Kesimpulan
Pendapat makan daging babi menyebabkan LGBT keliru. Faktanya, beberapa ahli media menyebut orientasi seksual lebih disebabkan oleh orientasi gen dan lingkungan, bukan makanan.
Itulah penjelasan kenapa pendapat makan daging babi menyebabkan LGBT seperti yang viral di media sosial adalah keliru. (Suara.com).