Hitekno.com - Merebaknya virus corona yang berasal dari Wuhan, China membuat munculnya sentimen rasis pada warga keturunan China. Terlebih karena beredarnya virus ini ke berbagai negara.
Massimiliano Martigli Jiang, pemuda keturunan China yang dibesarkan di Italia membuat social experiment untuk melawan sentimen rasis tersebut.
Videonya diunggah oleh persatuan pemuda China-Italia Unione Giovani Italo Cinesi (UGIC) ke Facebook pada Selasa (4/2/2020) dan kemudian menjadi viral.
Baca Juga: Momen Haru Perpisahan Perawat dengan Anaknya demi Perangi Virus Corona
Pantauan Suara.com, rekaman yang berdurasi sekitar satu menit ini telah mendapat 5.800 like, 564 komentar dan 9 ribu kali dibagikan.
Eksperimen sosial ini merupakan ide Massimiliano Martigli Jiang dan Francesco Xia. Mereka melakukannya pada Minggu (2/2/2020) di jalan-jalan Florence, Italia.
Dilaporkan TaiwanNews, Kamis (6/2/2020), pemuda China ini berdiri diam di tengah alun-alun di Florence. Pemuda itu menutup matanya dengan syal hitam dan mengenakan masker.
Baca Juga: Dokter China yang Pertama Memperingatkan Bahaya Virus Corona Meninggal
Di samping pemuda China ini, terdapat tulisan tangan: "Saya bukan virus. Saya manusia. Buang prasangka."
Dalam menit-menit awal, video eksperimen sosial itu memperlihatkan beberapa orang mengacuhkan Massimiliano Martigli Jiang. Kemudian beberapa pejalan kaki ada yang berhenti sebentar untuk berswafoto dengannya.
Tidak lama setelah itu, orang-orang lainnya memeluknya. Beberapa bahkan membantu melepas penutup mata dari wajahnya. Pemuda itu membalas pelukan yang diberikan kepadanya.
Baca Juga: Anaknya Terkurung karena Virus Corona, Ibu Ini Hanya Bisa Menangis
Banyak penonton tersentuh oleh aksi pemuda keturunan China ini. Warganet yang melihat videonya di media sosial juga memuji keberanian pemuda China melawan sentiment rasis akibat virus corona.
Menurut TaiwanNews, Massimiliano Martigli Jiang lahir di kota Wenzhou, China. Ia pindah ke Italia bersama orang tuanya ketika masih muda.
UGIC berharap orang-orang akan lebih peduli dan perhatian terhadap para penderita virus corona. Sehingga tidak menyebarkan kebencian.
Baca Juga: Nekat Bikin Prank Virus Corona di Mall, Youtuber Ini Panen Hujatan Netizen
"Berjalan menjauh dari virus, bukan manusia," tambah organisasi itu.
Untuk diketahui, sentimen rasis terjadi di seluruh Italia terhadap warga dan keturunan China. Menurut laporan media setempat, insiden sempat terjadi ketika turis China di Venesia diludahi.
Lebih kejamnya lagi, kelompok ibu-ibu bahkan memberikan himbauan kepada buah hati mereka untuk menjauhi teman sekolah mereka yang memiliki keturunan China.
"Ini sangat tidak menyenangkan dan tak masuk akal. Mereka bahkan melibatkan anak-anak," sebut salah seorang anggota Asosiasi Bisnis Italia Conf Commercio bernama Fransesco Wu, dikutip dari The Local, Sabtu (1/2/2020).
Belakangan, diketahui bahwa Lembaga Kesehatan Italia telah mengirim sebuah surat edaran di setiap sekolah.
Dalam surat tersebut, sekolah dihimbau untuk tetap bertindak adil dengan tidak perlunya membatasi murid yang memiliki keturunan China.
Penduduk China di Italia, sejak tahun 2008, diketahui jumlahnya telah mencapai angka kurang lebih 300 ribu jiwa.
Italia juga dikabarkan menjadi negara ketika di Eropa setelah Jerman dan Perancis yang memberikan informasi terkait korban terinfeksi virus corona.
Sentimen rasis juga terjadi di Kanada dan Indonesia. Dilaporkan The Guardian, Selasa (28/1/2020), komunitas China di Kanada menghadapi pelecehan rasis terkait virus corona.
Seperti yang dialami oleh penduduk Toronto bernama Terri Chu.
Dalam cuitannya, Terri Chu mengatakan bahwa ia dan ibu-ibu China lainnya di sana takut akan "gelombang rasisme tak terhindarkan" yang menyertai penyebaran virus corona di seluruh dunia.
Ia tidak menyadari betapa dalamnya reaksi yang akan terjadi.
"Banyak dari kita bahkan belum pernah ke China tetapi ketahuilah kami akan dicaci," cuit Terri.
Sementara itu, disadur dari Japan Times, Kamis (30/1/2020), lebih dari 9.000 orang telah menandatangani petisi yang mendesak salah satu dewan sekolah di daerah Toronto untuk menjaga anak-anak yang anggota keluarganya baru saja kembali dari Tiongkok.
Penolakan turis China terjadi di Sumatera Barat, Indonesia. Warga yang tergabung dalam GNPF Ulama Bukittinggi-Agam menolak kedatangan 174 turis China yang berkunjung ke wilayahnya.
Padahal sebelumnya, ratusan turis yang datang sejak Minggu (26/1) pagi itu disambut meriah oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno.
Warga khawatir, virus corona bisa menyebar melalui para turis yang datang. Aksi penolakan terjadi di luar hotel tempat para turis China tersebut menginap. (Suara.com/ Rifan Aditya).