Kembali Makan Korban, Tantangan Skull Breaker Buat Remaja Ini Gegar Otak

Remaja lelaki ini pun pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit setempat di mana ia didiagnosis menderita gegar otak.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Rabu, 26 Februari 2020 | 18:48 WIB
Ilustrasi aplikasi TikTok. (Digital Crew)

Ilustrasi aplikasi TikTok. (Digital Crew)

Hitekno.com - Belum lama ini tantangan Skull Breaker populer di kalangan pengguna TikTok. Sangat berbahaya, tantangan ini kembali menelan korban. 

Meski ini bertujuan untuk menghibur, sayangnya risiko yang dipertaruhkan tidak lah sepadan.

Seorang lelaki bernama Ke'Avion Hearn, dari Pine Bluff, Arkansas, harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami cedera setelah melakukan tantangan ini.

Baca Juga: Melalui Teknologi, Gojek Dukung Sleman Jadi Kabupaten Cerdas

Ke'Avion mengatakan dirinya dibujuk oleh kedua temannya untuk melakukan tantangan ini.

"Aku melompat dan mereka secamam menendang kakiku sehingga aku tidak bisa mendarat (di lantai). Yang aku ingat adalah berada di lantai" tutur Ke'Avion dilansir Daily Mail, Rabu (26/2/2020).

Remaja lelaki ini pun pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit setempat di mana ia didiagnosis menderita gegar otak.

Baca Juga: Jadikan Arus Banjir Bak Waterpark, Netizen: Corona Sungkan Masuk Indonesia

Korban skull breaker challenge (Facebook/Kimberly Hearn)
Korban skull breaker challenge (Facebook/Kimberly Hearn)

Ibunya, Kimberly Hearn, mengatakan putranya harus dirawat di rumah sakit selama tujuh jam.

"Dia tidak pantas mendapatkannya. Tidak ada anak yang pantas untuk itu," ujar Kimberly.

Sebenarnya, Ke'Avion bukanlah korban pertama dari tantangan ini.

Baca Juga: Tak Segera ungkap Konsol Game Baru, PlayStation Malah Main TikTok

Semakin populer tantangan ini semakin membuat profesional medis khawatir semua orang akan mengesampingkan keselamatannya hanya demi tantangan.

Menurut Nicole Beurkens, seorang psikolog klinis mengatakan remaja berada dalam tahap di mana hubungan antar teman sebaya dan lingkungannya dinilai sangat penting bagi mereka daripada memikirkan risikonya.

"Mereka juga berhadapan dengan interaksi sosial yang lebih kompleks pada saat korteks prefontal mereka (bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi, pengambilan keputusan dan kendali impuls) belum sepenuhnya berkembang," jelas Nicole.

Baca Juga: Tak Hanya Anak Muda, Viral Video Orang Tua Joget TikTok Saat Banjir

Karena itulah, menurutnya, banyak remaja tidak memperhitungkan konsekuensi atau risiko dari tantangan di TikTok.

"Mungkin ada pula optimisme yang membuat orang percaya bahwa hal-hal buruk tidak akan terjadi pada mereka. Bahkan mereka sudah mengetahui risikonya sangat berbahaya," tandas Nicole.(Suara.com/Rosiana Chozanah)

Berita Terkait
Berita Terkini

Unlimited Suka-Suka memberikan akses internet dengan memberikan jaminan terkoneksi ke layanan 4G Smartfren selama masa b...

internet | 13:00 WIB

Workshop ini merupakan kolaborasi antara UAJY dan Suara.com yang didukung oleh Program Dana Padanan Kemendikbud....

internet | 17:04 WIB

VPN online memungkinkan pengguna internet di Indonesia untuk terhindar dari risiko keamanan siber....

internet | 17:26 WIB

Program Dell AI untuk Telekomunikasi, yang merupakan bagian dari Dell AI Factory, menjawab semua tantangan tersebut deng...

internet | 15:13 WIB

Zoho Analytics versi baru ini menambahkan kekuatan, kecerdasan, dan fleksibilitas untuk melayani lebih banyak bisnis....

internet | 15:04 WIB