Hitekno.com - Constantine, seorang mahasiswa China menjadi korban pemukulan di Australia. Pria 29 tahun ini mendapatkan pemukulan lantaran tak bisa berbicara bahasa Inggris.
Pria ini merupakan mahasiswa Internasional yang berada di Australia untuk belajar sejarah olahraga anggar. Insiden ini dikabarkan oleh gurunya, Mark Holgate.
Mark menceritakan pemukulan yang menimpa Constantine dalam unggahan di Facebook, Rabu (25/2/2020). Unggahan tersebut menjadi viral hingga diberitakan oleh DailyMail.
Baca Juga: China Diduga Bungkam Warganya yang Sebarkan Informasi Sensitif Virus Corona
Dilaporkan DailyMail, Jumat (27/2), Constantine sedang berjalan di jalanan di Adelaide, Australia pada hari Sabtu (21/2). Ia didekati oleh seorang pria yang memaksanya untuk berbicara bahasa Inggris.
Pria tidak dikenal itu kemudian meninju wajah Constantine. Akibat pukulan itu, tulang pipi mahasiswa asal Chin ini hancur.
Menurut DailyMail, Constantine berisiko kehilangan penglihatannya dan akan membutuhkan ribuan dolar operasi bedah rekonstruktif.
Baca Juga: Panas dengan Inggris, Australia Ikut AS Banned Teknologi 5G Huawei
Mengetahui kejadian ini, Mark Holgate sangat marah. Ia bahkan malu menjadi orang Australia akibat tindakan pria tidak bertanggungjawab tersebut.
Mark mengatakan bahwa Constantine sebagai salah satu orang terbaik yang pernah dia temui.
"Hari ini saya marah dan malu menjadi orang Australia. Tiga hari yang lalu seorang mahasiswa saya, asal Cina, diserang oleh pengecut karena berjalan di jalan sambil berbicara bahasa lain," tulis Mark.
Baca Juga: Hoaks! Mi Goreng Indonesia Penyebab Virus Corona Merebak di Australia
"Sekarang sudah berakhir, dia tidak akan berlatih anggar untuk waktu yang lama," imbuhnya.
Menurut penjelasan Mark, pria yang memukul Constantine juga melontarkan kata-kata rasis.
"Pengecut yang menyerang murid saya, melontarkan sampah rasis dan menyuruhnya berbicara bahasa Inggris, menghancurkan sebagian besar tulang pipi (Constantine), dan dia akan membutuhkan operasi rekonstruksi wajah yang serius dan mahal agar tidak kehilangan mata," ujar Mark.
Baca Juga: Waspada Virus Corona, Guru di Australia Ini Ngajar Via Video Call
Mark mengkhawatirkan keadaan mahasiswa China tersebut. Apalagi saat ini, keluarga mahasiswa itu sedang berjuang di tengah kepungan virus corona.
"Aku hanya patah hati untuknya. Dia khawatir pada keluarganya di China menghadapi virus corona, dan sekarang sesuatu yang buruk telah terjadi padanya," ucap Mark.
"Negara kita memiliki sejarah rasisme yang buruk. Tantang dan sebutkan. Jagalah teman-teman Asia-mu, virus corona hanyalah alasan lain yang memicu kekerasan rasis," imbuhnya.
Constantine memerlukan operasi segera. Lantaran bukan menjadi warga negara Australia, Ia akan membutuhkan ribuan dolar.
Halaman GoFundMe telah diluncurkan untuk membantu pengobatan Constantine. Awalnya, donasi terkumpul 2.480 dolar, kini telah melampaui target 6.000 dolar atau setara Rp 85,8 juta.
Untuk diketahui, tersangka yang memukul Constantine kembali ke tempat kejadian dan telah ditangkap oleh polisi.
Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada Daily Mail Australia bahwa seorang pria telah didakwa terkait dugaan serangan tersebut.
"Polisi menghadiri tempat kejadian dan menemukan pelaku di mana dia ditangkap dan didakwa melakukan penyerangan dan kerusakan properti," katanya.
Ia menambahkan, "Pria berusia 24 tahun dari Noarlunga Downs itu diberikan jaminan polisi dan dia akan hadir di Pengadilan Magistrasi Adelaide pada 30 Maret".
Itulah kisah Constantine, mahasiswa China yang mendapatkan serangan karena tak bisa bahasa Inggris di Australia. (Suara.com/ Rifan Aditya).