CEK FAKTA: Teori Konspirasi Prediksi Virus Corona Sejak 1981 Tidak Benar

Prediksi virus corona ini berdasarkan buku tahun 1981 berjudul The Eyes of Darkness yang ditulis Dean Koontz. Yang ternyata tidak benar prediksinya.

Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia

Posted: Jum'at, 03 April 2020 | 09:15 WIB
Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Hitekno.com - Netizen dengan akun @xkunkun belum lama ini mengunggah thread mengenai teori konspirasi kemunculan virus corona. Menurut netizen ini, keberadaan virus corona ini telah ada sejak tahun 1981. Namun ternyata hasil penelusuran tidak benar, virus dalam buku ini tidak seperti virus corona COVID-19 yang dikenal sekarang.

Thread buatan netizen dengan akun @xkunkun ini diketahui pertama kali diunggah pada Senin (16/3/2020) lalu dan langsung saja menjadi viral di Twitter dalam waktu singkat.

Menurut unggahan tersebut, prediksi mengenai keberadaan virus corona ini dimuat dalam buku yang dirilis tahun 1981 berjudul The Eyes of Darkness yang ditulis Dean Koontz.

Baca Juga: Bosan Saat Diisolasi, Dua Pria Ini Main Tenis Lewat Jendela

Dalam halaman ke 312 dalam buku tersebut, terungkap bahwa pada tahun 2020 akan ada sebuah penyakit mirip pneumonia yang akan menyebar ke seluruh dunia.

Penyakit ini menyerang paru-paru dan saluran bronkial. Lebih lanjut dan semakin parah, penyakit ini juga menolak semua perawatan yang dilakukan. Menurut buku ini, penyakit tersebut akan tiba-tiba hilang dan kembali.

Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)
Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)

Di laman buku lainnya, terungkap juga ada seorang ilmuwan China yang membelot ke Amerika Serikat dengan membawa rekaman disket senjata biologis penting. Senjata biologis ini diketahui adalah Wuhan-400 yang dikembangkan di luar Kota Wuhan.

Baca Juga: "Junk Food" Satu Ini Justru Menyehatkan, Netizen Beri Komentar Kocak

Menjadi viral di Twitter, banyak yang lalu meninggalkan komentarnya terkait teori konspirasi virus corona ini. Seorang netizen memberikan koreksi, bahwa tulisan tersebut bukan di buku Dean Koontz melainkan di buku karya Sylvia Browne.

Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)
Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)

Mengenai hal ini, melansir dari Reuters, ada perbedaan antara virus corona dan Wuhan-400 dalam novel tersebut. Perbedaan mencolok keduanya ada pada masa inkubasi, jika virus corona membutuhkan waktu 14 hari, Wuhan-400 membutuhkan empat jam.

Lebih lanjut, Wuhan-400 dalam novel tersebut memiliki tingkat mematikan hingga 100 persen. Penderita Wuhan-400 tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari 24 jam. Sedangkan tingkat mematikan virus corona mencapai dua hingga empat persen.

Baca Juga: Dukung Kerja dan Belajar di Rumah, XL Axiata Siap Atasi Lonjakan Trafik

Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)
Teori konspirasi virus corona. (twitter/xkunkun)

Mengenai benar tidaknya sebuah teori konspirasi memang masih belum diketahui. Biasanya perlu banyak bukti kuat yang menyanggah teori tersebut.

Sama halnya dengan teori konspirasi terkait virus corona ini yang disebut-sebut telah diprediksi sejak 1981 di novel karya Dean Koontz dan Sylvia Browne ini.

Penjelasan

Baca Juga: Lewat Festival Budaya Pasola 2020, LinkAja Mulai Jangkau Sumba

Berdasarkan cek fakta dan penelusuran kantor berita Reuters yang dimuat di artikel ini, diketahui bahwa memang benar Koontz menulis soal virus bernama Wuhan 400 dalam novelnya dan mengacu pada kota Wuhan, tempat muasal virus corona Covid-19.

Tetapi yang digarisbawahi adalah penyakit dalam buku fiksi itu berbeda dari yang terjadi di dunia nyata.

Dalam bukunya Koontz menyebut bahwa Wuhan 400 adalah "sebuah senjata biologis baru China dalam satu dekade". Ia juga menulis bahwa virus itu dibuat oleh laboratorium di luar kota Wuhan.

Faktanya, tidak ada bukti bahwa virus corona dikembangkan di dalam laboratorium. Virus itu, berdasarkan penelitian, bermula dari sebuah pasar di Wuhan yang menjual daging binatang liar. Para ilmuwan yakin bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan menjangkiti manusia lewat perantara binatang lain.

Selain itu gejala-gejala penyakit fiksi Wuhan 400 sangat berbeda dari virus corona Covid-19. Koontz dalam novelnya menyebut bahwa Wuhan 400 memiliki masa inkubasi hanya 4 jam. Sementara Covid-19 masa inkubasinya selama 1 - 14 hari.

Menurut lembaga kesehatan dunia, WHO, Covid-19 memiliki masa inkubasi rata-rata lima hari.

Koontz dalam novelnya menulis bahwa Wuhan 400 adalah penyakit dengan tingkat kematian 100 persen. Sementara Covid-19, menurut WHO, tingkat kematiaannya hanya antara 2 sampai 4 persen di Wuhan dan 0,7 persen di luar Wuhan.

Wuhan 400, karang Koontz dalam bukunya, mampu menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan otak manusia. Adapun Covid-19 menyerang sistem pernapasan, dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas.

Penting juga dicatat bahwa pada terbitan pertama novel The Eyes of Darkness pada 1981, virus fiksi itu dinamai Gorki-400 dan dikembangkan oleh pemerintah Uni Soviet.

Menurut South China Morning Post, nama virus dalam buku Koontz itu berubah menjadi Wuhan-400 dan diceritakan sebagai buatan China pada buku terbitan 1989, jelang berakhirnya Perang Dingin.

Pada edisi 1989 ini juga Koontz menggunakan nama aslinya pada buku itu, alih-alih nama alias Leigh Nichols.

Pada beberapa postingan soal buku ini di media sosial juga memasukkan foto halaman yang berisi sebagai berikut:

"Pada sekitar 2020 sebuah penyakit mirip pneumonia akut akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial, dan menolak segala jenis pengobatan."

Halaman berisi kalimat di atas bukan berasal dari buku Koontz, The Eyes of Darkness, tetapi dari buku berbeda berjudul End of Days: Predictions and prophecies about the end of the world Paperback karya Sylvia Brown, penulis AS yang juga menyebut diri sebagai dukun atau peramal. Buku Brown terbit pada 2008 lalu.

Kesimpulan

Klaim dalam postingan di media sosial tentang ramalan dalam buku Koontz sebagian salah. Memang benar ia menulis soal virus Wuhan-400 dalam novelnya yang terbit pada 1989, tetapi tidak di edisi perdana terbitan 1981.

Selain itu, gejala dan efek dari virus fiksi dalam novel The Eyes of Darkness itu dan di dunia nyata juga berbeda.

Juga penting diingat bahwa Koontz tidak menulis bahwa virus itu akan merebak pada 2020. Penyebutan tahun 2020 berasal dari buku lain karya Sylvia Brown yang terbit pada 2008.

Itulah hasil cek fakta buku novel karangan Dean Koontz yang diklaim telah memprediksi virus corona sejak 1981.

Koreksi (Pembaruan per 3 April 2020):

Artikel ini telah dikoreksi dan diperbarui, terutama demi meluruskan fakta-faktanya. Termasuk dengan mengubah/memperbaiki judul & sebagian gambarnya, juga tambahan/penjelesan di bagian isi. Mohon maaf atas kekeliruan sebelumnya dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Berita Terkait
Berita Terkini

Unlimited Suka-Suka memberikan akses internet dengan memberikan jaminan terkoneksi ke layanan 4G Smartfren selama masa b...

internet | 13:00 WIB

Workshop ini merupakan kolaborasi antara UAJY dan Suara.com yang didukung oleh Program Dana Padanan Kemendikbud....

internet | 17:04 WIB

VPN online memungkinkan pengguna internet di Indonesia untuk terhindar dari risiko keamanan siber....

internet | 17:26 WIB

Program Dell AI untuk Telekomunikasi, yang merupakan bagian dari Dell AI Factory, menjawab semua tantangan tersebut deng...

internet | 15:13 WIB

Zoho Analytics versi baru ini menambahkan kekuatan, kecerdasan, dan fleksibilitas untuk melayani lebih banyak bisnis....

internet | 15:04 WIB