Jawaban BRTI Soal Desakan Aturan SMS Penawaran

BRTI mendapatkan banyak permintaan untuk membuat regulasi yang mengatur SMS penawaran dari operator seluler.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 20 September 2020 | 16:00 WIB
Ilustrasi SMS. (Pixabay)

Ilustrasi SMS. (Pixabay)

Hitekno.com - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) berencana dalam waktu dekat akan berdiskusi dengan operator seluler terkait adanya permintaan untuk membuat regulasi yang mengatur SMS penawaran.

BRTI mendapatkan banyak permintaan untuk membuat regulasi yang akan mengatur soal SMS penawaran dari operator seluler.

"Dalam waktu dekat kami akan mendiskusikan kemungkinan dibuatnya rambu-rambu tertentu pengiriman SMS dari operator seluler melalui peraturan khusus. Diskusi akan dilakukan bersama dengan operator seluler dan pihak terkait lain, seperti YLKI," kata Komisioner BRTI I Ketut Prihadi Kresna, Jumat (19/9/2020), seperti dilansir Suara.com.

Baca Juga: Gegara Sering Kirim SMS Penawaran Dini Hari, Pelanggan Gugat Indosat

Komunitas Konsumen Indonesia dalam keterangan pers meminta BRTI menerbitkan regulasi yang lebih jelas mengenai penawaran layanan lewat SMS dari operator seluler.

"Kami minta agar ada aturan yang mengikat para pelaku usaha jasa telekomunikasi agar menghentikan SMS penawaran yang tidak sesuai dengan prinsip perlindungan konsumen, bila perlu dikenakan sanksi tegas kepada pelaku usaha yang melanggar," kata Ketua Komunitas Konsumen Indonesia, David Tobing.

Ilustrasi SMS. (Pixabay)
Ilustrasi SMS. (Pixabay)

SMS dari operator seluler, seperti dijelaskan BRTI, bisa berupa penawaran yang berkaitan langsung dengan layanan yang dipakai pelanggan, dan bisa juga berupa penawaran yang tidak terkait langsung dengan layanan yang digunakan pelangggan.

Baca Juga: Ponsel Legal dengan IMEI Terdaftar akan Dapat SMS dari Kominfo

Berkaitan dengan penawaran yang tidak berkaitan langsung dengan layanan yang digunakan pengguna, operator semestinya memperhatikan kenyamanan pelanggan, termasuk apakah pelanggan mau menerima SMS penawaran seperti itu.

"Operator seluler semestinya menyediakan opsi bagi pelanggan untuk tidak lagi menerima SMS seperti ini, yang biasa kita sebut opt in dan opt out," kata Ketut. Jika pelanggan memilih opt out, operator tidak boleh lagi mengirimkan SMS sejenis.

Protes Komunitas Konsumen Indonesia bermula dari maraknya SMS penawaran dari operator seluler, tanpa persetujuan konsumen. David menilai perlu ada persetujuan dari konsumen sebelum operator mengirimkan SMS penawaran seperti itu.

Baca Juga: Cuma Bisa Telepon dan SMS, HP Ini Malah Laris Manis

Desakan ini juga merupakan langkah lanjutan dari David Tobing selaku kuasa hukum Alvin Lie, anggota Ombudsman. Alvin Lie menggugat PT Indosat dan Menteri Komunikasi dan Informatika karena berulang kali mengirimkan SMS penawaran pada waktu yang dinilai tidak wajar, yaitu antara 18.00-02.30. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Inisiatif ini bertujuan membekali jurnalis dan staf media lokal dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengim...

internet | 22:25 WIB

Suara.com, Beritajatim.com dan ISTTS membantu media lokal dalam pemanfaatkan AI....

internet | 22:25 WIB

FlexiCicil hadir sebagai solusi inovatif bagi masyarakat Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan pembayaran....

internet | 10:31 WIB

REEL LIFE Film Camp memilih 24 peserta terbaik untuk berkecimpung di industri....

internet | 12:15 WIB

Modul Pelatihan Gemini Academy bisa diakses mandiri oleh guru-guru yang memiliki akun belajar.id....

internet | 13:13 WIB