Google Maps Tampilkan Gaza di Palestina Secara Buram, Apa Alasannya?

Pyongyang, ibu kota yang sangat tertutup di Korea Utara, memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada Gaza.

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 19 Mei 2021 | 16:50 WIB
Ilustrasi Google Maps. (Unsplash/ Mika Baumeister)

Ilustrasi Google Maps. (Unsplash/ Mika Baumeister)

Hitekno.com - Konflik Israel dan Palestina kini tengah jadi perhatian dunia, salah satunya adalah Jalur Gaza yang ramai di soroti. Namun sayangnya, tiba-tiba Google Maps dan Google Earth menampilkan lokasi tersebut secara blur atau buram.

Tampilan wilayah Gaza di Palestina yang terkna blur oleh Google Maps dan Google Earth ini pun makin menjadikan sorotan. Namun apa yang menyebabkan layanan Google tersebut melakukan hal ini?

Hal tersebut banyak dikeluhkan terutama oleh para jurnalis dan para analis, yang memantau kondisi salah satu wilayah di Palestina yang jadi sorotan tersebut.

Baca Juga: Netizen Klaim Temukan Pesan Tersembunyi Gal Gadot Soal Israel - Palestina

"Gambar Google Earth terbaru berasal dari tahun 2016 dan terlihat seperti sampah. Saya memperbesar beberapa daerah pedesaan acak di Suriah dan telah memiliki 20+ gambar yang diambil sejak saat itu, dalam resolusi yang sangat tinggi," kata Aric Toler, jurnalis Bellingcat, melalui akun Twitter, Selasa (18/5/2021).

"Tidak masuk akal bahwa Google dan Bing, bahkan Yandex menolak untuk memberikan citra satelit yang tidak buram untuk beberapa tempat terpadat di Bumi dan sering terkena serangan udara Israel," tulis Aric Toler di unggahan lain.

Gambar satelit resolusi rendah dari Gaza, salah satu tempat terpadat di Bumi, di Google Maps menyulitkan untuk mengidentifikasi bangunan dalam beberapa kasus.

Baca Juga: Mengenal Iron Dome, Sistem Pertahanan Israel dari Gempuran Roket Palestina

Bahkan gambar satelit Pyongyang, ibu kota yang sangat tertutup di Korea Utara, memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada Gaza.

Gambar satelit Palestina Israel. [Twitter]
Gambar satelit Palestina Israel. [Twitter]

Menyadur Hindustan Times, Selasa (18/5/2021), Google mengandalkan berbagai pihak ketiga yang memiliki satelit untuk memasok citra, dan tim pemetaan menggabungkan gambar-gambar itu untuk "membuat peta yang mulus."

Namun, ketika citra satelit berkualitas lebih tinggi tersedia dari perusahaan satelit seperti Maxar dan Planet Labs, para peneliti merasa "tidak masuk akal" bahwa Google masih memberikan citra yang kabur.

Baca Juga: Serbu Akun IG Perdana Menteri Israel, Netizen Indonesia Bela Palestina

Google mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bertujuan untuk memperbarui citra satelit dari tempat-tempat "yang paling banyak berubah".

"Secara keseluruhan, tujuan kami adalah untuk memperbarui tempat-tempat padat penduduk secara teratur dan mengikuti perubahan dunia, jadi kami akan menyegarkan area lebih sering ketika kami merasa ada banyak bangunan atau pembangunan jalan yang sedang berlangsung," jelas Matt Manolides, Pakar Strategi Geo Data Google.

Dengan lebih dari 13.000 orang per mil persegi, Kota Gaza lebih padat penduduknya daripada kota-kota besar dunia seperti London dan Shanghai.

Baca Juga: Tanggapi Konflik Israel - Palestina, Gal Gadot Tutup Komentar Media Sosial

Gambar satelit Palestina Israel. [Twitter]
Gambar satelit Palestina Israel. [Twitter]

Kyl-Bingaman Amendment (KBA)

Bukan tanpa sebab, pemerintah Amerika Serikat memang membatasi kualitas citra satelit yang boleh diambil perusahaan AS melalui Kyl-Bingaman Amendment (KBA).

Pada tahun 1997, Kyl-Bingaman Amendment (KBA) diperkenalkan untuk mengatasi masalah keamanan Israel. KBA mengatur citra satelit tidak dapat menampilkan item berukuran lebih kecil dari 2 meter.

Hal tersebut yang menyebabkan citra Gaza di Google Maps tampak buram, bahkan tampilan jalan juga terlihat tidak jelas.

Meskipun tidak jarang perusahaan mengaburkan area sensitif seperti pangkalan militer, KBA adalah pengecualian dengan area yang lebih luas.

Namun, amandemen tersebut sudah dicabut pada Juli 2020 setelah Kantor Urusan Pengaturan Penginderaan Jauh Komersial AS menyatakan bahwa "sejumlah sumber asing" telah memproduksi dan menyebarkan citra sub-2 meter dari Israel, menurut laporan Reuters.

Citra satelit memainkan peran yang semakin penting dalam menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia.

Pada 2017, Human Rights Watch bermitra dengan perusahaan pencitraan satelit data Planet Labs untuk mendokumentasikan pelanggaran hak, terutama di negara-negara tempat penyelidik dibatasi, seperti Myanmar atau Suriah.

Itulah keramaian kenapa Jalur Gaza di Palestina terlihat buram pada tampilan Google Maps dan Google Earth. (Suara.com/ Hikmawan Muhamad Firdaus).

Berita Terkait
Berita Terkini

Inisiatif ini bertujuan membekali jurnalis dan staf media lokal dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengim...

internet | 22:25 WIB

Suara.com, Beritajatim.com dan ISTTS membantu media lokal dalam pemanfaatkan AI....

internet | 22:25 WIB

FlexiCicil hadir sebagai solusi inovatif bagi masyarakat Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan pembayaran....

internet | 10:31 WIB

REEL LIFE Film Camp memilih 24 peserta terbaik untuk berkecimpung di industri....

internet | 12:15 WIB

Modul Pelatihan Gemini Academy bisa diakses mandiri oleh guru-guru yang memiliki akun belajar.id....

internet | 13:13 WIB