Hitekno.com - Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan hingga Mei 2021 transaksi aset kripto di Indonesia telah mencapai Rp 370 triliun. Menanggapi hal ini, Mendag Lutfi meminta masyarakat untuk tidak buru-buru berkecimpung.
Mendag Lutfi mengimbau masyarakat agar mempelajari cara kerja perdagangan aset kripto sebelum berkecimpung dan bertransaksi.
Hal tersebut dinilai sangat penting untuk mencegah kerugian akibat tidak memahami dinamika aset kripto, mengingat peminat aset kripto makin membeludak.
Baca Juga: Thailand Resmi Larang Transaksi Menggunakan Mata Uang Kripto, Kenapa?
"Kita sedang di persimpangan jalan, suatu disrupsi yang tidak bisa kita pungkiri. Kita harus sama- sama mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum kita bertransaksi," kata Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Jumat (18/6/2021).
Mendag menjelaskan tren jual beli aset kripto akan terus meningkat dan nilai transaksinya akan terus bertambah. Pada 2020 masyarakat Indonesia yang melakukan transaksi aset kripto mencapai 4 juta orang dengan nilai transaksi mencapai Rp65 triliun dan hingga akhir Mei 2021 naik menjadi 6,5 juta orang dengan transaksi melonjak mencapai Rp 370 triliun.
"Kemendag harus mengatur ini dengan baik. Kita akan menggunakan policy sandbox. Kita akan jalan dulu dan pada saat bersamaan kita perbaiki peraturannya agar menjamin keamanan dan kerahasiaan transaksi," kata Mendag Lutfi.
Baca Juga: Perusahaan Asal Inggris Manfaatkan Kotoran Sapi untuk Tambang Kripto
Untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha terhadap perdagangan aset kripto, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto dan Peraturan Kepala Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Aset Kripto dan perubahannya.
Daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka dapat dilihat di Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang Dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Kemudian, sesuai dengan Peraturan Bappebti Nomor 5 tahun 2019 tentang Juknis Perdagangan Aset Kripto dan telah disempurnakan menjadi Peraturan Bappebti Nomor 9 Tahun 2019 dan Peraturan Bappebti Nomor 2 Tahun 2020 tentang Juknis Perdagangan Aset Kripto di Pasar Fisik Bursa bahwa saat ini telah ada 13 Calon Pedagang Aset Kripto yang terdaftar di Bappebti.
Baca Juga: Pasar Kripto Tak Kunjung Pulih, Elon Musk Jadi Sasaran Kemarahan Netizen
Menurut Mendag, perdagangan aset kripto di Indonesia harus tetap berkiblat pada asas perdagangan di Indonesia dan Kemendag memiliki Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) untuk mengawasinya.
Selain itu Kemendag juga akan bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), serta para pemangku kepentingan dalam perdagangan aset kripto.
"Kita akan bekerja sama agar kita sama-sama menjadi bangsa yang bisa lebih dulu menikmati keleluasaan menguasai aset kripto," ujar Mendag Lutfi.
Baca Juga: Tukang Bangunan Ini Ngaku Main Aset Kripto, Saldonya Bikin Netizen Minder
Itulah pesan Mendag Lutfi yang meminta masyarakat lebih dulu mempelajari perdagangan aset kripto sebelum berkecimpung. (Suara.com/ Liberty Jemadu).