Pakar Keamanan Sarankan Jokowi Tak Pakai WhatsApp, Ini Alasannya

Pakar keamanan siberPratama Persadha menyarankan Jokowi dan pejabat negara lain untuk tidak menggunakan WhatsApp.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 25 Juli 2021 | 14:20 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)  di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 17 Mei 2021. (Foto dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 17 Mei 2021. (Foto dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)

Hitekno.com - Doktor Pratama Persadha, pakar keamanan siber menyarankan agar Presiden Joko Widodo berserta pejabat negara tidak memakai WhatsApp. Pastinya ada alasan kenapa Jokowi tidak disarankan memakai aplikasi tersebut.

Pakar keamanan siber ini menyarankan Jokowi tidak memakai aplikasi WhatsApp untuk menghindari serangan software pengintai besutan Israel, Pegasus.

Pratama Persadha seperti dimuat Suara.com menjelaskan bahwa Pegasus merupakan malware berbahaya yang bisa masuk ke gawai seseorang dan melakukan kegiatan surveillance atau mata-mata.

Baca Juga: Update Baru Disebut Bisa Sadap HP Kamu, Ini Jawaban WhatsApp

Menurut Pratama, Pegasus sebenarnya merupakan sebuah trojan yang begitu masuk ke dalam sistem target dapat membuka pintu bagi penyerang untuk dapat mengambil informasi yang berada di target.

"Lebih spesifik boleh dikatakan bahwa Pegasus merupakan sebuah perangkat pengintai (spyware)," kata Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini.

Pratama mengemukakan hal itu terkait dengan Pegasus yang ramai menjadi perbincangan setelah laporan Amnesty Internasional menyebutkan ada sejumlah presiden, perdana menteri, dan raja yang menjadi target dari malware buatan NSO, perusahaan teknologi Israel.

Baca Juga: Windah Basudara Tamatkan "Game WhatsApp", Respons Netizen Bikin Ngakak

Salah satu yang menjadi perhatian internasional, kata dia, adalah info bahwa salah satu yang menjadi korban Pegasus adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Laporan dari Amnesty International dan Citizen Lab menyusul dugaan kebocoran data pada 50.000 target potensial alat mata-mata Pegasus NSO, termasuk di dalamnya adalah 10 perdana menteri, tiga presiden, dan seorang raja menjadi target Pegasus.

Dijelaskan pula bahwa software pengintai seperti ini banyak juga dijual bebas di pasaran, bahkan ada beberapa yang bisa didapatkan dengan gratis. Namun, yang membedakan adalah teknik atau metode yang digunakan agar malware tersebut untuk dapat menginfeksi korban.

Baca Juga: Spyware Candiru Israel Incar Aktivis Indonesia, Ini Tanggapan Kominfo

"Selain itu, teknik untuk menyembunyikan diri agar tidak dapat terdeteksi oleh antivirus maupun peralatan security dan juga teknik agar tidak dapat di-tracking," katanya.

Ilustrasi keamanan internet. (F5 Networks)
Ilustrasi keamanan internet. (F5 Networks)

Saat ini, kata dia, sangat sulit untuk menghindari kemungkinan serangan malware. Pegasus sendiri hanya membutuhkan nomor telepon target. Ponsel bisa jadi terhindar dari Pegasus jika nomor yang digunakan tak diketahui oleh orang lain.

Teknik yang digunakan oleh Pegasus ini, menurut Pratama, biasa disebut dengan remote exploit dengan menggunakan zero day attack atau suatu metode serangan yang memanfaatkan lubang keamanan yang tidak diketahui bahkan oleh si pembuat sistem sendiri belum diketahui.

Baca Juga: Ditemukan Spyware yang Memakai Teknologi Israel Mengincar Indonesia

"Serangan ini biasanya sangat sulit terdeteksi oleh perangkat keamanan walaupun ter-update. Hal ini yang membuat Pegasus ini sangat berbahaya," kata dia.

Bila menilik malware Pegasus, kata Pratama, cukup dengan panggilan Whatsapp, ponsel penerima sudah terinfeksi. Bahkan, tanpa harus menerima panggilannya. Dengan metode yang sama dan mengirimkan file lewat Whatsapp juga bisa menyebabkan peretasan.

Dikemukakan pula bahwa tidak hanya aplikasi Whatsapp yang bisa dimonitor, tetapi semua aplikasi yang terinstal di dalam smartphone tersebut. Lebih jauh lagi Pegasus dapat mengumpulkan semua data ponsel.

Jika malware berhasil ditanamkan, menurut Pratama, data dari ponsel bisa disedot dan dikirim ke server. Bahkan, yang lebih mengerikan, Pegasus bisa menyalakan kamera atau mikrofon pada ponsel untuk membuat rekaman secara rahasia.

"Prinsipnya adalah Pegasus bisa melakukan segala hal di smartphone dengan kontrol dari dashboard. Bahkan, bisa mengirim pesan, panggilan, dan perekamanan tanpa sepengetahuan pemilik HP," kata Pratama.

Itulah penjelasan pakar keamanan siber Pratama Persadha menyarankan Jokowi untuk tidak memakai aplikasi WhatsApp agar terhindar dari serangan software pengintai besutan Israel, Pegasus. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Inisiatif ini bertujuan membekali jurnalis dan staf media lokal dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengim...

internet | 22:25 WIB

Suara.com, Beritajatim.com dan ISTTS membantu media lokal dalam pemanfaatkan AI....

internet | 22:25 WIB

FlexiCicil hadir sebagai solusi inovatif bagi masyarakat Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan pembayaran....

internet | 10:31 WIB

REEL LIFE Film Camp memilih 24 peserta terbaik untuk berkecimpung di industri....

internet | 12:15 WIB

Modul Pelatihan Gemini Academy bisa diakses mandiri oleh guru-guru yang memiliki akun belajar.id....

internet | 13:13 WIB