Riset Akamai: Permintaan Pembajakan Online Melonjak secara Global

Riset ini menunjukkan bahwa pembajakan online berdampak buruk bagi keuangan di beragam industri.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 30 Januari 2022 | 13:39 WIB
Ilustrasi jaringan internet. (Aruba)

Ilustrasi jaringan internet. (Aruba)

Hitekno.com -  Akamai ologies, Inc merilis hasil reset yang mengungkap detail dari tren pembajakan online yang meningkat secara global.

Melalui riset "Pirates in the Outfield" laporan State of the Internet/Security terkini dari Akamai yang membahas lanskap pembajakan yang terus berubah.

Hal ini, menurut  Pusat Kebijakan Inovasi Global Kamar Dagang AS, akan menyebabkan kerugian sebesar 29,2 miliar dolar AS terhadap ekonomi AS akibat hilangnya pendapatan setiap tahun.

Baca Juga: Tahun Ini BRIN Mulai Riset Roket Bertingkat, untuk Apa?

Laporan baru ini merupakan kolaborasi antara Akamai dan MUSO, yang menyajikan data mengenai kegiatan pembajakan melalui streaming dan pengunduhan di berbagai industri.

Riset ini menunjukkan bahwa pembajakan online terus menjadi praktik yang lazim dan berdampak buruk bagi keuangan di beragam industri.

Antara Januari dan September 2021, permintaan pembajakan global—yang diukur dengan angka kunjungan ke berbagai situs web yang menawarkan akses ke film dan acara televisi, baik melalui browser atau aplikasi seluler, serta angka pengunduhan melalui platform Torrent—mencapai angka 3,7 miliar untuk jumlah streaming dan pengunduhan tanpa lisensi resmi.

Baca Juga: Riset LD FEB UI: Kontribusi Gojek kepada Peningkatan PDB Indonesia

Menurut riset ini, 61,5% konsumen yang berkunjung ke situs pembajakan mengakses situs tersebut secara langsung, sementara 28,6% aktif mencari situs tersebut.

"Perjuangan melawan pembajakan tidak pernah berhenti, dan tidak ada senjata pemungkas untuk mengatasi setiap jenis pembajakan online. Seiring pengembang konten bertambah lihai dalam melindungi konten mereka dari pembajakan, para pelaku kriminal mengadaptasikan metode mereka untuk mengakses konten yang dilindungi," ucap Steve Ragan, peneliti keamanan di Akamai dan penulis laporan ini.

"Pembajakan tidak hanya berdampak pada pencurian film dan konten lainnya. Dampak sebenarnya terjadi di belakang layar dan mengakibatkan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan film, buku, dan perangkat lunak yang kita gunakan dan nikmati kehilangan pendapatan." lanjutnya.

Baca Juga: Riset FEB UI: GoTo Financial Tingkatkan Inklusi Keuangan UMKM di Indonesia

Skala pembajakan online yang dijelaskan di laporan ini menguraikan salah satu masalah paling sulit dan kompleks yang harus dihadapi oleh banyak perusahaan.

Selagi media, penerbitan, dan perusahaan layanan digital lainnya berfokus untuk melindungi pendapatan karena perubahan perilaku konsumen, sangat penting bagi kita untuk memahami ancaman lanskap pembajakan agar dapat berhasil memitigasi risiko.

Pembajakan menimbulkan masalah keamanan secara internal di organisasi dan sebagai vektor potensi serangan lain yang harus dicegah agar tidak terjadi pelanggaran hak kekayaan intelektual (HKI) penting.

Baca Juga: 5 Alasan Pentingnya Riset Pasar Sebelum Memulai Bisnis

"Saat membahas masalah pembajakan yang terjadi secara global dan di seluruh industri film, TV, perangkat lunak, penerbitan, dan musik, jelas terlihat betapa luasnya skala pembajakan ini. Mungkin yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa pembajakan masih menjadi masalah yang kian berkembang di banyak area, dengan peningkatan secara keseluruhan sebesar 16% dalam jangka waktu sembilan bulan terakhir," kata James Mason, CTO MUSO.

"Seperti yang ditekankan oleh kemitraan kami dengan Akamai dalam laporan ini, bekerja sama untuk memahami secara mendalam tren terbaru dalam ekosistem pembajakan yang selalu berubah adalah kunci untuk membentuk strategi anti-pembajakan yang efektif, sebagai ganti upaya memberantas pembajakan secara tersegmentasi." imbuhnya.

Penjabaran tren pembajakan

Selain permintaan akan materi bajakan yang tidak ada habisnya, laporan ini mengungkapkan beberapa informasi lainnya yang perlu diperhatikan, termasuk:

  • Jumlah kunjungan total sebanyak 132 miliar ke situs web pembajakan terhitung antara Januari 2021 dan September 2021.
  • Industri dengan konten yang paling banyak dibajak adalah televisi (64 miliar kunjungan total), penerbitan (30 miliar kunjungan total), film (14,5 miliar kunjungan total), musik (10,8 miliar kunjungan total), yang mencakup game video dan perangkat lunak PC modern (8,9 miliar kunjungan total)
  • Secara global, Amerika Serikat (13,5 miliar), disusul dengan Rusia (7,2 miliar), India (6,5 miliar), Tiongkok (5,9 miliar), dan Brasil (4,5 miliar) adalah lima negara dengan angka kunjungan ke situs web pembajakan terbanyak tahun lalu. 
Berita Terkait
Berita Terkini

Unlimited Suka-Suka memberikan akses internet dengan memberikan jaminan terkoneksi ke layanan 4G Smartfren selama masa b...

internet | 13:00 WIB

Workshop ini merupakan kolaborasi antara UAJY dan Suara.com yang didukung oleh Program Dana Padanan Kemendikbud....

internet | 17:04 WIB

VPN online memungkinkan pengguna internet di Indonesia untuk terhindar dari risiko keamanan siber....

internet | 17:26 WIB

Program Dell AI untuk Telekomunikasi, yang merupakan bagian dari Dell AI Factory, menjawab semua tantangan tersebut deng...

internet | 15:13 WIB

Zoho Analytics versi baru ini menambahkan kekuatan, kecerdasan, dan fleksibilitas untuk melayani lebih banyak bisnis....

internet | 15:04 WIB