Hitekno.com - Meta meuduh Rusia telah menyebarkan propaganda anti Ukraina di berbagai platform media sosial. Termasuk Facebook dan Instagram juga beberapa platform lainnya.
Kini Meta hendak merangkul banyak pihak untuk berpartisipasi dalam menangkal propaganda anti Ukraina dari Rusia tersebut.
Yakni gerakan bersama Twitter, YouTube, Telegram, hingga LiveJournal untuk memberantas tindakan Rusia tersebut.
Baca Juga: Rusia Temukan Terobosan di Bidang Nuklir, Amerika Ketar-ketir?
Menurut laporan The Verge, Kamis (29/9/2022), Meta mengungkap kalau kampanye doktrin Rusia telah melibatkan jaringan luas hingga lebih dari 60.000 situs palsu.
Bahkan, beberapa situs palsu itu juga meniru tampilan dari media Eropa seperti Der Spiegel, The Guardian, dan Bild untuk mendapatkan kredibilitas.
Diungkap Meta, akun media sosial yang menjadi propaganda Rusia sebagian besar mengkritik pengungsi Ukraina maupun negara itu sendiri.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Topeng Emas Berusia 3.000 Tahun di China, Jadi Jimat untuk Jaga Arwah?
Tugas lainnya, mereka melontarkan kritik terkait sanksi yang diberikan terhadap Rusia.
Konten artikel propaganda itu diproduksi menggunakan bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, hingga Ukraina.
"Ini adalah operasi terbesar dan paling kompleks dari Rusia yang telah kami ganggu sejak awal perang di Ukraina," kata Global Threat Intelligence Lead Meta, Ben Nimmo dan Security Engineer Meta, Mike Torrey, dalam laporan tersebut.
Baca Juga: Gua Pemakaman Berusia 3.300 Tahun Ditemukan, Arkeolog Temukan Benda-benda Bersejarah Ini
Mereka menyebut kalau propaganda itu menghadirkan kombinasi kecanggihan dan kekuatan yang tidak biasa.
Penulis mengatakan, jaringan akun palsu ini membangun citra di internet dengan menggunakan nama yang sama di berbagai platform.
Secara total, halaman dalam jaringan akun palsu ini menghabiskan sekitar 105.000 Dolar AS atau Rp 1,6 miliar untuk mempromosikan artikel dan meme melalui iklan Facebook dan Instagram.
Baca Juga: Meski Telah Berusia 1.000 Tahun, Ilmuwan Bisa Ungkap Penyebab Kematian Mumi Ini
Di sisi lain, halaman Facebook Kedutaan Rusia di Eropa dan Asia bahkan memperkuat konten dari kampanye propaganda anti Ukraina itu.
Meta menyebut kampanye itu menggunakan meme yang dibuat demi mempromosikan narasi pro Rusia dan anti Ukraina. Bahkan mereka turut menyertakan petisi di Change.org hingga Avaaz.
Ini bukan pertama kalinya Rusia menggunakan taktik serupa untuk menyebarkan propaganda.
Pada awal 2021, sebuah media online yang terafiliasi dengan intelijen Rusia dilaporkan menyebarkan informasi palsu dan menyesatkan terkait vaksin Covid-19.
Itulah laporan terkini soal klaim Meta yang menyebut Rusia gelontorkan banyak dana untuk menyebar propaganda anti Ukraina di media sosial. (Suara.com/ Dicky Prastya)