Hitekno.com - Jejak digital di internet sering kali disepelekan, namun sebenarnya jadi bagian penting seseorang. Bagaimana jejak digital harus dikelola dengan baik bagi mereka yang sering berselancar di Internet.
Internet dan digitalisasi mempermudah kehidupan kita dalam berbagai hal. Terutama saat pergerakan kita dibatasi oleh lockdown demi memutus mata rantai penyebaran virus, dan hampir semua kegiatan dilakukan secara online. Kita bisa merasakan banyak kemudahan dengan teknologi digital.
Pandemi meningkatkan jumlah data personal yang beredar secara online, karena semakin banyak orang yang menggunakan internet untuk bekerja, sekolah, berinteraksi, dan kegiatan lainnya. Hal tersebut menambah rekam jejak digital kita di internet.
Baca Juga: Bersama Hostinger, Niagahoster Bangun Fasilitas SMP Wali Ate di Sumba Barat Daya
Dilansir dari blog Niagahoster, jejak digital merupakan segala rekam jejak data seseorang saat berselancar di internet. Jejak digital tidak hanya kegiatan yang secara sadar dilakukan atau diinput ketika membuat akun di aplikasi atau website, tapi juga meliputi data yang ditinggalkan tanpa sadar oleh pengguna internet. Misalnya mengizinkan aplikasi mengakses lokasi GPS atau mengizinkan website membaca cookies.
Ketika membuka suatu website, kerap kali sebuah pop-up bertuliskan Allow Cookies akan muncul di bagian bawah atau bahkan di tengah website. Besar kemungkinan pengguna internet langsung mengeklik pilihan allow cookies agar bisa melanjutkan kegiatan berselancar di internet.
Mengizinkan website membaca cookies, berarti mengizinkan website untuk menyimpan rekam jejak digital dan aktivitas online yang dilakukan oleh pengunjungnya, seperti yang dikutip dari blog Niagahoster. Dengan data tersebut, website akan merekomendasikan iklan sesuai history pencarian pengguna.
Baca Juga: Dampingi Komunitas WordPress, Niagahoster Bantuk Wapuu Ranger
Tidak hanya itu, digital marketer juga bisa mendapatkan informasi personal pengunjung website melalui cookies. Informasi personal tersebut meliputi umur, jenis kelamin, hobi, kegemaran, dan data personal lainnya.
Jejak digital juga bisa digunakan oleh recruiter untuk melakukan screening terhadap kandidat yang akan direkrut oleh sebuah perusahaan. Jejak digital dari aktivitas online di internet dan media sosial bisa digunakan untuk background checking dan mengetahui pribadi asli seorang kandidat.
Lebih Berhati-Hati di Internet
Baca Juga: Jadikan Pelanggan sebagai Inspirasi, Niagahoster Gelar Customer Meetup Secara Hybrid
Jejak digital memiliki kekuatan yang besar, karena rekam jejak digital bisa digunakan untuk membentuk reputasi digital seseorang di era digital ini. Tentunya hal tersebut akan membawa manfaat sekaligus risiko bagi pengguna internet.
Salah satu risiko yang harus dihadapi adalah ketika terjadi hacking atau security breach pada website yang kita gunakan, seperti yang terjadi pada marketplace Carousell baru-baru ini.
Dikutip dari The Straits Times, database yang memuat informasi dari 1,95 juta akun user terdampak atas kejadian tersebut.
Baca Juga: Niagahoster: Kekuatan Marketing Campaign untuk Angkat UMKM
Dengan berbagai kemungkinan kebocoran data tersebut, pengguna internet pun harus lebih berhati-hati dan memperhatikan kemungkinan jejak digital diakses dan digunakan oleh orang lain.
Meninggalkan jejak digital akan membuka celah bagi pelaku kejahatan untuk mencuri data personal yang kemudian disalahgunakan demi kepentingan pribadi pelaku.
Sebagai langkah pencegahan, penting bagi pengguna aktif internet untuk mengelola rekam jejak digital. “Untuk mengelola jejak digital, bisa dimulai dari mengetikkan nama kita di Google dan lihat apa yang muncul.
Dari situ, kita bisa mengidentifikasi informasi mana saja yang perlu kita hapus,” ujar Muhammad Fahraz, Cyber Security Specialist Niagahoster dan Hostinger Indonesia.
Fahraz menambahkan, amat penting untuk mereview privacy setting pada device atau aplikasi yang mengharuskan kita memiliki akun untuk memastikan data apa saja yang akan mereka ambil.
Pastikan juga setiap device, aplikasi, dan akun online kita terlindungi menggunakan multi-factor authentication, serta gunakan password manager untuk menyimpan kata sandi akun.
"Selain itu, sebelum membagikan informasi secara online atau memposting sesuatu, pikirkan lagi konsekuensinya. Tanyakan pada diri sendiri apakah harus membagikan informasi tersebut dan apakah nantinya informasi atau postingan tersebut bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain di kemudian hari," sarannya.