Hitekno.com - Usai huru-hara di fasilitas produksi iPhone terbesar di China, pemerintah negeri tersebut mulai berbenah.
Hal ini lazim dilakukan lantaran insiden di pabrik Foxconn tersebut memicu gangguan produksi dan distribusi.
Akibatnya, pemerintah Negeri Tirai Bambu memperlonggar aturan tentang lockdown Covid.
Baca Juga:
Spesifikasi Tecno Camon 19 Pro: HP Rp 3 Jutaan dengan Kamera Selfie 32 MP dan Fitur OIS
Berikut adalah deretan fakta terkait pelonggaran tersebut seperti dilansir dari The Register:
- COVID-19 mengganggu rantai pasokan industri teknologi, terutama yang terkait dengan China.
- China mengadopsi kebijakan tidak toleransi terhadap infeksi COVID-19, sehingga pabrik dan infrastruktur transportasi sering beroperasi di bawah kapasitas dari 2020 hingga 2022.
- Namun, dalam beberapa minggu terakhir, China telah berhenti melakukan pembatasan alias lockdown.
- Orang yang terinfeksi COVID-19 diwajibkan isolasi diri, namun kota-kota akan tetap terbuka meskipun infeksi tersebar.
- Para ahli memprediksi hal-hal tidak akan berjalan dengan baik.
- Menurut Profesor Epidemiologi Hong Kong University Ben Cowling, populasi China langsung melompat dari penahanan ke "kembali normal" tanpa menerapkan langkah-langkah mitigasi sementara.
- Cowling percaya bahwa lompatan tersebut dapat menciptakan kekacauan.
- Feng Zijian, seorang mantan direktur di Chinese Center for Disease Control and Prevention, memprediksi dua minggu yang lalu di acara Universitas Tsinghua bahwa setidaknya 80 hingga 90 persen dari populasi China akan terinfeksi virus tersebut, menurut media yang didukung negara.
- Feng mengatakan bahwa model matematika memprediksi puncak gelombang relaksasi setelah aturan ditinggalkan dengan tingkat infeksi mencapai 60 persen dari populasi.