Hitekno.com - Startup yang mengandalkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan bertumbangan dalam tiga tahun ke depan. Prediksi tersebut disampaikan oleh pengamat sekaligus investor kunci Venture Capital (VC), Ken Smythe.
Ia menilai bahwa AI akan "mengguncang" atau menyisihkan banyak profesi. Meski begitu, pengamat memprediksi bahwa startup AI cenderung gagal pada beberapa tahun mendatang.
Gagalnya startup AI mirip fenomena runtuhnya startup teknologi selama gelembung dot-com.
Baca Juga: Startup Ini Rilis Dompet Digital Anyar, Bantu UMKM Tegal Go Digital
Sebagai informasi, banyak perusahaan rintisan atau startup berbasis AI yang bermunculan dalam tiga tahun terakhir.
Startup tersebut memanfaatkan aplikasi dan algoritma tertentu berdasarkan AI. Mereka menyasar sektor kesehatan, teknologi, marketing, proses daur ulang sampah, dan masih banyak lagi.
AI juga familiar di kehidupan sehari-hari. Siri (Apple), Alexa (Amazon), Google Assistant (Google), alat kesehatan (scanner) dan mobil otonom (driver-assistance system) merupakan contoh bagaimana AI dapat membantu kehidupan masyarakat modern.
Baca Juga: Lebih dari 2 Ribu Startup Ada di Indonesia, Pemerintah Berharap Ada Ratusan Startup Baru pada 2024
Kemajuan teknologi AI semakin banyak dibicarakan setelah hadirnya ChatGPT. Itu adalah chatbot yang dikembangkan oleh startup OpenAI. Raksasa teknologi Microsoft bahkan menginvestasikan 10 miliar dolar AS (Rp 152 triliun) kepada startup tersebut.
Ken Smythe, pendiri dan kepala eksekutif Next Round Capital Partners (Venture Capital dari New York) mengungkap bahwa AI akan mengubah industri di masa depan.
Perlu diketahui, Next Round Capital Partners berinvestasi dalam teknologi dan startup AI. Perusahaan telah berinvestasi di Uniphore, startup percakapan-AI yang mengembangkan agen layanan pelanggan virtual untuk pusat panggilan.
Baca Juga: Hadirkan Platform Editing Video Berbasis AI, Startup Ini Dapat Pendanaan Puluhan Miliar
Meski berinvestasi pada sektor tersebut, pengamat sekaligus investor itu memprediksi bahwa sekitar 85 persen startup AI akan gulung tikar dalam tiga tahun ke depan.
"Sebanyak 85 persen startup AI akan bangkrut dalam tiga tahun. Baik karena mereka ditelan oleh perusahaan besar atau karena mereka kehabisan uang," kata Smythe dikutip dari The Street.
Pengamat tersebut mengungkap bahwa para raksasa teknologi akan mempunyai ratusan miliar dolar (ribuan triliun rupiah) untuk dibelanjakan pada pengembangan AI.
Ini memungkinkan mereka untuk "melahap" startup yang baru memulai mengandalkan AI.
Ken Smythe menilai bahwa startup AI membutuhkan banyak modal, ilmuwan, dan PhD untuk mengembangkan kode inovatif.
Jika tak mempunyai tiga hal tersebut, mereka bakal dihancurkan oleh perusahaan raksasa.
"Saya pikir pemenang startup AI adalah mereka yang bekerja sama dengan raksasa teknologi untuk memiliki modal, sumber daya, tenaga kerja, dan pengetahuan terampil. Mereka adalah pemenang besar. Saya pikir berdiri sendiri untuk seorang investor dalam bertaruh dan memasukkan 10 juta dolar AS (Rp 152 miliar) pada startup AI yang baru saja diluncurkan, mereka masih akan kesulitan," ungkap Smythe.