Asia Tenggara Lebih Ramah Terhadap Adopsi Kripto, Ini Penyebabnya

Vietnam telah mengalami perkembangan yang luar biasa dari sisi adopsi kripto.

Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 16 Mei 2023 | 09:21 WIB
Ilustrasi Bitcoin. (Pixabay)

Ilustrasi Bitcoin. (Pixabay)

Hitekno.com - Sudah menjadi rahasia umum apabila banyak penambang kripto berada di Amerika Serikat dan Rusia. Meski begitu, analis mengungkap bahwa Asia Tenggara justru "lebih ramah" terhadap adopsi kripto.

Terdapat sejumlah alasan mengapa beberapa negara berkembang justru mempunyai investor yang lebih ramah dengan kripto.

Forbes melaporkan, daya tarik kripto soal demokratis keuangan terlihat lebih menarik bagi negara-negara yang sebagian besar penduduknya kesulitan mendapatkan akses ke layanan perbankan.

Baca Juga: Profil dan Biodata Dibo, Roster Berhijab Asal Malaysia yang Curi Perhatian di SEA Games 2023

Meski Tiongkok dan India telah mengambil tindak tegas terhadap kripto, namun negara Asia Tenggara yang lain tidak demikian. Itu karena 80 persen penduduk kedua negara ini memiliki rekening bank.

Sementara, di Vietnam, Indonesia dan Fililipina, masing-masing hanya ada 70 persen, 66 persen dan 44 persen penduduknya yang punya rekening di bank.

Ilustrasi ETH atau Ethereum. (Pixabay @elifxlite)
Ilustrasi ETH atau Ethereum. (Pixabay @elifxlite)

Hal tersebut membuat regulator di masing-masing negara tidak mengambil langkah tegas dengan cepat seperti di India dan Tiongkok, karena akses kripto telah memberi manfaat tersendiri bagi mereka yang kesulitan mengakses layanan perbankan.

Baca Juga: Realme 11 Pro Plus 5G Lolos Sertifikasi FCC, Varian Global Punya Spek Mirip

Dilansir dari Blockhainmedia.id (jaringan Suara.com), para regulator di negara Asia Tenggara tidak begitu mendewakan kripto dalam membantu penduduknya di sektor keuangan, tetapi juga juga tidak melihatnya sebagai ancaman.

Hal tersebut membuat kripto mampu membantu negara Asia Tenggara meningkatkan inklusi keuangan mereka.

Meski Vietnam lambat dalam mengadopsi regulasi kripto, tetapi penduduknya telah dizinkan untuk memiliki aset digital, namun tidak dapat menggunakannya sebagai alat pembayaran.

Baca Juga: Gegara Hacker dan Scam, Investor Kripto Kehilangan Rp 1,5 Triliun pada April 2023

Namun, Chainalysis menemukan bahwa Vietnam telah mengalami perkembangan yang luar biasa dari sisi adopsi.

Dalam laporan Maret 2023 Chainalysis, diketahui ada hampir 17 persen dari 97 juta penduduk Vietnam yang telah memiliki kripto, dan Bitcoin adalah yang paling populer di sana.

Bahkan, runtuhnya bursa kripto FTX pada bulan November 2022 diketahui tidak menggoyahkan kepercayaan penduduk Vietnam untuk tetap memegang aset kripto mereka. Adopsi lebih banyak sebagai investasi dibandingkan trading.

Baca Juga: Exchange Bitrue Diserang Hacker, Kripto Senilai Ratusan Miliar Rupiah Hilang

Kemungkinan, salah satu alasan di balik popularnya crypto di Vietnam adalah kegunaannya yang praktis.

Ada lebih dari 600.000 penduduk Vietnam yang bekerja di luar negeri dan telah mengirimkan uang senilai US$3-3,5 milyar setiap tahun.

Jika mereka menggunakan layanan perbankan tradisional, itu akan menarik biaya yang tinggi dan waktu kirim yang juga tidak sebentar.

Tetapi, jika mereka menggunakan kripto, biaya yang dibebankan akan jauh lebih murah dan dana akan sampai hanya dalam hitungan menit.

Berita Terkait
Berita Terkini

Inisiatif ini bertujuan membekali jurnalis dan staf media lokal dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengim...

internet | 22:25 WIB

Suara.com, Beritajatim.com dan ISTTS membantu media lokal dalam pemanfaatkan AI....

internet | 22:25 WIB

FlexiCicil hadir sebagai solusi inovatif bagi masyarakat Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan pembayaran....

internet | 10:31 WIB

REEL LIFE Film Camp memilih 24 peserta terbaik untuk berkecimpung di industri....

internet | 12:15 WIB

Modul Pelatihan Gemini Academy bisa diakses mandiri oleh guru-guru yang memiliki akun belajar.id....

internet | 13:13 WIB