Hitekno.com - Apa kamu pernah mendengar tentang Holokaus?
Holokaus merupakan pembantaian besar-besaran kepada enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.
Pembantaian ini dilakukan oleh negara Jerman Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler.
Baca Juga: Dolichogenidea xenomorph, Lebah Parasit Mirip di Film Alien
Peristiwa mengenaskan ini mengakibatkan sekitar dua pertiga dari sembilan juta warga Yahudi yang tinggal di Eropa tewas.
Saat warga dunia seolah lepas tangan memberi pertolongan, beberapa tempat ini justru memberikan pertolongan kepada para pengungsi ini.
Berikut tim HiTekno merangkum 5 dari tempat perlindungan bagi korban Holokaus ini,
Baca Juga: Modius: Headset Canggih yang Mampu Menurunkan Berat Badan
1. Sosua
Pada tahun 1938, rezim Hitler mengusir ratusan ribu orang Yahudi dari rumah dan negara mereka.
Presiden Roosevelt kemudian meminta melakukan konferensi Internasional untuk membahas opsi-opsi untuk penanganan pengungsi.
Baca Juga: Syahdu, Jalanan Ini Dihiasi Tulisan dan Lukisan Saat Hujan
Hampir semua delegasi menyampaikan simpati pada pengungsi, namun tidak ada yang menawarkan bantuan.
Republik Dominika kemudian menjadi satu-satunya negara yang memberikan tawaran bantuan.
Pemimpin Dominika pada saat itu, Diktator Rafael Trujillo berjanji untuk menerima hingga 100.000 pengungsi.
Baca Juga: SmartOmi Q5, Wireless Earphone Murah Alternatif Apple AirPods
Namun tawaran Trujillo ini ternyata adalah usaha pembersihan nama setelah melakukan pembantaian ribuan orang Haiti.
Terlepas dari motif Trujilo tersebut, Sosua yang berada di Dominika, menjadi rumah bagi 800 pengungsi yang kehilangan rumah dan negaranya itu.
Setiap pengungsi menerima sebidang kecil tanah dan beberapa ternak untuk dikembangkan.
2. Haiti
Negara kecil dengan hati dermawan, Haiti, menjadi tempat selanjutnya yang merupakan perlindungan untuk pengungsi-pengungsi ini.
Pada konferensi Evian, Diplomat Haiti menawarkan untuk menerima 50.000 pengungsi Yahudi.
Proposal Haiti ini pada awalnya mendapat penolakan.
Namun berkat usaha para diplomat Haiti di seluruh Eropa yang memberikan visa sebanyak-banyaknya, 300 orang Yahudi berhasil melakukan perjalanan panjang ke negara Karibia, dan mendapat sambutan pada saat kedatangannya.
Beberapa pengungsi Yahudi tinggal dan menjadikan Haiti sebagai rumah kedua mereka setelah tragedi Holokaus.
3. Filipina
Antara tahun 1937 dan 1941, sekitar 1.200 orang Yahudi berhasil melarikan diri ke Filipina.
Manuel Quezon, yang menjabat pada saat itu, berusaha menyambut sebanyak mungkin pengungsi Yahudi.
Pengungsi Yahudi ini mengalami kesusahan dalam beradaptasi pada awalnya, mengingat cuaca, makanan, dan bahasa sangat berbeda dari yang pernah mereka jalani sebelumnya.
Namun penduduk Filipina yang ramah berhasil membuat mereka dapat menyesuaikan diri secara perlahan dan bisa hidup berdampingan dengan warga asli.
Walaupun kemudian pada tahun 1941, Jepang kembali menginvasi Filipina, pengungsi Yahudi ini tidak menjadi sasaran mereka karena dianggap sebagai sekutu.
Sedangkan orang Amerika Filipina dipenjarakan.
4. Llanwrtyd Wells
Selama Holokaus, lebih dari 130 anak-anak Yahudi hidup aman dan bahagia di sebuah kota kecil di Wales.
Anak-anak ini diangkut oleh sebuah kereta Nicholas Winton, saat pertama kali tiba di Wells.
Warga sekitar menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka.
Sebuah hotel lokal di Cekoslowakia berubah menjadi asrama untuk anak-anak tersebut.
Anak-anak ini kemudian dirawat oleh warga setempat.
Setelah perang berakhir, anak-anak ini kemudian mengetahui apa yang terjadi dengan orang tua mereka dan memilih untuk kembali bersatu dengan kerabat mereka yang masih hidup.
Beberapa yang sudah dewasa, memilih mengunjungi Wells sebagai kota yang melindungi mereka selama masa-masa kelam Holokaus.
5. Le Chambon-Sur-Lignon
Banyak upaya heroik yang dilakukan untuk membantu para pengungsi selama masa Holokaus.
Salah satunya warga di pegunungan Prancis Selatan yang bekerja sama melindungi pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Nazi.
Seorang pendeta meminta bantuan pada Quaker untuk menegosiasikan usaha pembebasan terhadap anak-anak Yahudi.
Pendeta ini menawarkan Le Chambon sebagai tempat perlindungan bagi mereka.
Penduduk sekitar menyambut baik kedatangan anak-anak ini, dengan memberikan mereka makanan dan pakaian.
Orang-orang Yahudi ini berhasil membaur dan menjadi satu dengan warga Le Chambon.
Hitekno.com/Amelia Prisilia