Hitekno.com - Tepat 6 tahun yang lalu, gempa besar mengguncang pesisir barat Sumatera.
Gempa dengan kekuatan 8,5 magnitudo menjadi gempa terbesar setelah gempa San Francisco dengan 7,9 magnitudo pada 1906 dan Selandia Baru dengan 8,2 magnitudo pada 1855.
Total 5 orang tewas karena serangan jantung, 1 orang dilaporkan kritis, dan 6 lainnya luka-luka.
Gempa tahun 2012 ini memang tidak separah gempa tahun 2004 di Aceh yang menewaskan 170 ribu orang.
Sumber foto: Illustrator HiTekno
Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hananto mengatakan, sumber gempa pada tahun 2004 berbeda dengan gempa tahun 2012 ini.
Gempa tahun 2004 terjadi di zona subduksi saat lempeng Hindia tersubduksi oleh lempeng Burma, sementara tahun 2012, gempa terjadi di kerak Samudra Hindia.
Menurutnya, jika gempa besar terjadi di zona subduksi, kemungkinan untuk terjadinya tsunami akan sangat besar.
Namun saat gempa terjadi di kerak Samudra, walaupun besar sekalipun, tsunami yang dihasilkan hanya kecil.
Indonesia sebagai kawasan seismik yang paling aktif di dunia, memang terletak di kawasan 'Cincin Api Pasifik' atau kawasan yang memiliki deretan gunung berapi aktif.
Tekanan yang terbentuk dalam bebatuan ini terus meningkat hingga akhirnya melepaskannya dalam bentuk gempa bumi.
Gempa tahun 2012 ini tidak hanya berlangsung sekali, gempa kedua berkekuatan 8,2 kembali mengguncang.
Menurut data USGS National Earthquake Information Centre, gempa pertama dengan 8,5 magnitudo itu merupakan gempa terbesar ke-11 sejak tahun 1900.
Dan kemungkinan menjadi gempa strike-slip terbesar sepanjang sejarah.
Gempa strike-slip sendiri diakibatkan oleh sebuah bidang bebatuan yang saling bergeser satu sama lain.
Gempa 2012 ini telah menggeser bidang daratan hingga lebih dari 20 meter.
Ini merupakan gempa strike-slip ketiga yang terjadi di pesisir Sumatra sejak tahun 2004 hingga 2012.