Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi

Kaum Gipsy ini memiliki pandangan hidup yang unik dan tersebar luas di wilayah Amerika dan Timur Tengah. Diperkirakan, jumlah kaum ini sudah mencapai lebih dari 5 juta orang.

Tinwarotul Fatonah | Amelia Prisilia

Posted: Rabu, 25 April 2018 | 12:46 WIB
Gypsy/Illustration

Gypsy/Illustration

Hitekno.com - Gipsy atau kaum Gipsy merupakan bangsa nomaden yang suka berpindah tempat.

Pada kepemimpinan Hitler di Eropa, kaum Gipsy termasuk kelompok yang dianggap "berbahaya".

Selain kaum Gipsy, orang Yahudi, orang Slavia, dan kaum homoseksual juga termasuk kelompok tersebut.

Kaum Gipsy ini memiliki pandangan hidup yang unik dan tersebar luas di wilayah Amerika dan Timur Tengah.

Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi - 1

Sumber foto: The Holocaust Encyclopedia

Diperkirakan, jumlah kaum ini sudah mencapai lebih dari 5 juta orang.

Gipsy dikenal dengan berbagai nama, antara lain Gitanos, Tsigani, Ziguener, Sinti, dan Rom.

Banyak kabar miring mengenai keberadaan kaum ini.

Mulai dari desas-desus bahwa kaum Gipsy adalah kelompok perayu pria atau wanita dan kemudian mencuri barang-barang yang bukan miliknya, hingga mitos mengenai kaum gipsy adalah kelompok peramal dengan karavan.

Kesalahpahaman dan desas-desus ini tetap tidak bisa mengubah fakta bahwa kaum gipsy merupakan salah satu kelompok yang paling menarik dalam sejarah.

Bersama tim HiTekno, beberapa poin di bawah ini bisa kamu gunakan untuk lebih mengenal kaum Gipsy ini.

Simak ya.

Dari Mana Kaum Gipsy Berasal

Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi - 2

Sumber foto: Irish Times

Awalnya para peneliti masih berdebat mengenai asal muasal kaum ini.

Temuan terbaru yang dilakukan oleh Pusat Biologi Seluler dan Molekuler (CCMB), mengatakan bahwa kaum Gipsy benar berasal dari India.

Kelompok ini merupakan salah satu kelompok etnis yang mayoritas berada di Eropa, terutama Eropa Tengah dan Timur.

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok ini telah bermigrasi dari India Barat Laut sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Hidup Nomaden dan Tinggal di Karavan

Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi - 3

Sumber foto: Commons

Karena jarang diterima, kaum ini tidak pernah menetap di satu tempat.

Gaya hidup nomaden ini membuat kaum Gipsy memiliki berbagai keterampilan, seperti kerajinan logam, jual beli, dan hiburan.

Dengan menawarkan jasa dari keterampilan mereka, kaum ini mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Beberapa wanita dari kaum ini memanfaatkan reputasi mereka yang dikenal sebagai peramal, untuk tujuan komersial.

Karena hidup secara nomaden, kaum Gipsy memilih untuk hidup dalam karavan.

Biasanya satu karavan dapat menampung 4 hingga 5 orang.

Saat ini, mungkin akan sangat jarang ditemui kaum Gipsy yang hidup dengan cara nomaden dan tinggal di karavan, beberapa bahkan sudah tinggal menetap.

Cara Berpakaian yang Nyentrik

Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi - 4

Sumber foto: Everything Fat

Kaum ini biasanya akan mengenakan pakaian yang nyentrik dan mencolok.

Seperti menggunakan kalung emas, gigi emas, dan celana baggy atau rok panjang.

Penggunaan pakaiannya juga sering bertabrakan (mismatch).

Namun saat ini gaya berpakaian kaum gipsy, banyak menginspirasi orang-orang sekitarnya lho.

Unik sih ya.

Diskriminasi Kaum Gipsy

Kaum Gipsy: Si Nyentrik Korban Diskriminasi - 5

Sumber foto: German Federal Archives

Pada awal migrasinya ke Eropa, kaum ini mendapat perlakuan diskriminasi yang sangat tidak menyenangkan.

Bangsa Eropa kuno gemar membuat stereotip yang kurang baik mengenai kaum pendatang ini.

Masalah fisik menjadi salah satu hal yang paling mencolok.

Karena berasal dari India dengan warna kulit, rambut, mata, pakaian, dan tata krama yang berbeda dari bangsa Eropa, kaum ini sering mendapat cibiran dari masyarakat sekitar.

Menanggapi berbagai sikap diskriminatif ini, kaum gipsy akhirnya menjadi lebih akrab dengan sesama kaum mereka.

Selama berabad-abad, kaum ini menikmati dukungan dan sukacita dalam kehidupan sesama.

Hal ini yang membuat mereka masih bertahan hingga sekarang ini.

Hitekno.com/Amelia Prisilia

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB