Hitekno.com - Hutan Taiga Siberian yang terletak di wilayah dataran Rusia merupakan salah satu tempat paling terisolasi dari dunia luar.
Bukan cuma itu, lokasi tersebut juga merupakan salah satu yang paling sulit dijelajahi dan hampir mustahil bagi manusia untuk tinggal di sana.
Musim dingin yang panjang menghancuskan hunian manusia dan menjadikannya sebagai hutan belantara terbesar yang tak berpenghuni di Bumi.
Luas hutan tersebut 5,1 juta mil persegi mencakup sekitar 10 persen dari permukaan tanah bumi dan hampir seluruhnya dihuni hewan.
Beragam hewan tinggal di sana, mulai dari beruang dan rubah di siang hari hingga serigala yang kerap mencari mangsa di malam hari.
Bisa dikatakan, Hutan Taiga Siberian ini dipenuhi hewan yang mampu bertahan hidup di tengah cuaca dingin yang sungguh ekstrem.
Betapa tidak ekstrem, suhu rata-rata di wilayah tersebut di bawah titik beku dan musim panas tidak bakal bertahan lama di sana.
Kamu mungkin pernah mendengar cerita tentang tentara Jepang yang kadang-kadang muncul dari hutan, bersembunyi sejak Perang Dunia II.
Salah satu kisah tersebut adalah tentang Shoichi Yokoi, tentara Jepang, yang tinggal di Jungle of Guam selama 28 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Tahun 1978, ketika ahli geologi Rusia di Siberia menemukan keluarga dengan lima orang yang tinggal di sana dalam isolasi selama lebih dari 40 tahun.
Mereka adalah keluarga Lykov yang sudah lanjut usia.
Keluarga Lykov hidup sebagai pertapa di taiga dalam Pegunungan Sayan di Siberia Selatan dari 1936 sampai para ahli geologi menemukan mereka pada 1978.
Mereka ditemukan sekitar 150 mil jauhnya dari pemukiman terdekat, di tempat yang belum pernah dijelajahi.
Sebelum 1936, keluarga Lykov tinggal di bagian berpenduduk di Rusia.
Setelah patroli Soviet membunuh saudara laki-laki Karp Lykov, dia pun mengumpulkan keluarganya dan melarikan diri ke Hutan Taiga Siberia.
Setelah hari itu, mereka tidak pernah terlihat lagi.
Selama lebih dari 4 dekade, Karp Lykov, bersama dengan istri dan anak-anaknya, tinggal di gubuk kayu hanya beberapa mil dari perbatasan dengan Mongolia.
Menurut sebuah artikel di Smithsonian, ketika Lykov pertama memutuskan untuk pergi ke Taiga Siberia, ada 4 di antaranya: Karp Lykov; istrinya, Akulina; putra mereka Savin; dan putri mereka Natalia.
Dua anak lagi lahir di padang gurun: Dmitry pada tahun 1940, dan Agafia pada tahun 1943.
Sebuah buku Alkitab dan doa keluarga tua yang dibawa oleh Lykov hanya cukup bagi anak-anak untuk belajar membaca dan menulis, tetapi bertahan di padang gurun adalah tantangan nyata yang akan mereka hadapi.
Makanan mereka kebanyakan terdiri dari buah Siberia dan sayuran yang mereka kembangkan sendiri.
Selain itu, mereka belajar bagaimana berburu tanpa senjata atau busur, tetapi itu tampaknya tidak cukup karena mereka sering menghadapi kelaparan.
Keadaan berubah dari buruk menjadi lebih buruk bagi keluarga Lykov di akhir 1950-an ketika Akulina meninggal karena kelaparan, meninggalkan Karp dan anak-anak untuk melanjutkan perjuangan mereka untuk bertahan hidup di padang gurun Siberia.
Ketika para ahli geologi menemukan mereka pada tahun 1978 mereka terkejut oleh fakta bahwa keluarga yang masih hidup, tampak dalam kondisi tak terurus.
Namun, Karp Lykov menyambut orang-orang asing itu.
Smithsonian melaporkan bahwa pada awalnya, mereka menolak segala sesuatu yang ditawarkan oleh para ahli geologi kecuali untuk satu hal: garam.
Sudah 40 tahun sejak Karp mencicipi garam dan dia tidak bisa menolak tawaran tersebut.
Keluarga Lykov sama sekali tidak menyadari pecahnya Perang Dunia II atau fakta bahwa manusia telah mendarat di bulan.
Ketika para ahli geologi akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan mereka, mereka mampu menunjukkan kepada mereka 'keajaiban' kehidupan modern.
Reporter Vasily Peskov mencatat: “Apa yang paling mengejutkan Karp adalah paket plastik transparan. Dia berkata, Tuhan, apa yang mereka pikirkan - itu adalah kaca tetapi itu bisa diremas!"
Di musim gugur pada 1981, tiga dari empat anak (Dmitry, Natalia dan Savin) meninggal dengan jarak hanya beberapa hari.
Dua di antaranya gara-gara gagal ginjal, satu lainnya karena pneumonia.
Geologis berupaya meyakinkan Karp dan anak perempuannya, Agafia untuk pindah dengan kerabatnya di sebuah desa, dengan jarak sekitar 10 mil.
Tapi, mereka terus menolak ketika ditawarkan untuk pindah.
Karp meninggal pada 16 Februari 1988 dan putrinya, Agafia, tinggal sebatang kara di pegunungan di Hutan Tagia Siberia.