Cacing Hidup Berusia 40 Ribu Tahun Ditemukan di Dalam Es

Avatar hanya mampu bertahan hidup di dalam es selama 100 tahun, cacing ini mengalahkannya.

Tinwarotul Fatonah | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 31 Juli 2018 | 10:03 WIB
Ilustrasi Cacing Kuno
(Sumber: University of Toronto)

Ilustrasi Cacing Kuno (Sumber: University of Toronto)

Hitekno.com - Tim ilmuwan dari Rusia tampaknya akan menjadi saksi sekaligus penemu organisme kompleks yang tetap hidup dalam puluhan ribu tahun. Seekor cacing berusia 40 ribu tahun ditemukan dalam bongkahan es dan masih hidup.

Penelitian tersebut sudah dipublikasikan dalam jurnal Doklady Biological Sciences pada awal bulan Juli ini.

Para ilmuwan mengumumkan bahwa mereka menemukan nematoda purba yang mampu membangkitkan diri setelah setidaknya tidur selama 32 ribu tahun.

Baca Juga: Ngeri, 5 Foto Kasus Kriminal Paling Terkenal Di Dunia

Jika penemuan ini sudah disahkan oleh organisasi internasional, ilmuwan dari Rusia tersebut akan menjadi ilmuwan pertama yang menemukan organisme kompleks yang bertahan paling lama di muka Bumi.

Dikutip dari Gizmodo, cacing ini ditemukan bersama dengan 300 sampel tanah beku yang diambil dari dataran rendah Klolyma di timur laut Siberia.

Penampakan Cacing Berusia 42 ribu Tahun(Sumber: Doklady Biological Sciences)
Penampakan Cacing Berusia 42 ribu Tahun
(Sumber: Doklady Biological Sciences)

Cacing itu ditemukan dalam permafrost dalam kondisi beku. Permafrost merupakan bongkahan tanah yang berada pada titik beku 0°C.

Baca Juga: Anjing Bawa Kabur Kamera GoPro, Terekam Video Keren Ini

Di antara ratusan sampel tanah, ternyata 2 diantaranya terdapat cacing. Salah satu sampel tanah diambil dari liang tupai yang terkubur sejak 32 ribu tahun yang lalu. Sampel lainnya diambil dari gletser yang berumur 40 ribu tahun.

Setelah mengisolasi nematoda secara utuh, para ilmuwan tersebut menyimpan sampel cacing pada suhu 68 derajat Fahrenheit.

Mereka juga sengaja membiarkan sampel dikelilingi makanan untuk melihat apa yang terjadi.

Penampakan Cacing Berusia 32 ribu Tahun(Sumber: Doklady Biological Sciences)
Penampakan Cacing Berusia 32 ribu Tahun
(Sumber: Doklady Biological Sciences)

Selama beberapa minggu berikutnya, mereka secara berangsur-angsur melihat tanda kehidupan pada cacing tersebut.

Mereka melihat cacing memakan makanan itu bahkan secara mengejutkan mengkloning tubuhnya.

Cacing hasil kloning ini kemudian dipindahkan dan ternyata mereka juga berkembang di tempat lain.

"Secara teoritis, adalah mungkin apabila organisme dilindungi dari kerusakan fisik yang akan membahayakan integritas struktural mereka selama mereka berada pada fase beku, mereka dapat menghidupkan kembali pada fase pencairan/ rehidrasi dalam jangka waktu yang lama," kata Robin M. Giblin seorang ahli nematologi dan direktur Pusat Penelitian dan Pendidikan Fort Lauderdale.

Para peneliti mengidentifikasi beberapa cacing dalam sampel yang berusia 32.000 tahun sebagai organisme yang masuk genus Panagrolaimus.

Beberapa sampel cacing yang berusia 40.000 tahun masuk dalam genus Plectus.

Penemuan makhluk berumur panjang ini akan menjadi rekor yang mencengangkan.

Sifat yang lebih kompleks dari nematoda yang diduga makhluk kuno ini dapat mengungkapkan lebih banyak wawasan tentang kelayakan cryostasis.

Selain itu bagaimana cacing dapat bertahan hidup dalam kondisi ekstrim akan diteliti lebih lanjut.

Cacing Berusia 40 ribu tahun menjadi bahasan para ilmuwan dan mereka berspekulasi bahwa cacing tersebut berevolusi seiring waktu.

Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB