Hitekno.com - Banyak ilmuwan yang mengerahkan peralatan canggih dan sederet penelitian terkini, namun yang namanya gempa bumi tetap saja susah diprediksi.
Dalam buku Earth-Shattering Events, Andrew Robinson mengungkapkan bahwa, "Hampir setengah dari kota-kota besar dunia, saat ini berada di daerah berisikogempa bumi."
Kejadian gempa di Jepang yang berlanjut dengan tsunami, dengan skala 7,3 SR (skala Richter), juga baru saja di Lombok, pada besaran 7 SR, telah memberikan kontribusi kerusakan terhadap kawasan hunian dan infrastruktur.
Baca Juga: Asteroid Jatuh di Radar AS, Hampir Picu Kiamat Nuklir
Harap juga dicatat, serangkaian gempa dahsyat di Indonesia, seperti gempa padang dan Yogyakarta.
Menurut Andrew Robinson, seperti dilansir harian Suara.com, meski ilmu pengetahuan terus berkembang, melakukan prediksi atas kejadian gempa tetap termasuk kategori sulit.
Tetapi satu hal sudah jelas, yaitu manusia terus membangun kota-kota di garis patahan utama. Yaitu area terjadinya tumbukan antarlempeng benua dengan benua, atau benua dengan samudera.
Baca Juga: 5 Museum Aneh dan Unik Ini Cuma Ada di Korea Selatan Lho
"Seluruh bidang prediksi gempa, terlalu luas untuk dijelajahi," lanjutnya. "Dugaan di mana dan kapan terjadinya gempa besar selanjutnya menjadi pekerjaan rumah para pakar."
Sebagai gambaran, ia mengungkapkan bahwa seekor kelinci bisa lebih piawai untuk soal ini. Andalannya adalah naluri sebagai satwa, yang bisa menangkap sinyal-sinyal tertentu dari Bumi.
Bukan tanpa alasan, sumber pernyataan ini adalah Plutarch, seorang sejarawan Yunani yang memiliki firasat bakal terjadi gempa di Sparta pada 464 Sebelum Masehi.
Baca Juga: Mengenal Neanderthal, Manusia Purba yang Hidup Di Masa Lalu
Lantas, terjadinya bangunan ambruk atau kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi untuk kesekian kali, ditengarai bahwa telah terjadi keengganan manusia untuk belajar dari masa lalu.
"Adanya garis kesalahan, atau area patahan yang sudah diketahui secara geologi, tidak dipelajari sebelum membangun kembali sebuah kawasan dari kondisi pascagempa," tandas Andrew Robinson.
"Kecenderunganya adalah didirikan lagi, di tempat sama, tetapi tidak lebih kuat pondasinyna, sehingga saat terjadi gempa di waktu-waktu mendatang, terjadi kondisi berulang. Bahkan mungkin tidak kurang parah."
Baca Juga: Aplikasi Deteksi Gempa yang Wajib Ada Saat di Area Rawan Bencana
Tulisan ini sudah dimuat di Suara.com dengan judul Salah Satu Alasan : Mengapa Gempa Bumi Sulit Diprediksi.