Agustus 1883, Kiamat Kecil di Gunung Krakatau

Krakatau yang sekarat dan meledak.

Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia

Posted: Senin, 27 Agustus 2018 | 20:00 WIB
Gunung Krakatau. (Global Volcanism Program)

Gunung Krakatau. (Global Volcanism Program)

Hitekno.com - 1883 menjadi masa terburuk sepanjang sejarah Indonesia. Pasalnya, pada Mei 1883, Gunung Krakatau mulai memberikan tanda-tanda letusan dahsyatnya.

Puncaknya pada Agustus 1883, Gunung Krakatau memuntahkan seluruh isinya yang mengguncang dunia.

Gunung Krakatau benar-benar menciptakan kiamat kecil yang mengejutkan seluruh dunia. Banyak korban jiwa dan banyak perubahan terjadi di alam semesta.

Baca Juga: Xiaomi Pocophone F1 Meluncur di Indonesia, Ini Harga Resminya

Pada Minggu, 26 Agustus 1883, pukul 12.53, Gunung Krakatau menyemburkan awan gas yang bercampur material vulkanik setinggi 24 kilometer di atas Gunung Perboewatan.

Gunung Krakatau. (Krakatau-tour)
Gunung Krakatau. (Krakatau-tour)

Tepat pada tanggal 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau mengalami erupsi besar yang sangat mengerikan. Suara ledakannya terdengar hingga Sri Lanka dan Australia.

Menurut banyak penelitian, bunyi letusan Gunung Krakatau lebih keras sepuluh ribu kali lipat jika dibandingkan dengan suara ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Baca Juga: Pantau Status Penerbangan Pesawat dengan Aplikasi Flightradar24

Tidak hanya menciptakan suara dahsyat, goncangan karena letusan ini sukses menimbulkan deretan tsunami raksasa yang kekuatannya jauh melebihi bencana Aceh beberapa tahun yang lalu.

Para peneliti memperkirakan tsunami yang terjadi karena erupsi Krakatau mencapai tinggi 100 kaki atau hampir 30 meter. Tsunami besar ini memakan korban tewas lebih dari 50 persen.

Gunung Krakatau. (AwesomeStories)
Gunung Krakatau. (AwesomeStories)

Letusan besar yang mengguncang Bumi dan menciptakan tsunami juga membawa material abu ke angkasa. Erupsi besar-besaran tersebut membuat langit semakin gelap selama tiga hari lamanya.

Baca Juga: Hindari Hate Speech Jadi Top Comment di Instagram dengan Cara Ini

Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara lainnya juga terkena imbas dari letusan maha dahsyat ini.

Langit menjadi begitu gelap saat siang hari dan debu vulkanis runtuh dari langit dan menutupi sebagian Bumi dengan abu sedalam hampir tiga meter.

Jutaan ton debu vulkanis ini menutup atmosfir dan membuat sinar matahari tidak mampu menembus Bumi selama beberapa lama. Suasana Bumi menjadi sangat dingin karena menurunya suhu Bumi hingga beberapa derajat.

Baca Juga: Aplikasi Aipoly, Bantu Para Penyandang Tuna Netra Kenali Benda

Tidak sebentar, kondisi terjadi selama beberapa tahun. Tepatnya dari 1883 hingga 1888, lima tahun lamanya.

Gunung Krakatau. (u2know)
Gunung Krakatau. (u2know)

Banyak yang memprediksi jika Bumi akan semakin berbahaya karena manusia hidup tanpa sinar matahari sama sekali.

Menurut Forbes, erupsi Gunung Krakatau adalah bencana global pertama yang tercatat dalam sejarah.

Walapun sudah terjadi pada 1883 dan super dahsyat, bukan tidak mungkin jika Gunung Krakatau akan kembali 'berontak'.

Ledakan 1883 menyisakan sebuah gunung kecil yang sangat aktif bernama Anak Krakatau. Sama seperti ibunya, banyak peneliti yang yakin jika gunung ini akan kembali memuntahkan isinya dengan kekuatan luar biasa.

Hingga kini, Anak Gunung Krakatau menjadi salah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB