Sulit Masuk Indonesia, Ini Awal Mula Peneliti Temukan Virus Ebola

Virus Ebola pertama kali ditemukan di Guinea Tenggara pada Desember 2013 silam.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia

Posted: Jum'at, 21 September 2018 | 21:00 WIB
Virus Ebola. (NBC News)

Virus Ebola. (NBC News)

Hitekno.com - Maraknya berbagai virus yang berkembang sekarang ini memang menjadi mimpi buruk untuk siapa saja. Salah satu dari banyaknya virus tersebut adalah virus Ebola.

Ebola adalah wabah yang menghantui Afrika Barat selama ini. Setidaknya, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO ribuan orang sudah meninggal karena virus ini.

Virus Ebola pertama kali ditemukan di Guinea Tenggara pada Desember 2013 silam. Tepat pada 2014, virus ini menyebar. Tidak hanya menyerang manusia, virus ini juga menyerang beberapa hewan besar, seperti monyet dan simpanse.

Baca Juga: Secara Ilmiah, Ternyata Hobi Foto Selfie Tak Selalu Narsis

Pada tahun yang sama, Fabian Leendertz dari Robert Koch Institute, Berlin, membentuk tim riset multidisipliner dari disiplin ilmu ekologi, dokter hewan, dan antropolog.

Tim penelitian ini melakukan fokus penelitian di sebuah desa bernama Meliandou, Guinea yang merupakan awal mula virus ini berkembang.

Virus Ebola. (republica)
Virus Ebola. (republica)

Emile Ouamouno menjadi korban pertama yang meninggal akibat virus ini. Tepat setelah dirinya meninggal, ibu, adik, dan neneknya juga meninggal secara berturut-turut.

Baca Juga: Kamu Harus Tahu, Ini Perbedaan Badai dan Topan

Para peneliti lalu menemukan fakta bahwa tidak ada laki-laki dewasa yang meninggal saat wabah Ebola mulai menyebar. Hal ini menunjukkan bahwa satwa liar yang menjadi bahan buruan bukanlah perantara virus Ebola.

Tim lalu menemukan fakta lainnya. Dari data yang dikumpulkan, para peneliti mendapat hipotesis baru bahwa perantara virus Ebola adalah kelelawar buah yang memang banyak populasinya di daerah tersebut.

Hipotesa para peneliti adalah pada buah yang dikonsumsi oleh manusia setelah sebelumnya digigit oleh kelelawar tersebut.

Baca Juga: Ini 8 Spesies Baru Hasil Eksperimen Manusia

Hipotesis lain kembali muncul setelah para peneliti menemukan kelelawar yang bertengger di atap rumah warga. Kelelawar jenis ini tidak memakan buah layaknya kelelawar buah, melainkan memakan serangga. Kelelawar jenis ini disebut sebagai lolibelo.

Ternyata anak-anak di daerah ini sering menjadikan lolibelo sebagai hewan buruan untuk dipanggang dan dimakan. Peneliti lalu melakukan pengujian untuk membuktikan kebenaran hipotesis ini.

Virus Ebola. (USA Today)
Virus Ebola. (USA Today)

Hingga hari ini, berbagai penelitian masih dilakukan untuk membuktikan asal jelas dari virus Ebola yang menjadi mimpi buruk di Afrika Barat ini.

Baca Juga: Sering Eksperimen, Beberapa Ilmuwan Ini Tewas Karena Penemuannya

Virus Ebola membuat penderitanya merasakan otot nyeri, demam tinggi, sakit tenggorokan, muntah dan diare. Secara fisik, penderita akan mengalami perubahan warna mata menjadi merah dan kulit berbintik.

Paling parah, penderita akan mengalami pendarahan di mata, mulut dan telinga.

Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, virus Ebola ini tidak dapat masuk ke Indonesia karena beberapa faktor.

Salah satunya adalah saat virus ini marak dan menyebar di Afrika Barat, tidak ada penerbangan langsung antara Afrika dan beberapa negara Asia. Sehingga kecil kemungkinan virus ini dapat menyebar hingga ke negara Asia, termasuk Indonesia.

Walaupun begitu, kita harus tetap waspada terhadap virus Ebola yang mengancam nyawa ini ya.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB