Hitekno.com - Di Antartika, ternyata terdapat tanaman yang berbentuk lumut. Ilmuwan meneliti lumut berubah warna di Antartika dan mengatakan ini adalah pertanda buruk bagi iklim Bumi dan manusia.
Bagi kita yang masih awam, kita hanya tahu bahwa Antartika terlapisi oleh salju di semua permukaannya. Namun terdapat lumut yang mendiami suatu daerah di Antartika.
Baca Juga: Hal Ngeri Ini yang Terjadi Jika Pesawat Terbang Terlalu Tinggi
Baca Juga: Jatuh dari Ketinggian Ribuan Meter, Ini Caranya Agar Selamat
Benua yang sebagian besar permukaannya beku ini memiliki musim panas yang sangat singkat.
Dalam periode itu, es akan mencair membanjiri daratan dan memungkinkan lumut untuk tumbuh.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di dalam jurnal Nature Climate Change menunjukkan terdapat perubahan dalam warna lumut Antartika.
Baca Juga: Deretan Fakta Unik Badai Florence, 1 Juta Orang Dievakuasi
Meskipun kita biasanya mengasosiasikan iklim pemanasan dengan es yang mencair, penelitian ini menunjukkan wilayah Antartika Timur mulai mengering.
Banyak penelitian tentang pemanasan global yang banyak difokuskan pada Antartika Barat dan Semenanjung Antartika. Namun penelitian di Antartika timur mengindikasikan bahwa perubahan ekosistem terjadi juga di Antartika Timur.
Baca Juga: Gara - gara Alkohol, 1 dari 20 Penduduk Dunia Meninggal
Baca Juga: Mengenal Badai Mangkhut, Si Pengacau Terkuat Tahun Ini
Ilmuwan menggunakan data mengenai lumut Antartika dari tahun 2.000 hingga 2013. Dalam periode selama 13 tahun itu, terdapat perubahan warna dan jumlah yang sangat signifikan.
Lumut Antartika yang mempunyai nama ilmiah Schistidium antarctici berkurang signifikan mulai tahun 2008 hingga tahun 2013.
Di salah satu daerah bagian Antartika Timur penurunannya bahkan mencapai 95 persen.
Baca Juga: Menurut Peneliti, 5 Hal Sederhana Ini Buat Seseorang Jatuh Cinta
Itu termasuk penurunan yang sangat masif jika dibandingkan dengan jumlah S. antartici pada periode awal penelitian.
Dalam kasus S. antarctici, tumbuhan itu hanya ada di Antartika dan sangat toleran terhadap banjir. Namun lumut itu sangat sensitif terhadap kekeringan.
Baca Juga: Ants Circle of Death, Bunuh Diri Massal di Dunia Semut
Lumut berubah warna mengindikasikan wilayah tersebut tidak lagi mengalami banjir musiman yang dibutuhkan oleh spesies untuk bertahan hidup.
Dikutip dari Inverse, pada tahun 2003 semua kuadran penelitian mengandung setidaknya 70 persen lumut sehat (lumut hijau).
Tetapi pada tahun 2008, lebih dari lumut sehat itu berubah warna menjadi merah kecokelatan. Itu biasanya disebabkan karena kekeringan dan cahaya yang terlalu panas.
Lumut berubah warna menandakan bahwa ia telah bergeser jauh dari mode pertumbuhan fotosintesis reguler ke mode perlindungan.
Baca Juga: Kamu Harus Tahu, Ini Perbedaan Badai dan Topan
Lumut berubah ke mode perlindungan sebagai respon terhadap kondisi cahaya dan stres yang berlebihan.
Ilmuwan memperingatkan bahwa ini terjadi karena penipisan ozon dan termasuk pertanda buruk bagi manusia.
Jika penipisan ozon dan pemanasan global tak terkendali, bencana yang menimpa manusia semakin sulit diprediksi.
Lumut berubah warna bisa menjadi tanda peringatan bagi manusia agar lebih memperhatikan tempat tinggal mereka yaitu Bumi.