Hitekno.com - Tahun 2008, penemuan tulang ''pinky'' menambahkan karakter baru dan misterius ke dalam sejarah manusia. Puluhan ribu tahun lalu, kemungkinan terdapat cinta segitiga manusia purba yang membuat manusia modern memiliki DNA milik mereka.
Satu dekade kemudian tepatnya pada tahun 2018, ilmuwan menemukan temuan lain yang revolusioner. Temuan itu adalah mengenai makhluk hibrida antara nenek moyang terdekat manusia modern.
Itu berarti bahwa manusia, Neanderthal, dan Denisovans yang baru-baru ini ditemukan, ''saling bergaul'' satu sama lain dalam pesta 10 ribu tahun.
Baca Juga: Arktik Tambah Subur, Kabar Buruk Bagi Bumi
Dikutip dari Forbes Science, ilmuwan mengklaim bahwa hubungan ketiganya menghasilkan manusia modern zaman sekarang.
Gua Denisova di Pegunungan Altai Siberia melintasi perbatasan antara Rusia dan Kazakhtan.
Sepuluh tahun yang lalu, seorang ilmuwan Rusia menemukan sebuah tulang ''pinky'' atau berwarna pink kemerahan.
Baca Juga: Lumut Berubah Warna di Antartika, Pertanda Buruk Bagi Manusia
Setelah ilmuwan melakukan analisis genetik ekstensif, ternyata tulang itu milik spesies yang belum pernah kita temukan sebelumnya.
Mereka menamakannya dengan ''Denisovan''.
''Kepala Datar'' Eropa
Baca Juga: Perut Ikan Purba Belum Merdeka dari Sampah Plastik
Sejak tahun 1800-an, orang-orang Eropa telah menemukan serpihan-serpihan seperti tengkorak manusia kuno yang cacat.
Pada tahun 1856, tengkorak lengkap ditemukan oleh para penambang di Lembah Neander.
Temuan itu diteliti oleh profesor Hermann Schaffhausen dan sebelumnya mereka yakin bahwa itu merupakan manusia ''kepala datar''.
Baca Juga: Kawasan Pantai Gili Trawangan Ternyata Simpan Warisan Purbakala
Namun setelah diteliti lebih lanjut, ilmuwan menemukan bahwa itu adalah spesies baru dan bukan manusia ''kepala datar''. Mereka menamakannya dengan sebutan ''Neanderthal''.
Sebelumnya Neaderthal diremehkan dan dicap sebagai binatang buas mirip kera dengan sedikit hubungan dengan manusia.
Namun ilmuwan Eropa menyisihkan kemungkinan jelek (menyebut manusia mirip dengan kera) dan menemukan bahwa manusia memiliki warisan DNA dari Neanderthal.
Mereka berhasil mengungkap penemuan yang mengejutkan bahwa orang Eropa, Asia, dan penduduk asli Amerika semuanya membawa 1-3 persen DNA Neanderthal.
Gen terlalu jauh
Namun ketika para ilmuwan mengurutkan genome dari orang-orang yang berbeda dari seluruh dunia, mereka menemukan fakta lain.
Ilmuwan menemukan bahwa gen di Melanesia dan Tibet tidak mewarisi gen Neanderthal maupun manusia. Misteri itu perlahan terbuka ketika tulang ''pinky'' berusia 41 ribu tahun dari gua Denisova menghasilkan potongan DNA mikroskopis.
Faktanya, sebanyak 5 persen DNA Melanesia berasal dari Denisovan. Pertanyaan terbesar kemudian muncul: Bagaimana gen bisa sejauh ini?
Sebuah penelitian terbaru di jurnal Nature Communication, sebuah fragmen tulang kaki ditemukan dan mengungkap makhluk baru.
Ilmuwan menemukan bahwa tulang itu adalah milik makhluk hibrida dengan ayah Denisovan dan ibu Neanderthal .
Sejak penelitian DNA purba yang dilakukan ilmuwan, manusia kemungkinan membawa gen itu akibat dari ''penaklukkan'' Neandertal saat menguasai Eropa.
Kemungkinan lain bahwa mungkin manusia diperkosa saat terjadi peperangan.
Hubungan misterius mengenai Denisovan, Neanderthal, Melanesia, dan manusia itu sendiri sampai kini masih diteliti oleh ilmuwan.
Mereka menemukan telah terjadi cinta segitiga manusia purba atau bahkan cinta segiempat bahkan segilima sehingga gen-gen mereka terwarisi.