Eksperimen Ini Membuka Tabir Kedahsyatan Likuifaksi saat Gempa

Videonya sangat kreatif, jadi makin ngerti.

Rendy Adrikni Sadikin | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Sabtu, 06 Oktober 2018 | 15:19 WIB
Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Hitekno.com - Gempa berkekuatan 7,7 SR (Skala Richter) baru saja mengguncang Palu dan Donggala. Banyak netizen dan masyarakat awam lainnya yang membutuhkan penjelasan sederhana likuifaksi setelah gempa Palu dan Donggala terjadi.

Penjelasan itu dibutuhkan setelah adanya lumpur yang tiba-tiba ada di permukaan setelah gempa besar terjadi. Fenomena itu disebut oleh para ilmuwan sebagai fenomena likuifaksi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP, Sutopo Purwo Nugroho dalam akun Twitter resminya @Sutopo_PN menjelaskan mengenai fenomena ini.

Baca Juga: Miris, Ramai Modus Penipuan Menjadi Donatur untuk Gempa Palu

Dalam penjelasannya, Sutopo mengatakan bahwa likuifaksi adalah fenomena tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan.

Dikutip dari Guardian, salah satu ilmuwan dan seorang Doktor dari University College London yang bernama Dr Carmine Galasso menjelaskan bahwa likuifaksi terjadi ketika kekuatan tanah turun.

Peringatan dini tsunami dari BMKG. (Twitter/ @InfoBMKG)
Peringatan dini tsunami dari BMKG. (Twitter/ @InfoBMKG)

Dengan kata sederhana, ketika likuifaksi terjadi, kekuatan tanah menurun dan kemampuan deposit tanah untuk mendukung fondasi bangunan akan berkurang.

Baca Juga: Meletus, Ini Fakta Gunung Soputan dan Kaitannya dengan Gempa Bumi

''Tanah reklamasi dan tepi sungai yang biasanya terdiri dari endapan longgar merupakan lokasi utama likuifaksi dalam kasus guncangan yang kuat,'' kata Galasso dalam sebuah penjelasan.

Ilmuwan itu juga menjelaskan bahwa tsunami tak menyebabkan fenomena likuifaksi atau lumpur yang ada di permukaan. Likuifaksi disebabkan karena gempa besar yang terjadi.

Mendengar penjelasan para ahli tersebut, kita mungkin masih ada yang bingung mengenai prosesnya.

Baca Juga: Bikin Resah, Kominfo Rilis 8 Fakta Berita Hoaks Terkait Gempa

Seorang netizen yang bernama Daniel Giovanni dengan akun Twitter miliknya @qronnoz membagikan video menarik mengenai fenomena likuifaksi.

Video eksperimen dan penjelasan sederhana likuifaksi itu makin membuat netizen mengerti.

Baca Juga: Gerakan Sesar Mendatar, Ini Penyebab Gempa Besar Secara Ilmiah

Cuitan dan videonya telah mendapatkan lebih dari 6 ribu Like dan lebih dari 8 ribu Retweet.

Dalam video itu kita hanya memerlukan sebuah skateboard, akuarium, air, dan tanah kering untuk memahami likuifaksi.

Masukkan air ke dalam akuarium dan isi dengan pasir kering. Setelah pasir kering menutupi permukaan air dan terdapat permukaan yang kering (air sudah tak telihat), letakkan dua miniatur rumah untuk di atasnya.

Rumah itu diibaratkan dengan rumah yang kita tinggali sementara tanah yang kering merupakan jalanan rumah kita.

Dilihat dari atas, kita mungkin mengira bahwa tanah yang kita injak adalah tanah yang kering. Namun terdapat beberapa struktur tanah yang mengandung air jenuh.

Sebuah skateboard yang diletakkan di bawah akuarium kemudian digoyangkan (untuk mengilustrasikan gempa).

Akibat guncangan tadi, pasir kering di permukaan kemudian berubah menjadi lumpur sehingga miniatur rumah terlihat hanyut.

Rumah yang hanyut dan lumpur yang tiba-tiba muncul tadi disebut dengan likuifaksi.

Itulah tadi penjelasan sederhana likuifaksi yang dibagikan oleh salah satu netizen, yuk bagikan artikel ini biar makin banyak orang yang mengerti!

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB