Di Luar Dugaan, Pohon Bisa Atasi Perubahan Iklim Lebih Kuat

Yuk mulai sayangi Bumi kita dengan menanam pohon!

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 16 Oktober 2018 | 12:30 WIB
Ilustrasi pohon dan iklim (Pixabay/ Bess-Hamiti)

Ilustrasi pohon dan iklim (Pixabay/ Bess-Hamiti)

Hitekno.com - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peta dunia kini sedang memanas akibat perubahan iklim. Sebuah jalan terang ditemukan oleh ilmuwan dan menyatakan bahwa pohon bisa atasi perubahan iklim.

Pemanasan global telah mengurangi sebagian besar unsur vegetasi yang ada. Salah seorang ilmuwan yang bernama Abigail Swann memulai penelitian di pertengahan tahun 2000-an.

Ia adalah salah satu dari segelintir ilmuwan yang mengeksplorasi gagasan yang sangat radikal bagi para pebisnis. Swann meneliti bahwa tanaman hijau yang hidup di permukaan Bumi dapat memiliki pengaruh besar pada iklim planet.

Baca Juga: Mulai Bermigrasi, Hewan di Arktik Kebingungan

Selama beberapa dekade, sebagian besar ilmuwan atmosfer memfokuskan penelitian cuaca dan model iklim pada angin, hujan, dan fenomena fisik lainnya.

Dengan model komputer canggih, ilmuwan tersebut mensimulasikan bagaimana tanaman memindahkan air, karbon dioksida, dan bahan kimia antara tanah dan udara.

Swann menemukan bahwa vegetasi dapat mengendalikan pola cuaca di jarak yang sangat jauh.

Baca Juga: Ilmuwan Kaget, Ada Kehidupan di 600 Meter Bawah Bumi

Ilustrasi vegetasi hijau. (Pixabay/ Larisa-K)
Ilustrasi vegetasi hijau. (Pixabay/ Larisa-K)

Perusakan dan perluasan hutan dalam jumlah yang masif di satu benua dapat menyebabkan kekeringan atau meningkatkan curah hujan di belahan dunia lain.

Swann yang merupakan seorang profesor di Universitas Washington dimana dia juga menjalankan Lab Ecoclimate untuk membuat simulasi yang terencana.

'' Pemikiran ini dapat mengguncang komunitas ekologi, tanaman disini ternyata dapat mempengaruhi tanaman yang ada disana,'' kata Swann dalam sebuah penjelasan.

Baca Juga: Arktik Tambah Subur, Kabar Buruk Bagi Bumi

Park William seorang ilmuwan sekaligus bioclimatologist dari Columbia University memperkuat pendapat dari Profesor Swann.

Pengaruh permukaan Bumi pada iklim berskala besar saat ini adalah topik yang benar-benar booming. Park mengatakan bahwa Swann adalah pemimpin yang muncul dalam teori tersebut.

Ilustrasi hutan. (Pixabay/ jplenio)
Ilustrasi hutan. (Pixabay/ jplenio)

Dikutip dari The Atlantic, dalam studi model terpisah, Swann mengubah semua daerah bervegetasi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia menjadi hutan.

Baca Juga: Lumut Berubah Warna di Antartika, Pertanda Buruk Bagi Manusia

Data satelit menunjukkan bahwa benua-benua ini menghijau ketika bekas lahan pertanian kembali menjadi hutan.

Pohon-pohon baru menyerap sinar matahari dan menghangatkan kondisi sekitar sehingga menambah energi ke sistem iklim.

Arus atmosfer kemudian mendistribusikan energi tersebut ke seluruh planet.

Pemodelan yang ada menunjukkan bahwa kekeringan menurun di Amazon Selatan dan hujan turun di Sahara.

Ilmuwan yang tergabung dan mendukung teori dari Swann berharap banyak manusia yang akan menanam pohon sehingga mereka dapat membantu mengubah pola sirkulasi atmosfer yang mulai memanas tak terkendali.

Penelitian yang menunjukkan bahwa pohon bisa berdampak besar pada perubahan iklim diharapkan dapat menyadarkan manusia untuk tidak menebang pohon secara sembarangan karena itu akan berdampak besar pada iklim di wilayah lain.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB