George Stinney, Manusia Termuda yang Jalani Eksekusi Mati

George Stinney yang malang, tewas mengenaskan di atas kursi listrik.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia

Posted: Kamis, 25 Oktober 2018 | 19:30 WIB
George Stinney. (Wikipedia/State of South Carolina)

George Stinney. (Wikipedia/State of South Carolina)

Hitekno.com - Pada 1944, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun bernama George Stinney, menjadi manusia termuda yang jalani eksekusi mati dengan menggunakan kursi listrik.

George Stinney ditetapkan bersalah setelah dituduh membunuh dua bocah perempuan bernama Betty June Binnicker dan Mary Emma Thames. Kedua gadis kecil ini masing-masing berumur 8 dan 11 tahun.

Menurut saksi mata, pada saat kejadian, Betty dan Mary pergi bersama George untuk memetik bunga di sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah mereka.

Baca Juga: Ada Lagi, NASA Temukan Gunung Es Kotak Lainnya di Antartika

Setelah pergi cukup lama, ketiganya tidak juga kembali. Hingga seluruh penghuni rumah mulai mencari mereka karena merasakan ada hal aneh.

Saat ditemukan, tubuh Betty dan Mary tergeletak di tanah berlumpur dengan luka yang berasal dari paku. George yang bersama keduanya lalu dicurigai sebagai pembunuhnya.

George Stinney. (youtube/Metro Digital Media)
George Stinney. (youtube/Metro Digital Media)

Ia lalu ditahan dan dipisahkan secara paksa dari kedua orangtuanya. Selama proses pemeriksaan, tanpa diketahui alasan yang pasti, George mengakui perbuatan kejam tersebut. Padahal, sang kakak bersaksi jika adiknya ini bersama dengan dirinya sepanjang waktu di hari di mana dua bocah perempuan ini ditemukan tewas.

Baca Juga: Terekam Kamera Objek Misterius di Langit, UFO?

Tidak mempedulikan kesaksian kakaknya, pengadilan Carolina Selatan langsung melakukan sidang untuk menentukan nasib bocah laki-laki berusia 14 tahun ini. Dalam sidang yang berlangsung tidak sampai 10 menit, diputuskan bahwa George harus dihukum mati.

Keputusan yang buru-buru membuat banyak spekulasi yang muncul bahwa hal ini dipengaruhi oleh warna kulit yang saat itu menjadi topik rasis terbesar di dunia barat.

Tanpa pembelaan apapun dan banding, hakim lalu memutuskan untuk memberikan vonis eksekusi mati untuk George.

Baca Juga: Bukan Ide Bagus, Bulan Palsu Cina Bisa Berdampak Pada Lingkungan

Dengan menggunakan kursi listrik, George lalu menerima eksekusi matinya pada 16 Juni 1944 atau 2 bulan pasca pembunuhan itu terjadi. Karena terlalu kecil untuk kursi listrik, George harus diganjal dengan beberapa buku telepon, diikat, dan kemudian kursi listrik tersebut merenggut nyawanya. Hanya dalam beberapa menit, George Stinney lalu tewas.

George Stinney. (youtube/Metro Digital Media)
George Stinney. (youtube/Metro Digital Media)

Keluarga George yang ditinggalkan merasa sangat terpukul dengan eksekusi mati yang mengerikan ini. Ibunya bahkan tidak lagi berbicara usai George meninggal.

Pihak keluarga bahkan merasa jika vonis untuk George terlalu berat dan tidak adil. Mereka lalu terus berusaha untuk memperjuangkan nasibnya walaupun dirinya sudah tidak mungkin hidup kembali.

Baca Juga: Wajib Nonton, 5 Film Ini Bongkar Rahasia Antariksa

Hingga tahun 2014, atau 70 tahun usai George meninggal, akhirnya putusan bahwa George tidak bersalah dikeluarkan. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi bertahun-tahun yang dilakukan oleh pihak pengadilan yang kembali membuka kasusnya.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. George Stinney yang saat itu berumur 14 tahun sudah tinggal nama akibat eksekusi mati menggunakan kursi listrik yang mengerikan.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB