Hitekno.com - Sebuah tim peneliti baru saja mendokumentasikan letusan gunung berapi bawah laut di Samudera Pasifik bagian barat. Gunung berapi bawah laut itu terletak sekitar 4,5 kilometer dari permukaan laut.
Para peneliti mengatakan bahwa letusan kemungkinan terjadi antara tahun 2013-2015 di busur punggung Mariana. Lokasi itu masuk dalam zona dasar laut gunung berapi aktif Palung Mariana di Laut Pasifik.
Busur punggung Mariana terletak tepat di sebelah timur dari 14 Kepulauan Mariana, dekat dengan Jepang.
Baca Juga: Gunung Es Antartika Berbentuk Kotak Sempurna Viral, Dibuat Alien?
Itu diciptakan karena subduksi ocean-to-ocean (samudra ke samudra), sebuah fenomena di mana lempeng tektonik yang mempunyai lapisan atas kerak samudra rubuh di bawah lempeng tektonik lain.
Bill Chadwick, ahli geologi kelautan dan juga seorang peneliti dari Oregon State University melakukan penelitian mengenai fenomena tersebut.
Dikutip dari Earth Sky, penelitiannya telah diterbitkan pada tanggal 23 Oktober 2018 di jurnal Frontiers Earth Science.
Baca Juga: Tetap Waspada, Ini Sejarah Tersembunyi Gunung Anak Krakatau
Chadwick menjelaskan bahwa sebagian besar aktivitas vulkanik bawah laut (termasuk erupsi) tidak terdeteksi dan tidak terlihat. Hal itu karena gempa yang terjadi di bawah laut terkait vulkanisme biasanya sangat kecil.
Selain itu, sebagian besar instrumentasinya berada jauh di daratan.
Namun berkat penelitian terbaru ini, peneliti dan juga masyarakat dunia dapat lebih mengerti mengenai penampakan letusan gunung berapi bawah laut.
Baca Juga: Meletus, Ini Fakta Gunung Soputan dan Kaitannya dengan Gempa Bumi
Letusan yang terjadi di busur punggung Mariana pertama kali ditemukan pada Desember 2015.
Penampakan itu terekam menggunakan kendaraan bawah air otonom. Foto-foto ini menunjukkan adanya aliran lava gelap dan kaca vulkanis di dasar laut.
Data menunjukkan bahwa terdapat perubahan kedalaman yang besar di area survei antara tahun 2013 dan 2015.
Baca Juga: Kekalahan Napoleon di Waterloo Karena Letusan Gunung Tambora
Aliran lava baru terlihat membentang dengan panjang sekitar 7,2 kilometer dengan ketebalan antara 10 hingga 137 meter.
Para peneliti kembali pada bulan April dan Desember 2016 menggunakan kendaraan otonom. Pengamatan baru menunjukkan bahwa sistem hidrotermal menurun cepat pada aliran lava.
Biasanya setelah letusan, terdapat panas yang dilepaskan dan dibuang selama beberapa tahun. Organisme akan pergi menjauh dan menciptakan ekosistem yang baru.
Penelitian mengenai letusan gunung berapi bawah laut sangat menarik mengingat fenomena itu jarang kita lihat.