Hikikomori, Kehidupan Remaja Anti Sosial di Jepang

Anti sosial sosial club atau yang Jepang kenal dengan Hikikomori.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia

Posted: Jum'at, 16 November 2018 | 11:00 WIB
Ilustrasi Hikikomori. (WJS/Yuta Onoda)

Ilustrasi Hikikomori. (WJS/Yuta Onoda)

Hitekno.com - Karena smartphone, istilah anti sosial menjadi fenomena baru bagi para remaja yang disebut millenial. Di Jepang, fenomena ini dikenal dengan sebutan Hikikomori.

Manusia sendiri dikenal sebagai makhluk sosial yang biasanya akan hidup berkelompok dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan sesamanya.

Smartphone memang hanya menjadi satu dari banyak hal yang membuat seseorang memilih menjadi anti sosial.

Baca Juga: Ada di Cina, Gedung Ini Diklaim Paling Hemat Energi

Istilah anti sosial atau ansos dikenal dalam dunia modern dan sering digunakan untuk orang-orang yang suka menyendiri, tidak punya teman, bahkan sering juga digunakan untuk beberapa orang yang suka banget menggunakan gadget dan mengabaikan orang sekitarnya.

Beberapa remaja di Jepang yang mengalami anti sosial, memilih untuk mengurung diri di kamar dan menarik diri dari kehidupan sosial selama berpuluh-puluh tahun. Tipe seperti ini disebut sebagai Hikikomori.

Ilustrasi Hikikomori. (Pakutaso)
Ilustrasi Hikikomori. (Pakutaso)

Biasanya kalau sudah anti sosial, para remaja ini akan menggunakan internet seharian full, membaca manga atau komik, hingga tidur dan tidak melakukan apapun.

Baca Juga: Sejumlah Pilot Melaporkan Adanya Penampakan UFO di Irlandia

Siapa saja sebenarnya bisa mengalami hal ini. Dari remaja 20-29 tahun hingga dewasa yang berusia 50 tahun. Hikikomori di Jepang paling sering dialami oleh laki-laki yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi.

Beberapa orang yang super cerdas dan memiliki kompetensi yang baik biasanya mengalami gangguan ini. Orang cerdas yang merasa tidak perlu untuk bergabung dengan orang lain, membuat dirinya masuk dalam Hikikomori.

Pada tahun 2005 lalu, penderita Hikikomori di Jepang sudah mencapai angka 1,6 juta orang.

Baca Juga: Sempat Hilang Ditelan Bumi, 5 Kota Ini Malah Muncul Kembali

Penyebab Hikikomori begitu marak di Jepang adalah karena tekanan sosial yang dialami oleh para penderitanya. Selain itu, beberapa kegagalan juga membuat penderita gangguan ini semakin banyak.

Ilustrasi. (pexels/Negative Space)
Ilustrasi. (pexels/Negative Space)

Jika kamu pikir Hikikomori adalah penyakit yang mampu menular, jawabannya tentu tidak.

Hikikomori hanyalah gangguan yang dialami beberapa orang dan hanya dapat hilang jika orang tersebut mendapat dukungan moral dari orang terdekat dan keluarganya sendiri.

Baca Juga: Drone Temukan Penjara 100 Paus, Sangat Miris

Manusia modern harusnya sangat menyadari bahwa melakukan sosialisasi adalah hal penting walaupun zaman semakin modern dan banyak kecanggihan teknologi tercipta. Menjadi anti sosial dan kemudian memilih menjadi Hikikomori tentu bukan pilihan, tetap care dan tanggap dengan orang-orang sekitarmu ya.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB