Sejarah Freeport, dari Gunung Salju Menjadi Gunung Emas

Ternyata terdapat kisah unik di balik tambang emas di Papua.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Sabtu, 22 Desember 2018 | 16:30 WIB
Anton Colijn, Frits Julius Wissel dan Jean Jacques Dozy pada ekspedia Carstensz. (Wikipedia/ Het Leven)

Anton Colijn, Frits Julius Wissel dan Jean Jacques Dozy pada ekspedia Carstensz. (Wikipedia/ Het Leven)

Hitekno.com - Dalam keterangan resmi pada Jumat (21/12/2018) Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan bahwa mayoritas saham Freeport sudah jatuh pada PT Inalum (Persero). Terkait dengan perusahaan tersebut, banyak orang yang belum tahu bahwa sejarah Freeport memiliki cerita unik tersendiri.

Saham PT Freeport sebesar 51,2 persen sudah beralih ke PT Inalum dan pembayarannya sudah lunas. Saham PTFI yang dimiliki oleh PT Inalum meningkat dari 9,36 persen menjadi 51,23 persen.

Presiden mengatakan bahwa kepemilikan mayoritas akan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Baca Juga: Misterius, Deretan Sejarah Saat Manusia Bertemu UFO

PT Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan pertambangan terkemuka di dunia. Perusahaan tersebut memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas, dan perak ke seluruh dunia.

Sejarah Freeport bermula dari sebuah ekspedisi unik yang dilakukan oleh orang Belanda.

Pada tahun 1904-1905, lembaga swasta asal Belanda yang bernama Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) atau Lembaga Geografi Kerajaan Belanda ingin melakukan ekspedisi.

Baca Juga: Temuan Para Arkeolog Ini Sukses Ungkap Sejarah yang Tersembunyi

Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid. (Wikipedia/ Alfindra Primaldhi)
Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid. (Wikipedia/ Alfindra Primaldhi)

Mereka ingin menemukan gunung salju yang banyak atau pegunungan salju yang konon katanya ada di daerah Papua.

Ekspedisi tersebut terinspirasi dari catatan perjalanan Kapten Johan Carstensz pada tahun 1.623. Carstensz mencatat pada buku hariannya tentang suatu pegunungan yang ''amat tinggi'' dan tertutup salju.

Catatan Carstensz tanggal 1623 banyak dicemooh dan ditertawakan oleh orang-orang pada masa itu dan mengira ia telah ''berkhayal''.

Baca Juga: Jadi Sisa Sejarah, Ini 4 Monumen Arkeologi Misterius di Dunia

Ekspedisi pertama KNAG tidak berhasil menemukan gunung salju seperti yang disebutkan oleh Carstensz.

Namun dari ekspedisi tersebut, cikal bakal perhatian besar Belanda kepada daerah Papua mulai timbul.

Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer Belanda ke daerah tersebut pada tahun 1907 hingga tahun 1915.

Baca Juga: Sisi Lain Bangsa Viking, Ahli Perang Paling Sadis Dalam Sejarah

Ekspedisi militer akhirnya berhasil menemukan sebuah gunung seperti yang disebutkan oleh Cartensz.

Gunung tersebut kini diberi nama dengan Puncak Jaya Wijaya atau Gunung Cartensz.

Ekspedisi militer itu menginspirasi dua pemuda Belanda yang bernama Coljin dan Dozy.

Pada tahun 1930, kedua pemuda yang merupakan pegawai perusahaan minyak NNGPM memulai rencana untuk mendaki Gunung Cartensz.

Saat mencapai ketinggian puncak di Gunung Cartensz, mereka menemukan pegunungan lain yang bernama Ertsberg.

Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau disebut Gunung Bijih.

Kapal milik Freeport Sulphur Company pada tahun 1923. (Wikipedia/ UCLA)
Kapal milik Freeport Sulphur Company pada tahun 1923. (Wikipedia/ UCLA)

Tak jauh dari Ertsberg, mereka menemukan Gerstberg yang suatu saat nanti dikenal sebagai salah satu penyimpanan emas terbesar di dunia.

Biji dan sampel batuan lain dibawa oleh Dozy dan kawan-kawannya kembali ke Belanda.

Tak lama setelah itu, kabar tersiar ke telinga Jan Van Gruisen (Direktur perusahaan Oost Maatchappij) dan Forbes Wilson (kepala eksplorasi perusahaan Freeport Sulphur Company).

Saat itu, Oost Maatchappij adalah perusahaan yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur sedangkan Freeport Sulphur Company merupakan perusahaan menambang belerang di dasar laut.

Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi ke Gunung Bijih dan menganalis potensi bisnisnya.

Dalam buku karangan Forbes Wilson yang berjudul ''The Conquest of Copper Mountain, A Vivid, Personal Account of the Discovery and Development of Spectacular Outcrop of Ore in the Remote Peaks of Irian Jaya, Indonesia'' (1981), Wilson akhirnya setuju dengan bujukan Gruisen.

Dari sana, proyek Ertsberg mulai dilakukan oleh orang Belanda.

Salah satu tampilan di situs resmi PT Freeport Indonesia. (PTFI)
Salah satu tampilan di situs resmi PT Freeport Indonesia. (PTFI)

Pada tahun 1967, Langbourne Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg.

Akhirnya dari hasil pertemuan yang panjang, pimpinan tertinggi Freeport mendapatkan izin dari pemerintah Indonesia untuk meneruskan proyek tersebut.

Pertemuan itu menghasilkan Kontrak Karya 1 (Freeport Indonesia Inc.) dan akhirnya dilanjutkan dengan Kontrak Karya 2 (PT Freeport Indonesia).

Itulah tadi sejarah Freeport yang menemukan emas dengan cara yang unik, sekarang tak ada lagi yang menertawakan gunung salju hasil cerita Carstensz.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB