Hujan Meteor 2019, Ada Kemungkinan Menabrak Bumi

Ilmuwan diharapkan ikut memantau hipostesis baru mengenai ledakan besar.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Kamis, 27 Desember 2018 | 13:45 WIB
Hujan Meteor. (Great Lakes Ledger)

Hujan Meteor. (Great Lakes Ledger)

Hitekno.com - Hujan meteor biasanya akan menampilkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Namun tunggu dulu, seorang ilmuwan memperingatkan bahwa salah satu meteor berkemungkinan menabrak Bumi.

Pada 30 Juni 2018, sebuah benda berukuran sebuah gedung apartemen meluncur keluar dari langit dan meledak di atmosfer.

Peristiwa di Siberia itu memunculkan ledakan yang sangat kuat pada ketinggian sekitar 5 hingga 10 kilometer dari permukaan tanah.

Baca Juga: BMKG Pantau Aktivitas Gunung Anak Krakatau dengan Aplikasi Khusus

Ledakan itu dikenal dengan peristiwa Tunguska dan berhasil meratakan pohon-pohon sepanjang 1.300 kilometer persegi.

Itu terjadi di salah satu tempat berpenduduk paling sedikit di Asia, sehingga tidak ada yang terbunuh terluka.

Peristiwa ledakan Tunguska diperkirakan mempunyai energi semburan udara antara 10-15 megaton TNT.

Baca Juga: Kenang Korban, Hashtag 14 Tahun Tsunami Aceh Trending di Twitter

Sementara 15 megaton TNT mewakili energi sekitar 1.000 kali lebih besar dari bom Atom Hiroshima.

Para ilmuwan masih memperdebatkan asal usul objek besar tersebut, apakah meteor atau komet.

Namun hipotesis ilmuwan mengatakan bahwa itu adalah Beta Taurid, atau hujan meteor di siang hari.

Baca Juga: Diduga Picu Tsunami, Ini Alasan NASA Awasi Gunung Anak Krakatau

Taurid adalah hujan meteor yang terjadi dua kali setahun, pada akhir Juni dan akhir Oktober atau awal November.

Peristiwa ledakan Tunguska meratakan ribuan pohon. (Wikimedia/ Vokrug Sveta)
Peristiwa ledakan Tunguska meratakan ribuan pohon. (Wikimedia/ Vokrug Sveta)

Meteor yang jatuh pada bulan Juni dikenal dengan meteor Beta.

Sebuah penelitian terbaru dari Mark Boslough, seorang fisikawan di Los Alamos National Laboratory mengungkap sesuatu yang mengejutkan.

Baca Juga: Air Hangat di Dalam Laut Gunung Anak Krakatau, Kenapa Bisa Terjadi?

Ia mengatakan bahwa peristiwa pohon tumbang di Tunguska berasal dari area yang sama saat gerombolan meteor Taurid berkerumun.

Boslough dan Peter Brown, fisikawan dari Western University memberikan presentasi untuk menjelaskan hipotesis mereka di acara American Geophysical Union pada Desember 2018.

Mereka menyerukan agar ilmuwan melakukan observasi khusus pada Juni 2019 untuk mencari objek meteor yang mempunyai pola yang sama dengan Tunguska.

Puluhan tahun setelah peristiwa Tunguska, tempat ledakan tak ditumbuhi pohon. (Today History)
Puluhan tahun setelah peristiwa Tunguska, tempat ledakan tak ditumbuhi pohon. (Today History)

Tahun 2019 akan menjadi tahun terpadat ketika hujan meteor di aliran Taurid mendekati Bumi.

Para ilmuwan mengatakan bahwa itu berpotensi menjadi material meteor terkaya yang pernah masuk ke Bumi sejak tahun 1975.

''Jika objek Tunguska adalah anggota aliran Beta Taurid, maka minggu terakhir Juni 2019 akan menjadi kesempatan berikutnya dengan probabilitas tinggi tabrakan Tunguska terulang,'' kata Boslough dikutip dari NDTV.

Namun sejarah modern juga mencatat bahwa jumlah orang yang terbunuh oleh dampak asteroid adalah nol.

''Ini bukan sesuatu yang seharusnya membuatmu terjaga di malam hari,'' kata Peter Brown menambahkan.

Mereka juga menjelaskan bahwa ini baru sebatas dugaan mereka dan berharap peneliti lain ikut mengamati objek meteor di bulan Juni 2019.

Ilustrasi hujan meteor. (Pixabay_sjxt)
Ilustrasi hujan meteor. (Pixabay_sjxt)

Astronom yang bernama Amy Mainzer dari Jet Propulsion Laboratory NASA menyambut baik gagasan ini.

Namun ia menegaskan bahwa objek asing sebesar peristiwa Tunguska (berdiameter 40 meter) hanya ada 1 persen di antara kumpulan meteor yang akan mendekati Bumi.

Mainzer tetap menyambut gagasan untuk menjalankan ''misi khusus'' sesuai dengan hipotesis Boslough.

Menanti hujan meteor 2019 akan menjadi menarik dan semoga saja hipotesis Boslough hanya sebatas ''dugaan''.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB