Kekinian dengan Augmented Reality, Yuk Berkunjung ke Museum History of Java

Sampai bertemu di museum History of Java!

Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia

Posted: Rabu, 23 Januari 2019 | 21:00 WIB
Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Hitekno.com - Apa yang muncul dalam benakmu setelah mendengar kata 'Museum'? Tidak jarang, sebuah gambaran ruangan dengan berbagai artefak dari masa lalu dengan suasana tenang dan redup akan secara otomatis muncul di kepalamu. Hal berbeda datang dari museum History of Java. Hadir dengan sangat kekinian, museum ini membawa teknologi augmented reality atau AR.

Museum History of Java terletak di Jl. Parangtritis Km 5,5 Sewon, Bantul. Dari arah Yogyakarta, kamu akan menemukan museum dengan bentuk piramida ini berada di kiri jalan sebelum tiba di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Duduk bersama tim HiTekno, Melinda Wulansari, Staf Operasional museum History of Java mencoba menjelaskan sedikit mengenai museum yang baru saja beroperasi pada 5 Desember 2018 lalu.

Baca Juga: Viral, Ini 8 Postingan 10 Years Challenge Teratas di Instagram Indonesia

Saat kamu berkunjung ke museum History of Java, kamu akan menemukan berbagai budaya Jawa hingga sejarah kerajaan-kerajaannya. Sangat lengkap, kamu akan dibuat mengunjungi masa lalu dengan cara berbeda dan menarik serta menggunakan teknologi canggih dan kekinian.

Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Ide dasar pembangunan museum History of Java ini rupanya datang dari D'Topeng Group yang memiliki kantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.

Mengenai latar belakang pembuatan museum History of Java ini, Melinda menjelaskan bahwa hal ini bermula dari ide dasar menciptakan museum dengan basis teknologi untuk secara khusus menggaet pengunjung milenial. Apalagi sekarang ini, dunia museum mulai ditinggalkan karena dianggap membosankan dan membuat jenuh.

Baca Juga: Objek Misterius Mengelilingi Tata Surya Kita, Bikin Ilmuwan Bingung

''Kita melihatnya sekarang dunia museum itu sudah mulai ditinggalkan masyarakat, mungkin karena jenuh bosen boring, hanya melihat benda. trus jarang juga ada museum ada story tellernya. History of Java ini mungkin kita menciptakan hal baru dengan teknologi. Sekarang kan orang ga mungkin ga punya handphone. Jadi kita mencoba hal-hal baru untuk pengunjung terutama generasi muda itu bisa belajar mengenai sejarah dengan hal yang menarik hal yang baru,'' ungkapnya saat bertemu dengan tim HiTekno.

AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Menggunakan teknologi, museum History of Java ini datang dengan menggunakan teknologi augmented reality atau AR. Augmented reality atau AR merupakan teknologi yang menggabungkan antara gambar virtual menjadi sebuah objek nyata. Dalam dunia teknologi, augmented reality atau AR saat ini begitu marak dan mendominasi pasar teknologi.

Pada dasarnya, teknologi augmented reality atau AR ini bisa menjadi alat untuk merepresentasikan beragam jenis objek secara visual. Menyematkan AR pada museum memang adalah ide bagus untuk menambah ketertarikan orang agar mengunjungi museum. Apalagi untuk kamu milenial.

Baca Juga: Selain Atta Halilintar, Ini 6 Channel YouTube Langganan Trending

Teknologi augmented reality di museum History of Java

Sesaat setelah masuk ke museum ini, kamu beserta kelompokmu akan ditemani oleh satu orang pemandu yang disebut sebagai edukator. Edukator ini akan menjelaskan secara detail mengenai banyak hal yang terdapat dalam museum History of Java.

Sebelum memulai tur di museum History of Java, kamu akan disarankan olehnya untuk terhubung dengan wiFi yang tersedia di museum tersebut. Setelah berhasil terhubung, kamu perlu mengunduh aplikasi 'History of Java' di Google Play Store yang tersedia secara gratis.

Baca Juga: Nggak Nyangka, InYourDream Terpilih Jadi Dancer of The Year di Game Ini

Aplikasi Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Aplikasi Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Sayangnya, aplikasi dengan total kapasitas 100 MB ini baru tersedia untuk pengguna Android. Pengguna iOS sepertinya perlu bersabar untuk hal ini.

Saat ditanyakan ke Melinda Wulansari mengenai hal ini, dirinya mengaku jika saat ini perusahaan sedang dalam usaha untuk menghadirkan aplikasi 'History of Java' untuk pengguna iOS.

Menurutnya, pengurusan ini perlu waktu yang cukup lama karena prosedur yang susah, mengingat pihak perusahaan perlu melakukan hubungan dengan pihak resmi App Store. Lebih lanjut, dirinya menambahkan jika banyak pengunjung yang sudah request dan berharap agar aplikasi ini segera tersedia di App Store.

''Iya mba, apalagi pengunjung dari Jakarta yang rata-rata pengguna iPhone kan, banyak yang minta biar ada di iPhone. Tapi ya masih dalam pengurusan,'' ungkap Melinda menambahkan.

Aplikasi 'History of Java' ini dibuat secara resmi oleh pihak D'Topeng sebagai bentuk penggabungan antara teknologi dan museum yang digadangnya.

AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Itu tadi sekilas mengenai aplikasinya, jika kamu sudah mengunduh aplikasi ini, tandanya kamu sudah siap melakukan tur di museum History of Java.

Sangat penting untuk punya aplikasi ini sebelum memulai tur di museum History of Java. Pasalnya, beberapa informasi sejarah di museum ini perlu 'dibangkitkan' dengan menggunakan fitur kamera pada aplikasi tersebut.

Cara penggunaannya super mudah. Kamu hanya perlu mengarahkan kamera dari aplikasi 'History of Java' ini ke papan informasi, dan secara ajaib, potret yang ada dibuat seolah hidup dengan bentuk 3D yang nyata.

Tapi perlu kamu ingat, tidak semua potret yang ada di papan informasi bisa kamu 'hidupkan' dengan aplikasi ini. Hanya beberapa potret dengan logo tertentu yang sudah dilengkapi augmented reality atau AR yang bisa kamu 'hidupkan'.

Logo untuk AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Logo untuk AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Sukses menghidupkan gambar mati dengan menggunakan augmented reality atau AR, kamu lalu bisa berpose lucu dengan menggunakan tampilan 3D di aplikasi 'History of Java' ini.

Cara menyimpan fotomu melalui aplikasi ini juga cukup mudah, kamu hanya perlu melakukan tangkapan layar, dengan berbagai cara yang sesuai dengan smartphone kamu sarankan.

Kalau sudah begitu, jangan lupa berpose Instagram-able lalu unggah hasilnya ke media sosial kamu ya.

Sayangnya, Melinda Wulansari enggan menyampaikan detail mengenai penerapan teknologi augmented reality di museum History of Java ini pada tim HiTekno.

Yang menarik dari museum History of Java dan pendapat para pengunjung

Jika menjelaskan mengenai hal menarik dari museum History of Java, teknologi augmented reality yang diterapkan tentu adalah satu dari banyak hal yang menarik di museum ini.

Pasalnya, penerapan teknologi yang digabungkan dengan museum termasuk hal yang baru di Indonesia. Walaupun, tercatat beberapa museum sudah mulai memanfaatkan teknologi ini. Sebut saja seperti Museum Kebangkitan Nasional, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan Museum Sumpah Pemuda.

Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Untuk beberapa pengunjung yang tim HiTekno temui, rupanya teknologi augmented reality dirasa sebagai salah satu yang paling menarik di museum History of Java ini.

Datang bersama keluarga kecilnya, Nancy, seorang ibu rumah tangga asal Magelang mengaku bahwa museum History of Java sangat menarik dan berbeda dari museum lainnya yang pernah ia kunjungi.

Sudah langsung mencoba aplikasinya, Nancy dan keluarga mengaku jika aplikasi 'History of Java' ini sangat oke dan gampang untuk digunakan.

''Tau info soal museum ini dari media sosial, langsung browsing, eh kok kayanya menarik,'' ungkapnya saat ditemui tim HiTekno.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa museum History of Java ini sangat berbeda dengan museum yang lain karena informasi yang lebih lengkap, artefak yang asli, serta dibalut dengan teknologi yang keren.

Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

''Perbedaan dengan museum biasa, ini lebih lengkap, keren, artefaknya asli, teknologinya oke banget, masnya yang nemenin juga baik,'' ungkapnya melanjutkan sambil menggoda sosok edukator yang menemani tur yang ia dan keluarga lakukan.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ela yang berasal dari Surabaya. Berkunjung ke Yogyakarta, Ela datang bersama kedua sepupunya. Dirinya mengaku jika tahu museum History of Java melalui salah satu driver taksi online.

Sangat bersemangat mengikuti tur yang dilakukan, saat ditemui di ruang photobooth, Ela menyampaikan bagaimana kesannya berada di museum History of Java ini.

''Kesannya sih, bagus, banyak barang-barang antik, trus jelas banget soal sejarah-sejarah di Indonesia. Cocok untuk anak sekolah,'' ungkapnya.

Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
Pengunjung Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Menurutnya, keunggulan museum History of Java ada pada paparan cerita yang bisa dibaca sambil dipandu oleh sang edukator dan teknologi yang membuat museum ini semakin interaktif.

''Saya sempat download dan coba aplikasinya tadi, menarik, ada yang bisa keluar, ada yang suara juga kaya masjid itu kan, interaktif sekali sih.'' ucapnya melanjutkan.

Kedua pengunjung yang tim HiTekno temui ini sama-sama mengaku ingin kembali lagi untuk berkunjung ke museum History of Java. Apalagi, museum ini sedang dalam tahap pembangunan untuk menambah berbagai fitur menariknya.

AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Museum History of Java kini sedang dalam pembangunan untuk menghadirkan museum 4D yang nantinya, menurut rencana akan dirampungkan pada bulan Februari 2019 mendatang.

Beberapa hal menarik lainnya dari museum ini adalah duplikat Jalan Malioboro dan Jemparingan yang nantinya akan dirampungkan dan diadakan bersamaan pada bulan Februari 2019.

Penerapan artificial intelligence di museum dan teknologi lainnya

Mencoba menghadirkan teknologi yang lekat dengan kehidupan milenial saat ini dalam museum memang adalah ide cemerlang untuk mendapat kembali perhatian generasi yang tidak lepas dari gadget. Ide ini tentu akan membuat kesan membosankan museum menjadi hilang.

Untuk bisa bertahan dan tidak tergerus oleh zaman, museum perlu untuk mengadopsi tren teknologi terbaru demi meningkatnya angka pengunjung.

Dilansir dari American Alliance of Museums (AAM), artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi salah satu tren yang bisa diadopsi oleh para pengelola museum agar pengunjung tertarik. Selain AI, penerapan augmented reality juga termasuk di dalamnya.

4D Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
4D Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Penerapan AI dalam museum pertama kali digunakan untuk penelusuran arsip. Hal ini membuat pengguna terbantu dan tidak lagi repot mencari setiap informasi yang ada.

Selain itu, algoritma pengenalan visual yang ada pada AI mampu membuka potensi koleksi gambar digital dengan cara menandai, menyortir, bahkan menciptakan koneksi dalam basis data museum.

Salah satu hal menarik dari penerapan artificial intelligence dalam museum adalah adanya kesan menghidupkan kembali sejarah. Hal ini diterapkan benar dengan menggunakan teknologi augmented reality yang diterapkan oleh museum History of Java.

Augmented reality yang digunakan ini mampu menghidupkan kembali sejarah yang sudah berlalu ribuan tahun lamanya. Walaupun tidak sempurna, setidaknya kamu punya bayangan mengenai bagaimana benda-benda ini menyimpan dan menyampaikan kisahnya.

AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)
AR Museum History of Java. (HiTekno/Amelia Prisilia)

Mengenai museum History of Java yang dirilis oleh D'Topeng Group, kamu juga bisa menemukan museum serupa dengan teknologi augmented reality di Lamongan yang bernama Indonesian Islamic Art Museum dan di Batu, Malang yang bernama Indonesian Heritage Museum.

Menutup wawancaranya dengan tim HiTekno, Melinda Wulansari menyampaikan bagaimana museum History of Java mencoba untuk membuat museum menjadi lebih menyenangkan.

''Yang unik terutama ya, kita ciptakan semuanya di museum. Jadi museum nggak cuma untuk belajar saja, sejarah saja, enggak, nanti juga ada have fun. Konsepnya emang sejarah dan budaya, tapi ada have fun juga. Terutama juga ada augmented reality kan,'' ucapnya menutup.

Jika kamu tertarik untuk melihat langsung bagaimana penerapan augmented reality yang kekinian di museum History of Java, langsung saja berkunjung ya ke Sewon, Bantul, Yogyakarta. Rasakan sendiri bagaimana perpaduan sempurna antara teknologi dan museum. Sampai bertemu di museum History of Java!

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB