Beli Permata di Indonesia, Bule Ini Temukan Wujud Misterius di Dalamnya

Fenomena ini sangat langka, ilmuwan masih meneliti bagaimana ini bisa terjadi.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Kamis, 24 Januari 2019 | 10:00 WIB
Serangga terperangkap di dalam opal. (Entomology Today/ Brian Berger)

Serangga terperangkap di dalam opal. (Entomology Today/ Brian Berger)

Hitekno.com - Dalam sebuah perjalanan di Indonesia, seorang gemologis atau ahli permata bernama Brian Berger membeli batu opal yang unik. Bagaimana tidak, ia menemukan fenomena langka yaitu seekor serangga terperangkap di dalam batu opal tersebut.

Opal merupakan permata yang sebagian besar dapat ditemukan di Australia. Namun permata tersebut juga bisa ditemukan di beberapa negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Lebih dari 90 persen opal ditemukan di Australia, oleh sebab itu opal dijadikan batu permata nasional negara tersebut.

Baca Juga: Penelitian Terbaru, Napoleon Ternyata Sembunyikan Emas di Tempat Ini

Serangga yang terperangkap di dalam ambar (resin pohon) yang menjadi fosil adalah hal yang sangat umum.

Namun serangga yang terperangkap di dalam batu permata yang proses pembentukannya sangat lambat merupakan fenomena yang langka.

Bahkan beberapa peneliti kurang yakin hal itu bisa terjadi.

Baca Juga: Ciptakan Hutan Berpola, Ilmuwan Jepang Habiskan 50 Tahun Penelitian

Namun apabila menemukan opal milik Berger ini kemungkinan peneliti akan melakukan penelitian ulang.

Batu ini telah diteliti oleh Gemological Institute of America (Institut Permata Amerika) dan dikonfirmasi mengenai keasliannya.

Opal setelah dijadikan perhiasan. (Wikipedia/ arpingstone)
Opal setelah dijadikan perhiasan. (Wikipedia/ arpingstone)

Mengenai temuan ini, Berger kemudian menulis sebuah blog mengenai fenomena langka ini di Entomology Today.

Baca Juga: Cordyceps, Jamur yang Mampu Ubah Serangga Jadi Zombie

Tanaman menghasilkan zat lengket yang disebut resin sebagai sarana untuk melindungi diri.

Dalam keadaan yang tepat, struktur kimia resin ini dapat berubah dari waktu ke waktu, membatu menjadi ambar.

Proses tersebut kadang-kadang menjebak dan melestarikan serangga di dalamnya.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Cara Ilmiah untuk Hentikan Kebiasaan Nyemil

Spesimen ini mungkin terbentuk dari serangga yang terperangkap di dalam ambar.

Namun itu tampaknya telah mengalami proses kedua yang disebut dengan opalisasi, di mana beberapa damar berubah menjadi opal.

Setidaknya, hal di atas adalah spekulasi sementara dari Berger atas fenomena langka ini.

Dikutip dari Gizmodo, salah satu ahli entomologi Ryan McKellar di Royal Saskatchewan Museum di Kanada mengungkapkan bahwa ini merupakan penemuan yang menarik.

Batu permata opal yang berisi serangga. (Entomology Today/ Brian Berger)
Batu permata opal yang berisi serangga. (Entomology Today/ Brian Berger)

''Ini adalah penemuan yang cukup rapi, namun sedikit membingungkan,'' kata McKellar.

Dia pernah mengamati hal ini dan sepertinya termasuk sebagai ''inklusi serangga''.

McKellar pernah melihat spesimen yang hampir mirip di Kanada, di mana sepotong kayu tertanam di dalam resin dan sebagian terkena lingkungan sekitarnya.

Sementara itu ahli entomologi Amerika, George Poinar dari Oregon State University memilih untuk berhati-hati.

Ia akan memeriksa objek itu sendiri dan menunggu pendapat ahli anatomi sebelum memberikan teori tentang fenomena langka ini.

Serangga di dalam batu opal ini akan menarik perhatian para peneliti lainnya sehingga kita tidak sabar mengetahui secara pasti bagaimana hal itu bisa terjadi.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB