Dunia Bisa Saja Berakhir, Ini Peristiwa Menegangkan 24 Tahun Lalu

Untung presiden yang satu ini tidak gegabah, kalau tidak, kiamat nuklir akan terjadi.

Angga Roni Priambodo | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Sabtu, 26 Januari 2019 | 10:00 WIB
Ilustrasi bencana nuklir. (Pixabay/ Hucky)

Ilustrasi bencana nuklir. (Pixabay/ Hucky)

Hitekno.com - Akhir Januari 2019 masih menyimpan harapan pasca momen tahun baru. Namun tak banyak orang tahu bahwa 24 tahun yang lalu, akhir Januari terdapat peristiwa menegangkan yang bisa melenyapkan harapan semua orang.

Akhir Januari tepatnya pada 25 Januari 1995, dunia bisa saja berakhir karena ''kiamat nuklir''.

Itu terjadi karena kesalahpahaman antara Rusia dan Amerika Serikat mengenai peluncuran nuklir.

Baca Juga: Mengenal Robot Centaur, Dirancang Untuk Menangani Bencana Nuklir

Hari itu, sekelompok peneliti Amerika dan Norwegia meluncurkan roket Black Brant XII dari pulau Lingkaran Arktik Andoya.

Peluncuran roket itu sebagai bentuk penelitian untuk mempelajari atmosfer dan aurora borealis.

Para peneliti telah memperingatkan Rusia, Amerika Serikat, dan 28 negara lain bahwa mereka melakukan peluncuran roket.

Baca Juga: Mengerikan, Ini Potret Hiroshima - Nagasaki Seusai Bom Nuklir

Itu dilakukan oleh peneliti karena mereka tahu ada kemungkinan roket itu disalahpahami sebagai serangan roket nuklir pertama dari suatu negara.

Ilustrasi roket Black Brant yang digunakan untuk penelitian. (Wikipedia/ NASA)
Ilustrasi roket Black Brant yang digunakan untuk penelitian. (Wikipedia/ NASA)

Kemudian ketegangan yang bisa membuat dunia berakhir terjadi.

Seseorang lupa memberi tahu teknisi radar Rusia. Teknisi itu mengirimkan peringatan ke Moskow yang berisi bahwa kemungkinan serangan roket nuklir pertama dari Amerika Serikat sudah mendekati wilayah Rusia.

Baca Juga: Asteroid Jatuh di Radar AS, Hampir Picu Kiamat Nuklir

Dalam beberapa menit, Presiden Federasi Rusia saat itu, Boris Yeltsin, langsung membawa koper komando nuklir hitamnya.

Yeltsin berbicara dengan menteri pertahanannya melalui telepon dan berdiskusi atas masalah yang terjadi.

Sedikit yang diketahui tentang apa yang dikatakan oleh Yeltsin, tetapi itu merupakan saat-saat paling berbahaya untuk memicu perang nuklir.

Baca Juga: 4 Hal yang Terjadi jika Perang Nuklir Pecah

Dikutip dari Vox, itu merupakan pertama kali seorang pemimpin Rusia atau Soviet menggunakan koper komando nuklir sebagai tanggapan atas kemungkinan perang.

Seperti yang telah diketahui, seorang presiden dari suatu negara adidaya diberi kewanangan untuk membuka dan mengaktifkan koper komando nuklir.

Ilustrasi ledakan nuklir. (inhabitat.com).
Ilustrasi ledakan nuklir. (Inhabitat).

Apabila presiden tersebut sudah mengaktifkan dan memencet tombol peluncuran, maka nuklir akan langsung meluncur dan menghantam negara lawan.

Untungnya, Yeltsin menganggap ada sesuatu yang aneh dan menyimpulkan itu bukan serangan roket nuklir pertama dari Amerika Serikat.

Namun apabila Yeltsin gegabah dan memulai peluncuran nuklir untuk menyerang AS, kiamat nuklir akan segera terjadi.

Bencana akibat perang nuklir bisa dipastikan akan merenggut puluhan hingga ratusan juta orang dalam satu serangan saja.

Bahkan diketahui roket nuklir Satan 2 terbaru milik Rusia bisa menghapus suatu negara seluas Perancis dalam satu ledakan saja.

Itulah tadi peristiwa menegangkan akibah salah perhitungan dan miskomunikasi dari petugas radar Rusia, semoga perang nuklir tidak akan pernah terjadi ya!

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB