Hitekno.com - Pada awal abad ke-15, penjelajah Portugis seperti Henry the Navigator mulai berlayar ke Afrika, membawa kembali barang-barang dan memperbudak orang. Sebuah penelitian arkeologi terbaru mengungkapkan bahwa ratusan budak Afrika ternyata telah mengalami kematian tragis.
Hal itu dapat diketahui setelah sekelompok peneliti menemukan bahwa dari susunan ratusan kerangka budak Afrika, mereka telah dikubur dengan tidak layak.
Terdapat 150 kerangka yang dibuang di Lagos, Portugal. Ratusan kerangka tersebut berasal dari situs Valle da Gafaria.
Baca Juga: Peneliti Menemukan Spesies Ular Baru, Mematikan Tanpa Perlu Buka Mulut
Situs tersebut terletak di luar tembok Abad Pertengahan kota pelabuhan Lagos di sepanjang pantai barat daya Portugal.
Ketika kerangka manusia pertama kali dianalisis, bentuk dan gaya gigi mereka yang unik menunjukkan bahwa mereka mungkin berasal dari Afrika.
Analisis genetik mengonfirmasi bahwa leluhur mereka berasal dari Afrika bagian selatan, sebuah populasi yang menggunakan bahasa Bantu.
Baca Juga: Misteri Cat Loreng di Suku Kuno Terpecahkan, Pengusir Makhluk Ini
Penelitian ini telah diterbitkan di International Journal of Osteoarchaeology dan disusun oleh 3 pakar arkeologi yang bernama Maria Teresa Ferreira, Catarina Coelho, dan Sofia Wasterlain.
Ketiga peneliti dari University of Coimbra tersebut sangat terkejut setelah menemukan fakta bahwa ratusan budak Afrika dibuang ke tempat sampah.
Gereja Katolik Abad Pertengahan sangat berperan dalam menangani penguburan dan kematian di Portugal.
Baca Juga: Ritual Potong Jari Suku Kuno Terjadi di Seluruh Dunia
Tubuh akan diangkut ke gereja dalam prosesi pemakaman, dan kuburan akan dipilih sedekat mungkin dengan bangunan keagamaan.
Elit dan bangsawan akan dimakamkan di daerah yang dilindungi (di dalam tembok) sementara kaum marginal berada di luar.
Kaum marginal distigmatisasi oleh penyakit, kutukan, dan posisi sosial yang lebih rendah.
Baca Juga: Anak Panah Suku Kuno Ditemukan, Berumur 1.000 Tahun
Berdasarkan catatan sejarah, tak semua budak dilarang dalam pemakaman yang layak. Banyak yang dibaptis pada saat kedatangan mereka ke Portugal, oleh karena itu, budak seperti mereka memiliki hak untuk pemakaman keagamaan.
Namun, karena kondisi buruk di atas kapal, banyak orang yang datang tanpa dibaptis sehingga kemungkinan mereka tidak dimakamkan dengan layak.
''Karena posisi sosial mereka tidak diketahui, mayat-mayat itu diperlakukan seperti sisa-sisa binatang. Terkubur di atas tanah bebas apa saja atau dibuang ke tempat sampah,'' kata Ferreira dikutip dari Forbes.
Dari 150 kerangka budak Afrika, lebih dari setengahnya tampak dikubur tanpa perawatan. Sebanyak enam kerangka ditemukan dalam posisi terikat.
Bahkan terdapat kerangka yang dikubur dengan posisi tidak layak, seperti dibuang langsung begitu saja.
Para peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut karena penemuan ini merupakan indikasi tinggi angka kematian pada kapal budak terutama pada budak Afrika.