Hitekno.com - Dalam rangka ingin bisa memantau transportasi secara real time, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengkaji pemakaian satelite nano.
Kemenhub mengkaji pemakaian satelite nano dalam mendukung pemantauan sektor perhubungan mulai dari darat, laut, dan udara.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) Rosita Sinaga dalam FGD mengenai satelit nano di Jakarta, Jumat (29/3/2019), mengatakan pihaknya akan membuat tim kecil untuk mengkaji implementasi teknologi satelit nano.
Baca Juga: Satelit Nusantara Satu Diluncurkan, Swasembada Broadband di Depan Mata
''Karena manfaatnya, kita perlu diskusi lebih lanjut. Kita akan buat tim kecil agar ini bisa diimplementasikan,'' katanya.
Ide mengenai penggunaan satelit nano di bidang perhubungan muncul dari pemenang Transhub Challenge, Mata Garuda. Perusahaan rintisan itu memiliki konsep memanfaatkan satelit nano untuk menyediakan jaringan Internet of Things (IoT) yang terintegrasi secara masif.
Khusus di bidang transportasi, teknologi IoT akan dapat memberikan data mengenai posisi pesawat, hingga titik kemacetan di jalan raya secara real time.
Baca Juga: Satelit Nusantara Satu Sukses Meluncur, Kapan Mulai Beroprasi?
Chief of ology Officer (CTO) Mata Garuda William Tansil menjelaskan penggunaan layanan yang startup itu kerjakan akan meliputi pemantauan hingga bisa untuk penyediaan akses internet dengan sensor khusus.
''Contoh pesawat mengirim sinyal untuk memberitahu posisi mereka. Dengan satelit nano, sinyal itu bisa tertangkap dan dari satelit itu nanti dikirim informasinya sehingga bisa kelihatan real time posisi pesawat ada di mana,'' jelas William.
Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, Mata Garuda akan bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan sejumlah pemangku kepentingan terkait termasuk Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Airnav.
Baca Juga: Melintasi Mars, Satelit NASA Menghilang Secara Misterius
''Harapannya semoga Indonesia bisa memiliki satelit sendiri yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan salah satunya di bidang transportasi dan mungkin bisa dikembangkan di bidang IoT sehingga harga komunikasi bisa semakin murah atau bahkan gratis,'' kata William.
Kepala Bidang Diseminasi Lapan Wahyudi Hasbi mengatakan potensi pengembangan satelit nano sangat besar di masa depan. Satelit nano berukuran kecil, sekitar 10x10 cm dengan berat 1-10 kg membuat harganya jauh lebih murah.
''Satelit kecil begini dengan teknologi baru kini umurnya bisa sampai 7 tahun sehingga lebih efisien dan ekonomis. Satelit nano juga bisa di-customized sehingga penggunaannya bisa lebih spesifik,'' jelasnya.
Baca Juga: TV Satelit 8K Meluncur di Jepang, Sangat Memanjakan Mata
Selain itu, pangsa pasar satelit nano juga disebutnya cukup besar karena hampir setiap tiga bulan ada peluncuran satelit nano baru di berbagai negara. Satelit nano, lanjut Wahyudi, juga sangat cocok untuk penyediaan layanan data dan IoT. (Suara.com/ Liberty Jemadu).