Demi Bahan Baku Obat, Para Pemburu Tega Tembaki Ribuan Singa

Anak cucu kita dikhatirkan tak bisa melihat singa ketika mereka terus diburu untuk bahan pengobatan China.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Kamis, 02 Mei 2019 | 14:45 WIB
Ilustrasi singa. (Pixabay/ Pexels)

Ilustrasi singa. (Pixabay/ Pexels)

Hitekno.com - Singa memang dikenal sebagai hewan yang kejam dan sebagai predator di puncak rantai makanan. Namun ternyata sekelompok manusia ini lebih kejam dengan mengembangbiakkan dan membantai hewan itu ketika sudah dewasa.

Global Nature Fund memperkirakan lebih dari 1.000 singa terbunuh setiap tahunnya.

Mereka memang sengaja dibunuh untuk perdagangan tulang yang sangat bernilai, terutama yang terjadi pada peternakan singa di Afrika Selatan.

Baca Juga: Ratusan Kerangka Budak Afrika Ditemukan, Sebab Kematiannya Sangat Tragis

Negara tersebut memang mengizinkan sekitar 200 peternakan singa yang tersebar di seluruh negeri.

Terdapat sekitar 12 ribu telah dikembangbiakan dan dibesarkan di peternakan.

Jumlah itu sangat besar, melebihi jumlah singa liar di Afrika Selatan, bahkan perbandingannya mencapai 4 banding 1.

Baca Juga: Berani Banget, Ini Pria yang Membunuh Singa Gunung Seorang Diri

Ilustrasi singa Afrika. (Pixabay/ Robert Greene)
Ilustrasi singa Afrika. (Pixabay/ Robert Greene)

Di bawah hukum Afrika Selatan, singa hanya dapat ditembak dengan panah tranquiliser untuk keperluan para veteran, ilmiah, konservasi atau manajemen di bawah pengawasan dokter hewan.

Namun sayangnya oknum pemburu internasional menyalahgunakan aturan tersebut dengan menawarkan wisata mewah berburu khusus untuk orang kaya di Inggris dan Amerika Serikat.

Mereka akan menawarkan perburuan singa kepada orang super kaya dengan satu syarat, yaitu bayaran yang cukup besar.

Baca Juga: Diserang Singa Gunung, Seorang Pria Bisa Selamat Karena Ini

Bagi singa yang tidak tertembak oleh pemburu, mereka akan dibantai di rumah jagal untuk diambil tulang mereka.

Tulang singa akan dikirim sebagai bahan dasar pengobatan China untuk menyembuhkan berbagai penyakit terutama rematik.

Baca Juga: Satu Juta Lebah Mati di Afrika Selatan, Ini Penyebabnya

Bahkan, tulangnya dipercaya dapat menambah keberanian dan kekuatan.

Itu membuatnya menjadi komoditas bernilai tinggi dan sering diekspor ke Vietnam, Thailand dan Laos.

Dikutip dari Daily Mail, perburuan ilegal tersebut terbongkar berkat seorang penyelidik yang bernama Lord Ashcroft.

Ia menyamar sebagai pemburu kaya dan melakukan penyelidikan selama satu tahun.

Bahkan ia ditawari paket wisata untuk memburu seekor singa dengan harga sebesar 77 ribu dolar AS atau Rp 1,1 miliar agar kepalanya bisa menjadi hiasan dinding.

Orang ini berpura-pura sebagai pemburu singa yang kaya dan berhasil menyelamatkan satu singa penangkaran. (YouTube/ Lord Ashcroft on Wildlife))
Orang ini berpura-pura sebagai pemburu singa yang kaya dan berhasil menyelamatkan satu singa penangkaran. (YouTube/ Lord Ashcroft on Wildlife))

Ashcroft juga berhasil menyelamatkan satu singa dan sudah diamankan di satu lokasi rahasia dalam operasi yang ia sebut Operation Simba.

Ia juga mengecam pemerintah Inggris yang dinilai tidak bisa menghentikan impor piala perburuan daging singa yang bernilai hingga jutaan poundsterling atau ratusan miliar.

Ribuan singa yang harus kita jaga kelestariannya akan sia-sia jika mereka terus diburu dan dijadikan bahan pengobatan China.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB