Misteri Guci Kematian Berumur Ribuan Tahun di Laos, Ilmuwan Masih Bingung

Guci kematian ini bisa menjad kunci mengenai tujuan tradisi banyak suku kuno di dunia.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Minggu, 19 Mei 2019 | 07:00 WIB
Guci kematian manusia purba. (Wikimedia Commons/ Azerbaijan Museum of History)

Guci kematian manusia purba. (Wikimedia Commons/ Azerbaijan Museum of History)

Hitekno.com - Jauh di dalam pegunungan hutan Asia Tenggara, peneliti menemukan sebuah ''guci kematian'' yang berusia ribuan tahun.

Guci kematian yang berusia setidaknya 1.000 tahun tersebut ditemukan pada 15 lokasi di Laos.

Peneliti meyakini bahwa guci kematian digunakan untuk mengubur orang mati.

Baca Juga: Bak Kastil Negeri Dongeng, Pusat Penelitian Huawei Terbaru Mirip Disneyland

Namun mereka kebingungan dan tidak tahu secara pasti tujuan asli suku misterius tersebut melakukannya.

Peneliti juga masih harus mencari tahu mengapa tempat peristirahatan terakhir untuk guci-guci itu dipilih.

''Situs-situs baru ini hanya dikunjungi oleh pemburu harimau sesekali. Sekarang kami telah menemukan kembali, kami berharap dapat membangun gambaran yang jelas tentang budaya ini. Tapi mengapa situs-situs ini dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir untuk guci-guci itu masih merupakan misteri,'' kata Dougald O'Reilly, seorang arkeolog dari Australian National University.

Baca Juga: Penelitian Genetik Ungkap Siapa Pembuat Stonehenge Sebenarnya

Lebih dari 100 batu ''perendaman orang mati'' misterius ditemukan di salah satu pedalaman hutan Laos. (Australian National University)
Lebih dari 100 batu ''perendaman orang mati'' misterius ditemukan di salah satu pedalaman hutan Laos. (Australian National University)

Diyakini bahwa budaya melalui penguburan guci ini dipraktikkan sejak 900 SM dan berlangsung hingga abad ke-17 M.

Peneliti menemukan fakta mengejutkan karena pola ini sama dengan beberapa suku di banyak negara lainnya.

Dikutip dari IFLScience, penguburan dengan guci kematian ditemukan di bagian timur dunia, dari India, Jepang, dan Indonesia (Sulawesi) hingga Libanon, Filipina, dan Mesir.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan dari Mana Mimpi Buruk Berasal, Ini Hasil Penelitiannya

Meskipun praktik-praktik spesifik bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya, secara umum diyakini bahwa pemakaman dengan guci digunakan sebagai bentuk penguburan sekunder.

Dalam praktiknya, orang mati akan dikuburkan dalam posisi tertekuk di dalam batu besar atau guci tanah bersama barang-barang lainnya.

Guci kematian yang tertelungkup juga dtemukan di situs Yoshinogari, Jepang. (Wikimedia Commons)
Guci kematian yang tertelungkup juga dtemukan di situs Yoshinogari, Jepang. (Wikimedia Commons)

Peneliti curiga bahwa terdapat koneksi antara suku prasejarah sehingga mereka melakukan hal yang hampir mirip dengan menggunakan guci megalitik.

Baca Juga: Bikin Takjub, Peneliti Temukan Kulit Dinosaurus Pertama di Dunia

Dalam budaya kuno, kematian dipandang sebagai transisi bertahap dari proses hidup ke proses kematian.

Untuk menghormati tradisi ini, mayat akan dibaringkan setelah kematian sehingga anggota keluarga dapat mengamati proses dekomposisi atau pembusukan.

Setelah jangka waktu tertentu, tubuh kemudian akan dimakamkan ke dalam guci dan dikuburkan ke dalam Bumi.

Apabila misteri guci kematian ini dapat dipecahkan, maka peneliti bisa mengungkapkan sebuah tujuan tradisi global yang dilakukan oleh suku kuno.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB