Hitekno.com - Jauh di dalam pegunungan hutan Asia Tenggara, peneliti menemukan sebuah ''guci kematian'' yang berusia ribuan tahun.
Guci kematian yang berusia setidaknya 1.000 tahun tersebut ditemukan pada 15 lokasi di Laos.
Peneliti meyakini bahwa guci kematian digunakan untuk mengubur orang mati.
Baca Juga: Bak Kastil Negeri Dongeng, Pusat Penelitian Huawei Terbaru Mirip Disneyland
Namun mereka kebingungan dan tidak tahu secara pasti tujuan asli suku misterius tersebut melakukannya.
Peneliti juga masih harus mencari tahu mengapa tempat peristirahatan terakhir untuk guci-guci itu dipilih.
''Situs-situs baru ini hanya dikunjungi oleh pemburu harimau sesekali. Sekarang kami telah menemukan kembali, kami berharap dapat membangun gambaran yang jelas tentang budaya ini. Tapi mengapa situs-situs ini dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir untuk guci-guci itu masih merupakan misteri,'' kata Dougald O'Reilly, seorang arkeolog dari Australian National University.
Baca Juga: Penelitian Genetik Ungkap Siapa Pembuat Stonehenge Sebenarnya
Diyakini bahwa budaya melalui penguburan guci ini dipraktikkan sejak 900 SM dan berlangsung hingga abad ke-17 M.
Peneliti menemukan fakta mengejutkan karena pola ini sama dengan beberapa suku di banyak negara lainnya.
Dikutip dari IFLScience, penguburan dengan guci kematian ditemukan di bagian timur dunia, dari India, Jepang, dan Indonesia (Sulawesi) hingga Libanon, Filipina, dan Mesir.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan dari Mana Mimpi Buruk Berasal, Ini Hasil Penelitiannya
Meskipun praktik-praktik spesifik bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya, secara umum diyakini bahwa pemakaman dengan guci digunakan sebagai bentuk penguburan sekunder.
Dalam praktiknya, orang mati akan dikuburkan dalam posisi tertekuk di dalam batu besar atau guci tanah bersama barang-barang lainnya.
Peneliti curiga bahwa terdapat koneksi antara suku prasejarah sehingga mereka melakukan hal yang hampir mirip dengan menggunakan guci megalitik.
Baca Juga: Bikin Takjub, Peneliti Temukan Kulit Dinosaurus Pertama di Dunia
Dalam budaya kuno, kematian dipandang sebagai transisi bertahap dari proses hidup ke proses kematian.
Untuk menghormati tradisi ini, mayat akan dibaringkan setelah kematian sehingga anggota keluarga dapat mengamati proses dekomposisi atau pembusukan.
Setelah jangka waktu tertentu, tubuh kemudian akan dimakamkan ke dalam guci dan dikuburkan ke dalam Bumi.
Apabila misteri guci kematian ini dapat dipecahkan, maka peneliti bisa mengungkapkan sebuah tujuan tradisi global yang dilakukan oleh suku kuno.