Ilmuwan Merekonstruksi Wajah Perempuan Jepang 3.800 Tahun Lalu

Wajah perempuan Jepang di masa lalu ternyata sangat berbeda dengan perempuan Jepang modern.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Rabu, 29 Mei 2019 | 19:30 WIB
DNA yang diambil berasal dari gigi molar manusia prasejarah Jepang. (National Museum of Nature and Science)

DNA yang diambil berasal dari gigi molar manusia prasejarah Jepang. (National Museum of Nature and Science)

Hitekno.com - Wajah perempuan Jepang dan Korea biasanya menjadi idola kaum Adam Asia khususnya di Indonesia. Kaum Adam mengidolakan perempuan Jepang karena mereka memiliki wajah putih bening dan pesona manis perempuan Asia.

Namun tunggu dulu, wajah perempuan Jepang saat ini ternyata sangat berbeda dengan leluhur mereka di masa lalu.

Berkat rekonstruksi wajah dari DNA yang ditemukan oleh ilmuwan, kita bisa tahu rupa wajah perempuan Jepang ribuan tahun lalu.

Baca Juga: Saingi Pesawat, Kereta Peluru Tercepat di Jepang Siap Meluncur

Ilmuwan memperoleh DNA dari sisa-sisa fosil wanita yang tinggal di Jepang antara 3.500 tahun hingga 3.800 tahun yang lalu.

Penelitian ini didasarkan pada DNA yang diperoleh dari gigi molar yang ditemukan pada tengkorak wanita Jepang berusia ribuan tahun.

Tengkorak tersebut ditemukan di situs arkeologi Funadomari, Pulau Rebun, Hokkaido, Jepang.

Baca Juga: Canggih Banget, Jepang Akan Mempunyai Satpam Virtual Mirip Anime

Tim peneliti terdiri dari para ilmuwan dari National Museum of Nature and Science yang berpusat di Tokyo.

Ilustrasi perempuan Jepang. (Pakutaso)
Ilustrasi perempuan Jepang. (Pakutaso)

Peneliti meyakini bahwa tengkorak itu milik manusia prasejarah yang menghuni wilayah Jepang selama periode Jomon.

Mereka menyadari bahwa orang-orang periode Jomon memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan populasi wanita Jepang modern.

Baca Juga: Mirip di Anime, Jepang Ingin Bangun Pangkalan Bulan dengan Robot

Manusia prasejarah periode Jomon memiliki kulit cukup gelap, bermata cokelat, wajah berbintik, dan rambut keriting.

Penelitian mendalam justru mengungkapkan hasil yang di luar dugaan.

Struktur genom wanita prasejarah tersebut secara genetik dekat dengan populasi asli Timur Jauh Rusia (Russian Far East), Semenanjung Korea, dan orang-orang pribumi Taiwan.

Baca Juga: Canggih, Jepang Kenalkan Asisten Robot untuk Olimpiade 2020

Hasil rekonstruksi wajah perempuan Jepang 3.800 tahun lalu. (National Museum of Nature and Science)
Hasil rekonstruksi wajah perempuan Jepang 3.800 tahun lalu. (National Museum of Nature and Science)

Dikutip dari IFLScience, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang gaya hidup manusia prasejarah periode Jomon.

Mereka ternyata memiliki variasi genetik langka yang memungkinkan manusia untuk mencerna dan memetabolisme diet tinggi lemak.

Hal yang menarik adalah ilmuwan menemukan kesaamaan varian genetik ini dengan sebagian besar manusia prasejarah yang tinggal di Kutub Utara.

Mereka diketahui gemar memakan mamalia laut gemuk seperti walrus, anjing laut dan paus.

Ilmuwan masih meneliti lebih lanjut mengenai kesamaan genetik tersebut.

Tembikar pada periode Jomon. (Wikipedia/ Tokyo National Museum)
Tembikar pada periode Jomon. (Wikipedia/ Tokyo National Museum)

Periode Jomon atau dikenal sebagai periode Neolitik Jepang berlangsung sekitar 10500 SM hingga 300 SM.

Ketika Zaman Es berakhir, hutan dan padang rumput mulai tumbuh subur di sepanjang kepulauan Jepang.

Ketika periode Jomon dimulai, manusia prasejarah merupakan pemburu-pegumpul (hunter-gatherer).

Penelitian dan rekonstruksi wajah perempuan Jepang sangat penting mengingat ternyata kehidupan mereka memiliki hubungan dengan orang-orang yang berada di kepulauan jauh dari tempat tinggalnya.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB