Gunakan Ini, NASA Kembangkan Bahan Bakar Roket Ramah Lingkungan

Saat ini, mayoritas bahan bakar roket memakai bahan berbahaya.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 16 Juni 2019 | 07:00 WIB
NASA. (NASA)

NASA. (NASA)

Hitekno.com - Tahukah kamu, saat ini mayoritas bahan bakar roket memakai zat berbahaya untuk lingkungan. Namun NASA bentar lagi bisa menghadirkan bahan bakar roket yang ramah lingkungan.

Pengisian bahan bakar roket, mayoritas produsen pesawat antariksa menggunakan hydrazine, kombinasi hidrogen. Padahal, bahan bakar tersebut tergolong zat yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup.

Menanggapi masalah tersebut, NASA sedang mengembangkan bahan bakar alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan.

Baca Juga: NASA Ingin Buka Stasiun Antariksa Internasional untuk Wisatawan

Sebagai pengganti hydrazine, lembaga antariksa Amerika Serikat itu tengah menguji bakar yang merupakan campuran hidroksil amonium nitrat dengan oksidator yang dikembangkan oleh Air Force Research Lab.

Sebagaimana dikutip dari BGR pada Kamis (13/6/2019), bahan bakar berwarna merah muda ini diklaim NASA lebih aman bagi manusia ketimbang hydrazine.

Jika terpapar dengan hydrazine, seseorang bisa menderita iritasi kulit, kebutaan sementara, kejang-kejang, hingga koma.

Baca Juga: NASA dan NOAA Peringatkan Jaringan 5G Bisa Berbahaya, Ini Penjelasannya

Pada tahapan yang lebih serius, bahaya hydrazine bisa merusak organ pada hati, ginjal, dan sistem saraf pusat yang bisa mengakibatkan kelumpuhan atau stroke.

Ilustrasi roket atau misil. [Shutterstock]
Ilustrasi roket atau misil. [Shutterstock]

Saking berbahayanya, petugas yang mengisi bahan bakar hydrazine harus memakai pelindung, termasuk sarung tangan tebal, baju pelindung hingga masker oksigen.

Hal ini berbeda dengan bahan bakar alternatif yang disiapkan NASA karena tidak memerlukan perlindungan seketat hydrazine.

Baca Juga: Ingin Buktikan Bumi Datar, Pria Ini Bakal Terbangkan Roket dari Antartika

Selain itu, bahan bakar baru untuk roket ini juga memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki oleh pendahulunya karena pengisian bahan bakar bisa dilakukan ketika wahana antariksa masih dibangun, sehingga berdampak pada percepatan proses peluncuran.

"Wahana antariksa bisa diisi bahan bakar saat manufaktur, menyederhanakan proses di fasilitas peluncuran, yang berujung pada penghematan biaya," ungkap Prinicipal Investigator GPIM di Ball Aerospace Christopher McLean.

Menariknya, bahan bakar ini disebut-sebut lebih irit 50 persen daripada hydrazine, sehingga roket bisa terbang lebih jauh dengan jumlah bahan bakar yang sama. Oleh karena itu, bahan bakar ini diproyeksikan akan dipakai untuk perjalanan menempuh Mars.

Baca Juga: Sempat Tertunda, Roket Falcon Heavy Sukses Tunaikan Misi Komersil Perdana

Logo NASA. [Shutterstock]
Logo NASA. [Shutterstock]

Meski menjanjikan banyak keuntungan, namun kehadiran bahan bakar ini juga memberikan pekerjaan tambahan untuk para peneliti karena tim yang bertanggung jawab untuk bahan bakar juga harus merancang serangkaian hardware baru.

Mulai dari pembuatan tangki, filter, hingga semua pipanya penyalur bahan bakarnya agar bisa cocok dengan sistem propulsi baru.

Sebagai langkah awal, NASA berencana menguji coba bahan bakar alternatif ini di luar angkasa pada bulan Juni dengan menggunakan wahana antariksa Green Propellant Infusion Mission (GPIM) yang akan diluncurkan menggunakan roket Falcon Heavy milik SpaceX.

Jika semuanya berjalan dengan mulus, bahan bakar ini akan digunakan NASA untuk melanjutkan misi Artemis menuju Bulan.

Bisakah NASA membuktikan keampuhan bahan bakar roket yang ramah lingkungan ini? (Suara.com/ Tivan Rahmat).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB