Hitekno.com - Belum lama ini, sebuah laporan menyebut adanya lubang besar di samudera Antartika. Menjadi misteri dan tersimpan lama, akhirnya fakta sebenarnya di balik hal ini terungkap.
Lubang besar di samudera Antartika ini memang sudah ditemukan secara sporadis sejak tahun 1970 lalu. Selama itu pula fakta sebenarnya dan penyebab lubang tersebut menjadi rahasia. Dilansir dari Live Science, fakta sebenarnya terkait hal ini akhirnya terungkap.
Menggunakan robot apung dan anjing laut yang dilengkapi teknologi, lubang menganga di samudera Antartika ini adalah polynya yang dalam bahasa Rusia berarti open water. Menurut hasil penelitian, lubang menganga di samudera Antartika merupakan hasil dari badai dan garam.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Batu dengan Ukiran Kuda Tanpa Kepala Berusia 12.000 Tahun
Para peneliti mengambil data dengan menggunakan dua robot apung berukuran manusia yang diterjunkan di Laut Weddell melalui Proyek Pemantauan dan Pemodelan Iklim Serta Karbon Laut (SOCCOM). Proyek ini didanai oleh National Science Foundation.
Robot apung ini diterjunkan ke arus sekitar satu mil di bawah permukaan laut dan mengumpulkan data mengenai suhu air, salinitas, dan kandungan karbon.
Tidak hanya data dari robot apung, peneliti juga menggunakan data pengamatan sepanjang tahun dari kapal penelitian Antartika sebagai perbandingan.
Baca Juga: Bisakah Intervensi Teknologi Percepat Cakupan Imunisasi di Indonesia?
Sebelum diketahui, polynya ini cukup mencuri perhatian karena bentuknya yang besar dan berada di Laut Weddell pada tahun 2016 dan 2017.
Perairan terbuka ini diketahui membentang lebih dari 115.097 mil persegi atau sekitar 298.100 kilometer persegi. Efek dari polynya ini bisa saja mempengaruhi pola cuaca di sekitar Antartika.
Bentangan lubang menganga yang merupakan hasil polynya ini terbentuk karena variasi iklim dan cuaca yang memburuk. Hasilnya, polynya melepaskan banyak uap panas laut ke atmosfer.
Baca Juga: China dan Rusia Bisa Deteksi Pesawat Siluman AS, Tapi Masih Ada Masalah Ini
Selain itu, banyak peneliti yang menduga-duga bahwa badai memiliki peran penting dalam terciptanya polynya selama beberapa tahun terakhir ini.
Pada tahun 2017, badai ganas dengan kecepatan angin mencapai 72 mil per jam atau 117 kilometer per jam pernah terjadi di daerah tersebut.
Akhirnya terungkap dan tidak lagi menjadi misteri, lubang menganga di Samudera Antartika ini akan terus mendapat perhatian dari para peneliti.
Baca Juga: Lobster Biru Ini Sangat Langka, Harganya Bikin Geleng Kepala