Fenomena Miliaran Ubur-ubur Hantui Laut, Kerugiannya Bikin Geleng Kepala

Berkembangnya populasi ubur-ubur di seluruh dunia ada kaitannya dengan perubahan iklim.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Rabu, 19 Juni 2019 | 20:00 WIB
Ilustrasi jumlah ubur-ubur yang masif. (Pixabay/ PublicDomainPictures)

Ilustrasi jumlah ubur-ubur yang masif. (Pixabay/ PublicDomainPictures)

Hitekno.com - Ilmuwan global meningkatkan kewaspadaan karena populasi ubur-ubur di seluruh dunia telah meningkat signifikan. Di beberapa wilayah, bahkan terdapat fenomena miliaran ubur-ubur yang merugikan nelayan.

Para nelayan salmon di Irlandia Utara hanya bisa berdiri kaget pada suatu pagi di musim gugur. Sebanyak 100 ribu ikan salmon Atlantik musnah dalam beberapa jam.

Air laut Irlandia bersinar merah pada tahun 2007 dan digambarkan oleh nelayan sebagai "billions of jellyfish" atau fenomena miliaran ubur-ubur.

Baca Juga: Berbentuk Seperti Monster, Hewan Aneh Ini Tahan Terhadap Kanker

Saking banyaknya, ubur-ubur membentuk koloni masif hingga kedalaman 10 meter yang menyebabkan kapal nelayan kesulitan untuk berlayar.

Kerugian yang dialami nelayan Irlandia diperkirakan sebesar 2 juta dolar AS atau Rp 28,5 miliar saat mereka seharusnya memanen salmon.

Jumlah ubur-ubur bertambah masif di lautan Irlandia. (University of British Columbia)
Jumlah ubur-ubur bertambah masif di lautan Irlandia. (University of British Columbia)

Tak hanya fenomena pada tahun 2007, di satu dekade terakhir, populasi ubur-ubur di seluruh dunia telah meningkat signifikan.

Baca Juga: Bukti Laut Makin Tercemar, Perut Ikan Pari Berisi Sampah Seperti Ini

Ilmuwan menemukan bahwa meningkatnya ubur-ubur dalam jumlah masif ada hubungannya dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Semakin hangatnya lautan dan kondisi laut yang mulai tercemar, membuat ubur-ubur mampu menjadi predator utama di lautan.

Ikan dan hewan laut yang tidak bisa bertahan akan mati sementara ubur-ubur yang memiliki ketahanan fisik luar biasa dapat mengambil alih.

Baca Juga: Komentar Netizen Tanggapi Botol Plastik di Laut Sejak Tahun 2009 Ini Viral

Perkembangan ubur-ubur yang sangat masif di seluruh dunia ditemukan pada area ini. (University of British Columbia)
Perkembangan ubur-ubur yang sangat masif di seluruh dunia ditemukan pada area ini. (University of British Columbia)

Dikutip dari Fast Company, ubur-ubur yang berasal dari laut Mediterania mulai bisa berkembang signifikan di laut Inggris.

Padahal sebelumnya, lautan di Inggris terkenal lebih dingin sehingga ubur-ubur dari laut Mediterania jarang ditemukan.

Lucas Brotz, seorang ilmuwan dari University of British Columbia menemukan sesuatu yang mengagetkan.

Baca Juga: Serem Banget, Hewan Berkaki 14 Ini Bisa Memangsa Buaya dengan Kejam

Ia meneliti 45 ekosistem laut di seluruh dunia dari Laut China Timur hingga Hawaii.

Brotz menemukan bahwa terdapat peningkatan populasi yang signifikan pada 62 persen ubur-ubur di seluruh dunia.

Ilustrasi ubur-ubur. (Pixabay/ Suyash Dixit)
Ilustrasi ubur-ubur. (Pixabay/ Suyash Dixit)

Penurunan hanya diketahui terdapat pada 7 persen populasi ubur-ubur di seluruh dunia.

Ubur-ubur dewasa dapat melepaskan puluhan ribu telur dan mereka bahkan tidak membutuhkan pasangan untuk bereproduksi.

Polip hermafroditik hanya perlu menempel pada substrat berbatu untuk menghasilkan keturunan secara aseksual.

Meningkatnya populasi ubur-ubur secara signifikan merupakan peringatan agar manusia tidak mencemari laut dan mulai sadar akan perubahan iklim yang sedang terjadi.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB